Selasa, 9 September 2025

Penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka Bandung, isu keselamatan dan proyek jalur ganda jadi sorotan

Sedikitnya empat orang meninggal dunia akibat tabrakan dua kereta di sebuah jalur yang semestinya hanya boleh dilalui satu kereta.…

BBC Indonesia
Penyebab kecelakaan kereta api di Cicalengka Bandung, isu keselamatan dan proyek jalur ganda jadi sorotan 

Tabrakan KA Turangga dan kereta Commuter Line Bandung Raya terjadi di jalur tunggal antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka, Jumat (05/01) pagi. Isu keselamatan dan proyek pembangunan jalur ganda pun mencuat.

Akan tetapi, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menegaskan kepatuhan menjalankan aturan dan prosedur menjalankan keselamatan perjalanan kereta api menjadi faktor yang lebih penting menentukan untuk menghindari kecelakaan yang fatal.

"Sepanjang itu semua diikuti dan berfungsi dengan baik, jadi nggak ada masalah antara single track dan double track sepanjang prosedur yang single track diikuti," ujar Soerjanto, Sabtu (06/01), seperti dikutip dari Kompas.com.

Hingga saat ini, KNKT masih menyelediki penyebab insiden tabrakan kereta dengan melakukan wawancara kepada seluruh petugas pelayanan di Stasiun Cicalengka dan Haurpugur.

Pada jalur kecelakaan kereta tersebut, pemerintah, melalui Kementerian Perhubungan, sebenarnya tengah menjalankan pembangunan jalur ganda kereta.

Dalam berbagai kesempatan, otoritas perhubungan menyebut proyek jalur baru kereta baru itu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna kereta, yaitu memangkas waktu tempuh.

Aspek keselamatan tidak pernah disebut sebagai tujuan utama pembangunan jalur ganda tersebut.

Pada Februari 2022, misalnya, Kemenhub menyebut proyek jalur ganda itu akan memperpendek waktu tempuh dan berpotensi meningkatkan jumlah penumpang hingga 25%.

"Keberadaan jalur ganda memangkas waktu tempuh dari jalur Bandung-Cicalengka yang selama ini menghabiskan waktu 43 menit. Diharapkan dengan pembangunan double track ini, bisa ditempuh dalam waktu 30 menit," kata Harno pada waktu itu.

Pada Desember lalu, Harno divonis lima tahun penjara dalam kasus suap pengerjaan perbaikan perlintasan kereta sebidang di Jawa dan Sumatra tahun anggaran 2022.

Kronologi tabrakan kereta

Saat tabrakan kereta terjadi pada Jumat (05/01), Commuter Line Bandung Raya baru saja meninggalkan Stasitun Haurpugur dan tengah menuju tujuan akhirnya di Stasiun Cicalengka. Sementara itu, Kereta Api Turangga sudah melewati Stasiun Garut dan dalam perjalanan ke Stasiun Bandung.

Humas Daop 2 Bandung Ayep Hanapi berkata, dua kereta ini bertabrakan di petak jalan antara Stasiun Haurpugur dan Stasiun Cicalengka pada pukul 06.03 WIB. Tabrakan terjadi di jalur tunggal.

Dalam prosedur lalu lintas di jalur Haurpugur-Cicalengka, hanya satu kereta yang boleh melintas di jalur tunggal itu.

Ayep berkata, jalur tunggal itu diprioritaskan untuk kereta jarak jauh. Artinya, kereta lokal harus berhenti dan menunggu jalur itu kosong.

"Kereta lokal menunggu di stasiun, setelah kilometer aman barulah kereta itu boleh melanjutkan perjalanan," ujar Ayep.

"Intinya untuk jalur Cicalengka-Haurpugur, dalam satu petak jalan hanya boleh ada satu kereta api," ucapnya.

Pengaturan lalu lintas di jalur ini dikoordinasikan oleh seorang pemimpin perjalanan kereta api (PPKA).

Namun hingga saat ini, PT KAI menyatakan belum bisa menyimpulkan penyebab tabrakan antara KA Turangga dan kereta Commuter Line Bandung Raya.

Kesimpulan soal insiden ini harus menunggu investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNTK), kata Ayep Hanapi.

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menjelaskan bahwa sinyal di Stasiun Cicalengka masih menggunaan sinyal blok mekanik, sedangkan sinyal di Stasiun Haurpugur berupa sinyal elektrik. Perbedaan model persinyalan ini akan membedakan cara pengoperasiannya.

Maka dari itu, petugas pengatur perjalanan KA (PPKA) akan mengatur perjalanan KA di dua stasiun ini harus memiliki keterampilan mengoperasikan persinyalan yang berbeda ini, tutur Djoko dalam keterangan tertulis yang diterima BBC News Indonesia, Minggu (07/01).

Di jalur rel tunggal, sinyal menandakan kereta boleh atau tidak boleh melintas setelah dipastikan bahwa petak jalan yang akan dilintasi kereta itu dirasa aman. Sebab, jalur tunggal akan digunakan bergantian perjalanan kereta api dengan dua arah yang berbeda.

Oleh sebab itu, PPKA harus memastikan bahwa tidak ada KA lain di petak jalan itu sebelum memberikan sinyal aman bagi KA yang akan melintas.

'Ada yang terlempar ke bawah, ada yang tengkurap'

Dalam video yang beredar di media sosial, tabrakan itu menyebabkan beberapa gerbong keluar dari rel dan ada pula yang terangkat.

Seorang saksi mata di salah-satu kereta api, Herry Aliyudin, menceritakan pengalamannya dalam peristiwa nahas itu kepada wartawan di Bandung, Yuli Saputra, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Pagi itu, Harry yang duduk di gerbong nomor 3 bersiap untuk turun kereta karena tak lama lagi KA Turangga yang ditumpanginya akan segera sampai tempat tujuan akhir, yakni Stasiun Bandung.

Sesaat setelah pramugara mengambil selimutnya, tiba-tiba dia merasakan keretanya mengerem secara mendadak. Tak lama kemudian, terasa suatu benturan. Tangannya refleks memegang kursi di depannya.

"Saya lihat di sekeliling saya itu sudah banyak yang terlempar, masih di dalam gerbong tiga. Jadi ada yang terlempar ke bawah, ada yang tengkurap," ujar Herry, Jumat (05/01).

"Bahkan ada anak kecil yang memang dia tengkurap, dia sudah keluar dari kursinya. Kemudian semua barang bawaan yang di atas itu hampir semua jatuh ke bawah. Termasuk koper yang saya bawa sudah enggak tahu di mana," terangnya kemudian.

Herry hanya mengalami sedikit luka di kakinya, namun beberapa penumpang tampak terluka parah, kata Herry, "ada yang hidungnya kelihatan berdarah, ada yang pelipisnya berdarah".

Semula, dia mengira kereta mengalami anjlok, namun ketika dia memberanikan diri keluar pintu, tampak di depannya lokomotif kereta berada di atas lokomotif KA Turangga.

"Saya lihat lokomotif lain, yaitu lokomotif kereta lokal itu sudah naik ke atas, di atas lokomotif KA Turangga ini. Saya bilang ini tabrakan kita," tuturnya.

Gerbong yang ia tumpangi bergeser, lepas dari relnya.

Ketika keluar kereta, dia melihat pramugara yang beberapa menit sebelumnya mengambil selimutnya, terjepit di antara rangkaian gerbong yang ringsek.

"Saya lihat tangannya masih minta bantuan," katanya.

"Dia itu posisinya di gerbong empat, kalau nggak salah, dia ke gerbong empat dengan kereta makan itu, jadi terjepit gitu si pramugara."

Namun oleh petugas, dirinya dan para penumpang lain diperintahkan untuk menjauh sebab saat itu asap mulai mengepul dari gerbong kereta.

"Yang keluar asap itu yang Turangga karena yang lokal itu sudah hancur ke atas. Jadi besi-besi rodanya itu sudah terlepas".

Herry menyayangkan bantuan yang lambat datang. Namun dia menyadari itu karena lokasi kejadian yang sulit dijangkau.

"Saya lihat kru yang dari KA Turangga itu menelepon berkali-kali sampai kelihatan agak panik, minta cepat datang bantuan, mungkin ada lebih dari satu jam itu belum ada apa-apa."

"Jadi kita mondar-mandir gitu saja di sana itu. Baru kemudian ada beberapa ambulans," cetusnya.

Jumlah korban jiwa dan luka

Pada Jumat (05/01) malam, Direktur Jenderal Perkeretapian, Risal Wasal, melaporkan bahwa korban meninggal yang sudah teridentifikasi berjumlah empat orang, sementara 37 orang dalam kondisi luka.

Dia memastikan tak ada korban jiwa dari pihak penumpang.

"Korban meninggal terdiri dari satu orang masinis, satu orang asisten masinis, satu orang petugas keamanan Stasiun Cimekar, serta satu orang prama KA Turangga," ujar Risal dalam pernyataan tertulis yang diterima BBC News Indonesia, Jumat (05/01) malam.

