Swiftconomic: Cuan Pariwisata Singapura dan Konser Taylor Swift
Istilah Swiftconomic disematkan bagi keuntungan ekonomi suatu negara yang menjadi tuan rumah konser Taylor Swift. Konser itu ditaksir…
Hal ini menyusul laporan bahwa Perdana Menteri Srettha Thavisin mengatakan kepada forum bisnis di Bangkok bahwa Singapura memang telah membuat kesepakatan semacam itu.
Para pejabat Singapura tidak menanggapi komentar Srettha secara langsung namun mengatakan bahwa pertunjukan Swift "kemungkinan besar akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Singapura".
Singapura telah menggelar karpet merah bagi banyak artis internasional, seperti Blackpink, Harry Styles, dan Ed Sheeran, sejak mengakhiri pembatasan pandemi Covid-19.
Coldplay menampilkan enam pertunjukan yang tiketnya terjual habis pada bulan Januari dan pertunjukan mendatang termasuk Bruno Mars, Sum 41 dan Jerry Seinfeld.
"Singapura mulai membuka diri lebih cepat dibandingkan negara lain setelah pandemi ini dan keunggulan negara ini sebagai penggerak pertama serta upaya bersama untuk mengadakan tindakan, acara, dan konvensi telah membantu,” kata Song Seng Wun, penasihat ekonomi untuk CGS International, kepada AFP. "Momentum itu telah meningkat.”
Potensi penipuan online
Jutaan orang berebut tiket ketika mulai dijual tahun lalu, yang menyebabkan meningkatnya penipuan online yang menargetkan Swifties yang putus asa.
Polisi Singapura bahkan merilis video media sosial dengan tagline: "Jangan cepat kehilangan uang, beli tiket dengan aman."
Terlepas dari bahayanya, Ericko Dimas Pamungkas, 25, di Jakarta login ke tiga perangkat untuk mendapatkan nomor antrian tiket.
Saya merasa sangat beruntung. Saya merasa konser ini adalah salah satu momen terpenting bagi saya, ujarnya.
Swift telah berevolusi dari seorang penyanyi dengan lirik yang menarik menjadi seorang pengusaha wanita yang cerdik dan bintang pop terbesar di dunia, dan para penggemar yakin ada banyak hal yang bisa dipelajari dari penyanyi berusia 34 tahun ini.
"Saya menghargai keterusterangan Taylor dan apa yang dia perjuangkan seperti hak, kemurahan hati, dan kasih sayang,” kata Spencer Ler, seorang pilot Singapura yang mengantri selama 22 jam untuk mendapatkan tiket bagi putrinya dan teman-temannya.
"Itu adalah sesuatu yang bisa dipelajari oleh para gadis.” rs/hp (afp)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.