Konflik Palestina Vs Israel
Keras Kepala, Netanyahu Sebut Warga Rafah Cukup 'Pindah Saja Bersama Tenda' saat Israel Menyerang
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih bersikeras akan menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza.
Penulis:
Febri Prasetyo
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM – Meski sudah banyak dikritik, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu masih bersikeras akan menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza.
Netanyahu meremehkan kekhawatiran Amerika Serikat (AS) mengenai risiko munculnya bencana kemanusiaan jika Israel nekat melancarkan serangan darat ke kota tersebut.
Pemimpin sayap kanan Israel itu menyebut warga Palestina di Rafah hanya perlu pergi ke wilayah lain di Gaza saat Israel menyerang.
Hal itu disampaikannya dalam dalam pernyataannya kepada pejabat AS yang bertandang ke Israel pada hari Rabu (27/3/2024).
“Orang-orang tinggal pindah saja, mereka pindah bersama dengan tenda mereka,” kata Netanyahu dikutip dari PBS.
Adapun Rafah kini menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi.
Rafah juga menjadi titik masuk bantuan ke Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan semua penduduk di sana mengalami kekurangan pangan.
Rencana Israel menyerang Rafah memunculkan kekhawatiran banyak pihak lantaran kota itu sudah penuh sesak dengan warga Palestina.
Mereka tinggal di tenda-tenda dan tempat perlindungan yang disediakan oleh PBB.
AS yang menjadi sekutu Israel sudah meminta negara Zionis itu untuk membatalkan serangan itu.
Sementara itu, Netanyahu menganggap perselisihan AS-Israel perihal Rafah itu hanya salah satu ketidaksepakatan di antara kedua negara itu.
Baca juga: Muncul Sinyal Israel Bakal Serang Rafah di Gaza setelah Lebaran, AS-Israel Kembali Berembuk
Dia mengaku “menghargai” bantuan dari Presiden AS Joe Biden. Kendati demikian, Netanyahu mengatakan akan bertindak sendirian jika memang harus seperti itu.
Israel-AS akan berembuk
Setelah membatalkan kunjungan delegasi Israel ke AS, Netanyahu kini setuju untuk mengatur kembali rapat antara AS-Israel.
Pembatalan kunjungan itu terjadi setelah AS memilih abstain dalam pemungutan suara untuk gencatan senjata di Gaza.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller menyebut pembatalan itu sebagai hal yang “mengejutkan dan disesalkan”.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.