Populer Internasional: DK PBB Hanya Setujui Bantuan - Hamas Ledek Penarikan Batalyon Brigade Golani
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya Dewan Keamanan PBB gagal menyetujui gencatan senjata Israel-Hamas.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Jemaah sholat Jumat di Ramallah, Tepi Barat memilih pergi saat penasihat presiden Palestina siap khotbah, ada apa?
Sementara itu, AS lagi-lagi memveto resolusi gencatan senjata Israel-Hamas di Dewan Keamanan PBB, sehingga hanya bantuan kemanusiaan saja yang disetujui.
Di tengah perang yang sedang berlangsung, kelompok militan Hamas Palestina meledek penarikan Batalyon ke-13 Israel, Brigade Golani dari Gaza setelah mengalami kerugian besar.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Penasihat Presiden Palestina Siap Khotbah, Jamaah Sholat Jumat Pilih Pergi, Ada Apa?
Baca juga: Israel Desak Warga Palestina Mengungsi Lebih Jauh ke Selatan, PBB: Padahal Wilayah Itu Juga Diserang
Sejumlah jamaah sholat Jumat di Masjid Ain Munjid di kota Ramallah, Tepi Barat tengah, memilih untuk keluar saat khatib naik ke mimbar pada Jumat (22/12/2023).
Khatib pada hari itu adalah Penasihat Presiden Otoritas Palestina untuk Urusan Agama, Mahmoud Al-Habbash, yang naik mimbar untuk menyampaikan khutbah Jumat.
Keluarnya para jamaah terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial.
Politisi dan aktivis Palestina menekankan keluarnya jamaah dari sebuah masjid setelah Mahmoud Al-Habbash, naik mimbar adalah bentuk protes terhadap pernyataan sebelumnya.
Sebelumnya, Mahmoud Al-Habbash menunjukkan sikap menentang kelompok perlawanan, termasuk Hamas, dan berniat meminta pertanggungjawaban Hamas setelah perang di Gaza selesai.
2. AS Veto Rusia soal Gencatan Senjata di Gaza, DK PBB Hanya Setujui Bantuan, Hamas: Itu Tak Cukup

Baca juga: Resolusi PBB Dianggap Sangat Gagal Atasi Krisis di Gaza, MSF: Respons Kemanusiaan Harus Dilakukan
Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi terbaru untuk mengatasi konflik di Jalur Gaza, yang disahkan pada Jumat (22/12/2023).
Resolusi itu hanya mendorong perluasan dan pemantau bantuan kemanusiaan ke Gaza tanpa mengadopsi resolusi gencatan senjata untuk mengakhiri perang Israel dan Hamas.
Hamas menanggapi keputusan ini dengan mengatakan langkah PBB tersebut tidak cukup.
“Keputusan tersebut tidak memenuhi persyaratan situasi bencana yang diciptakan oleh mesin teror militer Zionis di Jalur Gaza, terutama karena keputusan tersebut tidak mencakup resolusi internasional untuk menghentikan serangan genosida yang dilakukan oleh pendudukan terhadap rakyat Palestina kami di Jalur Gaza,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Jumat (22/12/2023).
Sebelumnya, sidang Dewan Keamanan PBB tertunda beberapa kali dan Hamas menduga ini terjadi karena Amerika Serikat (AS) berupaya menghilangkan kesepakatan gencatan senjata.
"Selama lima hari terakhir, pemerintah AS telah bekerja keras untuk menghilangkan esensi resolusi ini dan mengeluarkan formula yang lemah, yang memungkinkan pendudukan fasis untuk menyelesaikan misi penghancuran, pembunuhan, dan terorisme di Jalur Gaza," lanjutnya.
Menurut Hamas, PBB wajib menekan Israel agar menyetujui masuknya bantuan dalam jumlah yang cukup ke Gaza.
“Merupakan tugas Dewan Keamanan PBB untuk mewajibkan pendudukan membawa bantuan dalam jumlah yang cukup ke seluruh wilayah Jalur Gaza, terutama wilayah Jalur Gaza utara, yang selain terjadi pembantaian setiap hari dan menjadi sasaran pengepungan fasis di mana kelaparan yang sedang berlangsung," tambahnya, dikutip dari Telegram Brigade Al-Qassam.
3. Hamas Ledek Penarikan Batalyon Brigade Golani Israel dari Gaza, Biar Bisa Istirahat 48 Jam

Kelompok militan Hamas Palestina meledek penarikan Batalyon ke-13 Israel, Brigade Golani dari Gaza.
Dikutip dari Al Mayadeen, pasukan pendudukan Israel itu kabur dari Jalur Gaza setelah menderita kerugian besar.
Mereka juga disergap di lingkungan al-Shujaiya.
Ada tujuh tentara Golani, termasuk dua perwira tinggi, tewas pada 12 Desember 2023, ketika Hamas menyergap pasukan pendudukan di al-Shujaiya.
Korban ini termasuk Kolonel Litenuent Tomer Grinberg, komandan Batalyon ke-13, dan Kolonel Izhak Ben Basat, yang merupakan kepala tim komando depan kepala Brigade Golani.
Grinberg sebelumnya terekam sedang mengumpulkan pasukannya di Jalur Gaza utara.
Ia berkelakar soal meraih kemenangan kepada mereka.
Batalyon 13 juga kehilangan Mayor Roei Meldasi, seorang komandan kompi dalam penyergapan yang sama.
4. Israel Ancam akan Bunuh Yahya Sinwar, Hamas: Tong Kosong, IDF Pamer Prestasi Palsu

Baca juga: Sepak Terjang Yahya Sinwar Pemimpin Hamas: Dijatuhi 4 Hukuman Seumur Hidup pada Usia 26 Tahun
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengomentari ancaman Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang mengatakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan membunuh para pemimpin perlawanan, termasuk petinggi Hamas.
Menurut Hamas, ancaman itu hanyalah cara Yoav Gallant untuk memamerkan khayalannya.
"Ancaman (Yoav) Gallant bahwa tentaranya hampir membunuh para pemimpin perlawanan di Gaza, adalah ancaman kosong, yang ia gunakan untuk memasarkan prestasi khayalannya,” kata Hamas dalam pernyataan di Telegram, Sabtu (23/12/2023).
Hamas mengatakan ancaman Menhan Israel itu hanyalah ekspresi kegagalan di medan perang.
“Ancaman-ancaman ini merupakan ekspresi dari kegagalannya (Gallant) dalam mencapai tujuan agresinya terhadap Gaza selain pembunuhan warga sipil dan penghancuran fasilitas sipil,” lanjutnya.
Israel Ancam akan Bunuh Yahya Sinwar
Sebelumnya, radio resmi Israel baru-baru ini menerbitkan pernyataan Yoav Gallant di halaman Facebook-nya.
Media itu mengutip perkataan Yoav Gallant setelah evaluasi harian dengan para pejabat senior pertahanan.
(Tribunnews.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.