Minggu, 21 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Belum Terkalahkan Meski Yahya Sinwar Tewas, Semua Komandan Cemas, Netanyahu Menunggu

Regenerasi kepemimpinan Hamas berpotensi berlanjut jika Yahya Sinwar benar-benar tewas, data historis sebagai buktinya

khaberni/HO
Petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas Palestina melakukan penyergapan dengan menembaki pasukan Israel di Jalur Gaza. Regenerasi kepemimpinan Hamas berpotensi berlanjut jika Yahya Sinwar benar-benar tewas, data historis sebagai buktinya 

TRIBUNNEWS.COM - Isu kematian Yahya Sinwar menimbulkan pertanyaan apakah perang di Gaza akan segera berakhir.

Seperti diberitakan sebelumnya, militer Israel mengklaim tewasnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar dalam serangan di bangunan Rafah, Gaza selatan, Kamis (17/10/2024) waktu setempat.

Kendati Hamas belum membenarkan jasad yang ditemukan adalah Yahya Sinwar, identifikasi Israel menunjukkan hasil positif.

Semenetara mengutip dari The Jerusalem Post, regenerasi kepemimpinan Hamas berpotensi berlanjut jika Yahya Sinwar benar-benar tewas. 

Berdasarkan data historis, Israel telah membunuh banyak pemimpin tinggi Hamas pada masa-masa ketika organisasi tersebut masih kecil, dan Israel selalu berhasil maju terus.

Sebagian karena banyak rekrutannya di semua tingkatan sangat berkomitmen terhadap tujuannya untuk menghancurkan Israel, sehingga siapa pun dapat digantikan.

Meski begitu, membunuh Sinwar merupakan pukulan telak yang dapat melemahkan Hamas secara signifikan, bahkan melampaui titik terpuruknya hingga saat ini.

Ini terhubung ke poin terakhir tentang kapan Netanyahu siap untuk menyatakan kemenangan.

Jika ia sedang menantikan momen fotogenik, inilah saatnya.

Bersama dengan Mohammed Deif, Marwan Issa, Ismail Haniyeh, Saleh al-Arouri, dan para pemimpin tinggi Hamas lainnya, para perencana 7 Oktober semuanya sudah meninggal sekarang.

Netanyahu dapat menunjukkan lebih banyak fleksibilitas tentang siapa yang akan memimpin Gaza selanjutnya, menggunakan momen kemenangan ini untuk tujuan elektoralnya.

Baca juga: Profil Yahya Sinwar, Bos Hamas Musuh Nomor 1 Israel yang Kabarnya Tewas di Rafah

Namun jika perdana menteri – baik secara ideologis atau karena kekhawatiran akan serangan elektoral dari pihak kanannya – memutuskan bahwa ia harus terus melanjutkan perang hingga ia mencapai semacam akhir yang tidak jelas bagi Hamas di Gaza secara politis, perang tersebut dapat berlangsung lebih lama.

Pada titik tersebut, faktor berikutnya yang dapat mengakhiri perang bisa jadi adalah presiden AS berikutnya pada bulan Januari 2025, karena baik Kamala Harris maupun Donald Trump, dengan alasan yang berbeda, telah mengatakan mereka ingin perang diakhiri.

Netanyahu akan menunggu langkah selanjutnya dari Hamas terkait sandera, tetapi dalam arti yang lebih luas, langkah selanjutnya adalah miliknya.

Namun berbeda dengan pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengindikasikan berakhirnya perang.

Pemberitaan The Times of Israel, Netanyahu menyebut pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar sebagai “awal dari berakhirnya” perang di Gaza.

“Kepada warga Gaza, saya punya pesan sederhana,” lanjutnya. “Perang ini bisa berakhir besok. Perang ini bisa berakhir jika Hamas meletakkan senjata dan memulangkan sandera kami.”

“Israel akan menjamin keselamatan semua orang yang memulangkan sandera kami,” janjinya, seraya menambahkan bahwa jika ada yang menyakiti mereka, “Israel akan memburu kalian dan membawa kalian ke pengadilan.”

Beralih ke masyarakat Timur Tengah, Netanyahu mengatakan bahwa “poros teror yang dibangun Iran sedang runtuh di depan mata kita.”

“Pemerintahan teror yang dipaksakan rezim Iran terhadap rakyatnya sendiri dan terhadap rakyat Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman – ini pun akan berakhir,” janjinya.

Keluarga Sinwar dan Semua Komandan Hamas

Anggota Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas. Qassam dilaporkan memulihkan kekuatannya dengan membentuk jaringan milisi baru di wilayah-wilayah di Jalur Gaza yang ditinggalkan pasukan Israel saat fokus berperang di front utara guna memukul mundur gerakan Perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Anggota Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas. Qassam dilaporkan memulihkan kekuatannya dengan membentuk jaringan milisi baru di wilayah-wilayah di Jalur Gaza yang ditinggalkan pasukan Israel saat fokus berperang di front utara guna memukul mundur gerakan Perlawanan Lebanon, Hizbullah. (khaberni)

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar membawa 40.000 shekel saat ia terbunuh di Rafah kemarin, kata Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari saat ia memperlihatkan video drone tentang saat-saat terakhir Sinwar.

