Konflik Palestina Vs Israel
Tragedi Nakba 2 di Depan Mata: Mesir Bangun Tembok 7 Meter Penyangga Gaza, Israel Ngotot Serbu Rafah
Foto satelit menunjukkan Mesir membangun tembok Gaza ketika serangan darat Israel ke Rafah semakin dekat waktunya
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
“Ini akan menjadi bencana bagi Palestina… bencana bagi Mesir dan bencana bagi masa depan perdamaian,” kata Filippo Grandi kepada kantor berita Reuters mengenai rencana invasi darat Israel ke Rafah.
Ketika ditanya apakah pihak berwenang Mesir telah menghubungi UNHCR mengenai kemungkinan rencana darurat, dia berkata: “Orang Mesir mengatakan bahwa orang-orang (Palestina) harus dibantu di dalam Gaza dan kami sedang mengupayakannya.”
Israel mengatakan ingin mengambil alih Koridor Philadelphia, wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir, untuk mengamankannya.
Mesir mengancam bahwa hal ini akan membahayakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani kedua negara empat dekade lalu.
Baca juga: Mesir Siap Hadapi Semua Skenario Soal Agresi Militer Israel di Rafah

Nakba Jilid 2 di Depan Mata
Kairo telah menekankan kalau mereka tidak ingin warga Palestina diusir dari tanah mereka oleh Israel, dan membandingkan skenario tersebut dengan peristiwa Nakba tahun 1948, yaitu pengungsian paksa sekitar 750.000 warga Palestina dari rumah mereka dalam perang yang berujung pada berdirinya Israel.
Ground invasion Israel ke Rafah secara nyata berpotensi menyebabkan terulangnya tragedi kemanusiaan itu.
Kengototan Tel Aviv untuk tetap melanjutkan rencana serangannya ke Rafah meskipun ada tekanan internasional, tidak tergoyahkan meskipun wilayah tersebut adalah tempat tinggal 1,4 juta warga Palestina, yang sebagian besar dari mereka terpaksa mengungsi – bahkan berkali-kali – akibat pemboman dan operasi darat Israel.
Warga Palestina yang mengungsi ke Rafah menderita kekurangan tempat tinggal, makanan, air dan obat-obatan. PBB dan kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan di wilayah yang terkepung semakin memburuk.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan tentara untuk menyusun rencana evakuasi bagi lebih dari setengah dari 2,3 juta orang di Jalur Gaza yang kini berdesakan di Rafah, namun belum memberikan langkah rinci.
Dia menyarankan warga Palestina dapat dikirim ke wilayah utara Rafah yang telah dibersihkan oleh militer Israel melalui invasi darat yang didukung oleh pemboman.
Avi Dichter, Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Israel, telah menyarankan daerah-daerah di sebelah barat Rafah dan kamp pengungsi al-Mawasi yang dibom di dekat pantai Mediterania, di mana banyak orang sudah berlindung.
Namun kepala bantuan kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan pada Kamis kalau mempercayai bahwa orang-orang di Gaza dapat dievakuasi ke tempat yang aman adalah sebuah “ilusi”.
Dia juga mengatakan akan menjadi “mimpi buruk Mesir” jika warga Palestina dipaksa masuk ke Mesir.

Peringatan AS ke Israel
Amerika Serikat dan sejumlah sekutu penting Israel lainnya mengatakan mereka menentang serangan darat di Rafah, dan beberapa di antaranya memperingatkan bahwa serangan itu akan menjadi “bencana besar”.
Presiden AS Joe Biden “tegas menyatakan bahwa kami tidak mendukung pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza”, Reuters mengutip pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat. “AS tidak mendanai kamp-kamp di Mesir untuk pengungsi Palestina.”
Konflik Palestina Vs Israel
Wacana Relokasi Warga Gaza ke RI, Amnesty: Seolah Ingin Dukung Pendudukan Ilegal Israel di Palestina |
---|
Israel Bunuh 5 Jurnalis Al Jazeera, Arab Saudi, UEA, dan Qatar Meradang |
---|
Daftar Negara yang Akan dan Telah Akui Negara Palestina, Terbaru Australia |
---|
Israel Akui Bunuh 5 Jurnalis Al Jazeera, Klaim Salah Satunya adalah Anggota Brigade Al-Qassam |
---|
"Jika Pesan Ini Sampai ke Anda, Israel Berhasil Bunuh Saya", Kata-kata Terakhir Jurnalis Al Jazeera |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.