Sebelumnya, Polda Jawa Barat melaporkan terdapat setidaknya tiga korban tewas akibat kecelakaan ini. Tiga korban itu adalah masinis dan asisten masinis kereta Commuter Line Bandung Raya serta seorang pramugara di KA Turangga.

Namun sekitar pukul 11.30 WIB, muncul perkembangan terbaru soal jumlah korban tewas ini. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, yang berada di lokasi kejadian, menyebut korban yang sudah dipastikan tewas berjumlah dua, yaitu masinis dan asisten masinis kereta Commuter Line Bandung Raya.

Namun, kata Muhadjir, merujuk sejumlah otoritas di lokasi kecelakaan, terdapat dua orang yang hingga saat ini masih berada di dalam gerbong. Tim penyelamat yang dikoordinasikan Basarnas tengah berupaya mengevakuasi dua korban ini.

"Dua korban itu belum bisa ditentukan statusnya. Semoga mereka bisa diselamatkan," kata Muhadjir.

"Basarnas sudah punya beberapa rencana. Rencana pertama, gerbong ditarik supaya petugas penyelamat bisa masuk. Kalau rencana itu tidak bisa dilakukan, nanti gerbong akan dipotong," ujar Muhadjir.

Pada Jumat sore, PT KAI secara resmi menyatakan bahwa dua korban yang masih berada di dalam gerbong itu juga telah meninggal. Keduanya adalah seorang pramugara KA Turangga dan seorang sekuriti.

Saat tabrakan terjadi, KA Turangga membawa 287 penumpang, kata Ayep Hanapi, Juru Bicara PT KAI DAOP 2. Adapun kereta Commuter Line Bandung Raya mengangkut 191 penumpang.

Dampak dari tabrakan ini, jalur rel antara Haurpugur-Cicalengka "untuk sementara tidak dapat dilalui", kata pejabat PT KAI, dalam keterangan tertulisnya.

Mereka kemudian meminta maaf atas terganggunya pelayanan akibat kecelakaan itu, ujar EVP of Corporate Secretary KAI Raden Agus Dwinanto Budiadji, Jumat (05/01).

"Bagi perjalanan KA-KA yang akan melintas di wilayah Haurpugur-Cicalengka, KAI akan melakukan upaya rekayasa pola operasi berupa jalan memutar dan pengalihan menggunakan angkutan lain," paparnya.

Proyek jalur ganda senilai Rp1,3 triliun

Dalam proyek jalur ganda senilai Rp1,3 triliun, Kemenhub akan membangun jalur ganda kereta sepanjang 23,5 kilometer dari Kiaracondong hingga Cicalengka.

Proyek itu dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama membentang dari Gedebage hingga Haurpugur sepanjang 14 kilometer. Adapun tahap kedua berfokus pada jalur dari Haurpugur hingga Cicalengka sepanjang 9 kilometer.

Namun saat tabrakan KA Turangga dan kereta Commuter Line Bandung Raya terjadi, proyek tahap kedua belum tuntas.

Selain untuk memotong waktu tempuh kereta dan meningkatkan intensitas layanan kereta, jalur ganda sebenarnya juga bisa menekan risiko kecelakaan kereta. Ini dikatakan Deddy Herlambang, Direktur Eskekutif Institut Studi Transportasi.

Deddy merujuk tabrakan dua kereta pengangkut batu bara pada jalur tunggal di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, 7 November lalu.

"Yang disayangkan, satu tahun setelah kecelakaan itu tidak ada laporan investigasi dari KNKT," kata Deddy.

"Kalau tidak ada yang meninggal, KNKT biasanya tidak melakukan investigasi. Celakanya, saat ini terjadi juga kecelakaan di jalur tunggal.

"Kalau ada investigasi terhadap kecelakaan di Lampung, otomatis akan ada upaya mitigasi karena ada kemungkinan terjadi kecelakaan yang sama. Ternyata benar terjadi lagi," ujar Deddy.

KNKT menyatakan, investigasi terhadap kecelakaan yang terjadi pada tahun 2022 masih dilakukan. Adapun untuk menyelidiki penyebab tabrakan di Cicalengka, KNKT membentuk sebuah tim berisi empat penyelidik.

Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, menyebut tim tersebut sudah mulai bekerja sejak Jumat (05/01). Mereka ditargetkan menyelesaikan investigasi pada 8 Januari mendatang.