Dia membenarkan bahwa IDF "mengidentifikasi dia sebagai teroris di sebuah gedung" dan tidak tahu bahwa itu adalah Sinwar.

"Kami menembaki gedung itu dan masuk untuk mencari. Kami menemukannya dengan jaket antipeluru dan senjata api serta uang NIS 40.000."

Sinwar tampaknya telah berpindah-pindah di terowongan di daerah tersebut selama beberapa waktu, kata Hagari. Ia mungkin berusaha "melarikan diri ke utara, ke daerah yang lebih aman" saat IDF mendekat.

"Ia melarikan diri dari rumah ke rumah, kami mengidentifikasinya sebagai teroris, kami mendekat secara profesional dan menghabisinya."

Hagari mengatakan IDF telah melacak Sinwar selama berbulan-bulan, dan DNA-nya telah ditemukan di sebuah terowongan beberapa ratus meter dari tempat Hamas membunuh enam sandera pada bulan Agustus.

Dia mengatakan bahwa Israel secara aktif mencari Muhammad Sinwar, saudara laki-laki pemimpin Hamas yang terbunuh, dan semua komandan militer Hamas.

Hagari mengatakan bahwa IDF akan terus beroperasi di Gaza melawan teroris Hamas dan infrastruktur mereka.

Ia juga membantah bahwa Israel tengah melaksanakan "rencana Jenderal" untuk mengepung Gaza utara. Ia mengatakan bahwa IDF memiliki rencananya sendiri, yang mengikuti hukum internasional.

Ia juga mengatakan bahwa tentara Golani menangkap anggota Hizbullah dalam insiden di mana lima anggota unit Pengintaian Golani tewas kemarin.

Klaim Israel

Tentara Israel mengklaim telah membunuh pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dalam operasi militer di Rafah, Gaza Selatan.

“Kemarin di Tel Sultan di Rafah, Yahya Sinwar disingkirkan oleh pejuang militer,” kata juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari, dikutip dari Al-Arabiya.

Sementara itu, polisi Israel mengklaim telah membawa jenazah Sinwar.

Jenazah Sinwar ditahan dan dibawa ke fasilitas forensik di Tel Aviv.

Polisi Israel mengatakan jenazah Sinwar dibawa untuk pemeriksaan lebih lanjut.

"Jenazah pemimpin Hamas Yahya Sinwar tiba beberapa waktu lalu di Pusat Kedokteran Forensik Nasional untuk pemeriksaan lebih lanjut," kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Menurut klaim Daniel Hagari, tentara Israel membombardir sebuah gedung dan mengidentifikasi tiga pejuang yang melarikan diri.

Setelah ditembaki oleh pasukan Israel, kelompok itu terpecah, dikutip dari Al Jazeera.

Hagari mengklaim melarikan diri sendirian ke sebuah gedung tempat tentara Israel mengirim drone dan tembakan.

Akibat penembakan tersebut, Sinwar diduga terluka pada bagian tangannya.

Kemudian Sinwar diduga melemparkan sesuatu yang tampak seperti tongkat ke arah drone.

Setelah Israel mengklaim Sinwar terbunuh, ia ditemukan dengan rompi pelindung, senjata api, dan 40.000 shekel.

Baca juga: Biden Dapat Info Kematian Yahya Sinwar di Atas Air Force One, Jasad Pemimpin Hamas Ditahan Israel

Kemudian situs web militer Israel mengunggah sebuah video yang menunjukkan seorang pria.

Di mana wajah pria tersebut terlihat tertutup syal.

Ia duduk sendirian di kursi berlengan di dalam apartemen yang rusak berat.

Saat drone Israel meluncur, pria tersebut terlihat menatap drone dan melempar tongkat yang jatuh ke tanah.

Namun hingga saat ini, klaim Israel belum dikonfirmasi oleh Hamas.

Israel menuduh Sinwar mendalangi serangan 7 Oktober, serangan paling mematikan dalam sejarah Israel, dan telah memburunya sejak dimulainya perang Gaza.

Sementara Sinwar dipilih sebagai kepala politik Hamas Agustus lalu, menggantikan Ismail Haniyeh.

Pemilihan Sinwar sebagai pemimpin tertinggi kelompok perlawanan mencerminkan sejarahnya dengan Hamas

Ia telah menjabat sebagai pejabat tinggi Hamas di Gaza selama dua periode berturut-turut, dikutip dari Anadolu Anjansi.

Awal mula Sinwar menjabat sebagai pejabat tinggi Hamas yaitu pada tahun 2017.

Kemudian Sinwar kembali terpilih menjadi pejabat tinggi Hamas pada tahun 2021.

(Tribunnews.com/ Chrysnha, Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Hamas dan Yahya Sinwar

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan