AS dan PBB Desak Gencatan Senjata Segera di Sudan Usai RSF Kuasai Kota el-Fasher
PBB dan AS menyerukan gencatan senjata segera di el-Fasher, Darfur Utara, setelah kota itu jatuh ke tangan RSF dan laporan kekejaman muncul.
Ringkasan Berita:
- PBB dan Amerika Serikat mendesak gencatan senjata segera di Sudan setelah Pasukan Dukungan Cepat (RSF) merebut kota el-Fasher, Darfur Utara.
- Muncul banyak laporan kekejaman terhadap warga sipil. PBB memperingatkan risiko kekerasan etnis dan kekejaman massal meningkat, sementara AS tengah memediasi gencatan senjata kemanusiaan tiga bulan.
- Sejak 2023, konflik telah menewaskan 40.000 orang dan memaksa 14 juta lainnya mengungsi.
TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS) mendesak dilakukannya gencatan senjata segera di Sudan.
Seruan itu terlontar setelah pasukan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) merebut kota el-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, pada Minggu (2/11/2025).
Menurut laporan BBC, setelah perebutan kota, muncul banyak laporan mengenai kekejaman terhadap warga sipil oleh RSF dan kelompok bersenjata sekutunya.
Dalam sidang Dewan Keamanan PBB, Asisten Sekretaris Jenderal untuk Afrika, Martha Ama Akyaa Pobee, memperingatkan bahwa situasi di Sudan memburuk drastis sejak pengarahan terakhirnya.
“Jatuhnya kota itu menandai perubahan signifikan dalam dinamika keamanan. Implikasinya bagi rakyat Sudan dan kawasan ini sangat besar,” ujar Pobee, dikutip dari Reuters.
Ia menegaskan bahwa el-Fasher, yang telah dikepung selama lebih dari 500 hari, kini menjadi simbol penderitaan rakyat Sudan di tengah kekerasan yang terus meluas.
Pobee juga menyoroti peningkatan pertempuran di wilayah Kordofan, terutama setelah kota strategis Barah di Kordofan Utara direbut oleh RSF pekan lalu.
“Risiko kekejaman massal, kekerasan etnis, dan pelanggaran hukum humaniter internasional masih sangat tinggi,” katanya.
Sementara itu, Amerika Serikat menyatakan sedang memediasi gencatan senjata kemanusiaan tiga bulan sebagai tahap awal menuju proses politik sembilan bulan.
“Kami menyusun rencana komprehensif dengan peta jalan yang jelas. Tahap pertama adalah gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan,” ujar Massad Boulos, Penasihat Senior Washington untuk Urusan Arab dan Afrika, dikutip dari Al Jazeera.
Menurut BBC, AS bekerja sama dengan Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab dalam kelompok yang dikenal sebagai Quad untuk menengahi perdamaian di Sudan.
Baca juga: Krisis di Sudan Semakin Meluas, Bencana Pangan Sudah Terjadi di Kota El-Fasher
Keempat negara itu sebelumnya telah menyerukan gencatan senjata kemanusiaan guna memungkinkan penyaluran bantuan ke seluruh wilayah.
Laporan dan rekaman video menunjukkan dugaan kekejaman RSF terhadap warga sipil, termasuk pemukulan, pembunuhan, dan serangan seksual, menurut kesaksian warga dan pekerja kemanusiaan.
“Kekejaman yang telah kita saksikan sama sekali tidak dapat diterima,” tegas Boulos.
PBB memperkirakan konflik yang telah berlangsung sejak April 2023 itu telah menewaskan lebih dari 40.000 orang dan memaksa 14 juta lainnya mengungsi, menjadikannya krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini.
| Krisis Sudan Memburuk, RSF Siapkan Serangan Baru, Rakyat Mengungsi dan Kelaparan |
|
|---|
| Hamas Murka, Tuding AS Sebar Fitnah Soal Penjarahan Truk Bantuan Dalih Lindungi Israel |
|
|---|
| Bencana Kemanusiaan di Sudan: RSF Kuasai El-Fasher, Ribuan Warga Sipil Hilang dan Dibantai |
|
|---|
| AS Dekati Militer China, tapi Juga Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Tiongkok |
|
|---|
| Obama Kritik Tajam Trump: Negara AS Mencekam, Warga Seperti Hidup dalam Bayang-Bayang Halloween! |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.