Konflik Palestina Vs Israel
Joe Biden dan Netanyahu Ribut soal Pajak Palestina, Israel Takut Uangnya Jatuh ke Hamas
Joe Biden dan Netanyahu berada dalam percakapan telepon yang sulit soal pajak Palestina yang ditahan oleh Israel. Israel takut uangnya jatuh ke Hamas.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu melakukan panggilan telepon yang sulit dan penuh frustasi pada pekan lalu.
Media AS, Axios, mengutip narasumber yang dekat dengan pemerintahan Joe Biden dan Netanyahu, mengatakan kedua pemimpin itu membahas operasi darat Israel dan pajak Palestina.
Berdasarkan Perjanjian Paris antara Israel dan Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) pada tahun 1994, Israel memungut pendapatan pajak untuk produk yang diimpor oleh PLO yang tiba di pelabuhan atau bandara Israel sebelum ditransfer ke Tepi Barat.
Namun, prosedur ekonomi itu berubah menjadi masalah politik selama bertahun-tahun.
Sejak perang Hamas dan Israel berlangsung, Joe Biden menekan Netanyahu untuk memberikan pendapatan pajak yang ditahan Israel kepada PLO karena Biden khawatir perekonomian PLO akan runtuh.
Baca juga: Didesak 2 Menteri Israel, Netanyahu Pilih Batalkan Diskusi soal Jalur Gaza setelah Perang
Akibat penahanan pendapatan pajak itu, PLO tidak dapat membayar gaji pasukan keamanannya untuk menstabilkan kerusuhan antara tentara Israel dan warga Palestina di Tepi Barat.
Dua pejabat Israel dan AS mengatakan panggilan telepon antara Joe Biden dan Netanyahu berlangsung selama 45 menit tentang operasi darat Israel.
Joe Biden kemudian membahas masalah sebagian besar pendapatan pajak Palestina yang ditahan oleh Israel.
“Biden menyatakan keprihatinannya mengenai pemotongan pendapatan pajak Palestina," katanya.
"Ia meminta Netanyahu untuk menerima proposal yang diajukan oleh Perdana Menteri Israel sendiri beberapa minggu lalu mengenai transfer pendapatan pajak yang dipotong ke Norwegia untuk diamankan, sampai tercapai kesepakatan yang menghilangkan ketakutan Israel akan kemungkinan dana mencapai Hamas," lanjutnya.

Baca juga: Miliaran Duit Warga Palestina Raib Dirampok Tentara Israel, Klaim Untuk Danai Perang
Pengalihan pendapatan pajak Palestina ke Norwegia adalah demi mencegah dana itu jatuh ke tangan perlawanan, termasuk Hamas.
Namun, Netanyahu mengubah pendapatnya dan mengatakan itu bukan ide bagus.
Sementara Norwegia telah setuju untuk mengamankan dana tersebut dan mendesak Israel untuk mengirimkan semua dana pajak PLO yang masih ditahan Israel ke negaranya.
Pejabat AS itu berpendapat, dukungan Joe Biden kepada Netanyahu terlihat berkurang setiap harinya.
Menurutnya, Netanyahu seharusnya membalas budi dan mengambil risiko politik yang diinginkan AS, namun dia tidak ingin melakukannya.

Menteri Israel Kecam Joe Biden
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menolak pendapat Joe Biden dan menganggap AS berupaya mengendalikan nasib Israel.
“Tidak ada satu syikal pun yang akan diberikan kepada teroris di Gaza selama saya masih menjabat," kata Bezalel Smotrich, Jumat (29/12/2023).
Ia juga mengancam akan mundur dari pemerintahan jika Israel tunduk pada kekuatan asing, yang dapat membahayakan pemerintahan koalisi.

Baca juga: Tolak Pembebasan Sandera sebelum Agresi Israel Mandek, Abu Ubaida: Ini Prioritas Kami
Hamas Palestina vs Israel
Perang Israel dan Hamas semakin memanas setelah Israel melakukan pengeboman besar-besaran untuk menanggapi Hamas yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Setelah pertukaran sandera selama 7 hari yang dimulai Jumat (24/11/2023), kurang lebih 138 sandera masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.
Sementara itu pembalasan Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 21.320 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Jumat (29/12/2023), lebih dari 2,2 juta warga Palestina menjadi pengungsi, dikutip dari Al Jazeera.
Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, terutama setelah Israel melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah yang dikuasai Otoritas Pembebasan Palestina (PLO) tersebut.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.