Empat anggota tim investigasi KNKT itu adalah Gusnaedi Rachmanas, Aditya Yudhistira, Yogi Arisandi, dan Agus Marson.

"Kami sedang melakukan pengumpulan data dan informasi faktual, termasuk keterangan para saksi sambil menunggu hasil investigasi," ujar Soerjanto dalam keterangan tertulis.

"Kami akan melakukan analisis menyeluruh terhadap faktor-gaktor yang berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan serta melakukan koordinasi dengan beberapa pihak terkait," kata Soerjanto.

Dalam beberapa waktu ke depan, KNKT menjanjikan pembaruan informasi secara berkala kepada masyarakat terkait tabrakan kereta ini.

"Kami akan bekerja keras memastikan hasil penyelidikan dapat memberikan pencerahan yang memadai dan tindakan yang tepat untuk meningkatkan keselamatan transportasi kereta api di Indonesia," kata Soerjanto.

Pakar transportasi di Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono, juga menyebut kerawan di jalur tunggal kereta. Tabrakan seperti yang terjadi di Cicalengka, kata dia, rentan terjadi jika muncul masalah sinyal maupun kesalahan manusia.

Sony menekankan pentingnya pembangunan jalur ganda di jalur selatan Jawa Barat seperti Tahap 2 proyek Kiaracondong-Cicalengka.

"Ke depannya memang harus disegerakan pembangunan double track jalur selatan. Yang sudah double track baru jalur utara. Jalur selatan sempat tertunda," ujar Sony seperti dikutip dari situs ITB.

Berbeda dengan pendapat soal pentingnya jalur ganda menekan kecelakaan, pakar transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, menyebut fokus mestinya ditekankan pada pengaturan lalu lintas kereta. Menurutnya, kecelakaan pada tunggal kereta terus menurun karena pengaturan ketat dengan bantuan teknologi.

"Di setiap stasiun selalu ada petugas PPKA yang mengatur. Dengan teknologi yang sederhana pun bisa berjalan, misalnya seperti penggunaan lampu-lampu di rel," ujar Ellen.

"Jadi jangan dipersepsikan bahwa di jalur tunggal ada kemungkinan kecelakaan yang tinggi. Syaratnya, harus ada pengaturan yang baik.

"Kalau memang dibutuhkan frekuensi perjalanan kereta yang lebih banyak, barulah dibutuhkan jalur ganda karena satu rangkaian kereta bisa menunggu lama di stasiun," kata Ellen.

Apa solusi ke depan?

Deddy Herlambang menyebut langkah perbaikan pascatabrakan KA Turangga dan kereta Commuter Line Bandung Raya bisa dimulai dengan mengganti personel di Stasiun Cicalengka dan Stasiun Haurpugur.

Adapun secara jangka panjang, Deddy mendorong pemerintah dan PT KAI untuk memasang sistem pemberhentian otomatis (automatic train stop/ATS) di setiap lokomotif kereta. Sistem ini sudah dipasang di Kereta cepat Jakarta-Bandung, kereta LRT Jabodebek, dan MRT Jakarta.

Manfaat sistem pemberhentian otomatis ini, kata Deddy, bisa dilihat pada Oktober 2023, ketika Kereta Cepat Jakarta-Bandung secara otomatis berhenti di kilometer 58 Karawang-Padalarang karena seekor domba masuk ke rel melalui celah pagar.

"Obyek kecil seperti domba saja kereta bisa berhenti, apalagi benda besar seperti kereta," kata Deddy.

"Dulu tahun 2007 pernah ada uji coba pemasangan ATS di kereta-kereta PT KAI, tapi tidak dilanjutkan mungkin karena biayanya terlalu mahal. Tapi investasi mahal semestinya tidak masalah demi keselamatan kita semua," kata Deddy.

Berdasarkan data KNKT, pada periode 2018-2022 terjadi 29 kecelakaan kereta di Indonesia. Dari angka itu, 3 di antaranya berupa tabrakan. Mayoritas kecelakaan dalam empat tahun itu adalah kereta anjlok, sebanyak 17 kasus.

Adapun selama tahun 2019-2022 terdapat 1.142 kecelakaan di perlintasan kereta sebidang, merujuk data Kemenhub. Sebanyak 1.004 kasus itu terjadi di perlintasan kereta sebidang yang tidak dijaga.

Pada September 2022, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pernah mempublikasikan kalkulasi mereka bahwa persoalan perlintasan sebidang dapat dituntaskan dengan anggaran sebesar kurang lebih Rp300 triliun.

Laporan tambahan oleh Yuli Saputra, wartawan di Bandung.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan