Di Kampung Ini, Anak Lupa Gadget, Ibu Dapat Tambahan Uang Belanja
Gelak tawa anak-anak meramaikan suasana di Kampung Lali Gadget. Bukan karena mabar, istilah main bareng game online, mereka sibuk…
Di Kampung Lali Gadget aspek kebersamaan dijunjung tinggi. Tanpa gadget, semua yang ada di sini diajak untuk fokus dan saling mendukung kegiatan satu sama lain.
Salah satu yang ditonjolkan dalam aktivitas di Kampung Lali Gadget adalah kekompakan dan kebersamaan. Tak hanya anak-anak, Irfandi dan timnya berusaha melakukan penguatan bagi orang tua dengan melakukan edukasi melalui kegiatan parenting.
Seperti Rahma, salah satu orang tua yang mengajak anaknya ke Kampung Lali Gadget agar terlepas dari ketergantungan ponsel, "saya sangat khawatirnya dengan dia terfokus pada satu benda itu hubungan sosial dengan teman-temannya, dengan lingkungan sekitar. Akhirnya ketika ketemu dengan teman-teman yang lingkupnya lebih luas, dia jadi pendiam, pemalu, tidak bisa berbaur seperti itu. Ini kalau bagi kami suatu masalah."
Kebersamaan antara anak dan orang tua dipupuk di sini, diharapkan hal ini dapat menjadi gaya hidup baru di tengah keluarga serta memperkuat kedekatan dan rasa saling percaya. Menumbuhkan keselarasan antara orang tua dan anak juga diyakini akan mendukung upaya mengurangi kecanduan gadget di rumah.
Beragam manfaat membatasi gadget
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 33,44% anak usia dini sudah bisa memakai ponsel, lebih dari setengahnya berusia 5-6 tahun. Hal ini memberi pengaruh pada tumbuh kembang dan kesehatan mental anak, terlebih usia 0-5 tahun dianggap menjadi golden age atau masa-masa emas di mana pertumbuhan anak berkembang pesat.
Psikolog tumbuh kembang anak, Gerdaning Tyas Jadmiko, menjelaskam, "interaksi itu adalah hal utama ya dalam tumbuh kembang anak, socio emosional, interaksi itu akan berdampak pada perkembangan anak, aspek-aspeknya disitu. Sedangkan interaksi dari bermain gadget itu tidak ada. Hal ini tentu akan memberi efek negative pada bagaimana kemampua bahasa dan komunikasi anak, juga bagaimana dia mengelola emosi.”
Salah satu cara yang digunakan KLG untuk menghindarkan anak-anak dari kecanduan ponsel adalah dengan memberi edukasi dan mengenalkan mereka pada budaya dan kearifan lokal Indonesia melalui beragam permainan tradisional.
Di sini, anak-anak bisa menikmati dan berinteraksi langsung dalam peragaan wayang, bermain alat musik tradisional, bermain lumpur, hingga beragam permainan tradisional seperti congklak, bakiak, egrang, dan lainnya.
"Permainan tradisional itu adalah pintu masuk untuk memahami kebudayaan secara utuh. Ada 10 obyek kemajuan kebudayaan yang harus dikenalkan, tapi semua kan berat-berat untuk anak-anak, kita mulai yang ringan yang paling disukai anak-anak yaitu bermain," kata Irfandi.
Irfandi menjelaskan, "permainan tradisional juga menstimulasi tumbuh kembang anak, mulai dari mentalnya, fisik, emosinya."
Selain bermanfaat untuk tumbuh kembang anak, Irfandi dan rekan-rekannya percaya bahwa permainan tradisional juga dapat membentuk karakter dan kepribadian dasar anak seperti pentingnya kerja sama dan saling menghargai. (fr/ae)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.