Rabu, 27 Agustus 2025

Konflik Suriah

Hamas Dukung Pejuang Suriah Tumbangkan Rezim Bashar , Iran Kehilangan Sekutu Dekat

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad bisa menjadi momen penting, yang berpotensi memungkinkan Suriah untuk melepaskan diri dari siklus konflik

Penulis: Choirul Arifin
zoom-inlihat foto Hamas Dukung Pejuang Suriah Tumbangkan Rezim Bashar , Iran Kehilangan Sekutu Dekat
Russian Today.Ammar Ghali/Getty Images
Warga Suriah di ibu kota Damaskus merayakan penggulingan pemerintahan Bashar al-Assad, Minggu 8 Desember 2024.

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad bisa menjadi momen penting, yang berpotensi memungkinkan Suriah untuk melepaskan diri dari siklus konflik dan memulai perjalanan menuju masa depan yang baru.

Peristiwa ini tentunya akan ditafsirkan dengan cara yang berbeda – bagi sebagian orang, peristiwa ini mungkin melambangkan reformasi dan rekonsiliasi yang telah lama ditunggu-tunggu, sementara bagi sebagian lainnya, peristiwa ini dapat menandakan ketidakpastian baru.

Pada akhirnya, hasilnya akan bergantung pada apakah rakyat dan politisi Suriah memanfaatkan peluang bersejarah ini.

Bagaimanapun, negosiasi, reformasi, dan pencarian model pemerintahan baru untuk menyatukan masyarakat masih terbentang di depan mata.

Namun ada satu hal yang pasti: kekayaan sejarah Suriah tidak dapat dilupakan.

Transformasi yang terjadi di depan mata kita dapat menandakan dimulainya sebuah era baru, dimana dengan mengambil pelajaran dari masa lalu namun didorong oleh harapan untuk masa depan, Suriah menemukan stabilitas dan kemakmuran.

Baca juga: Presiden Bashar al-Assad Ternyata Bawa Keluarganya Kabur ke Moskow, Dapat Suaka Politik Rusia

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad juga merupakan kemunduran signifikan bagi ambisi kebijakan luar negeri Iran.

Bagi Teheran, Suriah telah menjadi penghubung penting dalam ‘Poros Perlawanan’ – sebuah jaringan aliansi dan kekuatan proksi yang dirancang untuk melawan pengaruh Barat dan meningkatkan peran Iran di Timur Tengah.

Namun, pengunduran diri Assad dianggap oleh Teheran sebagai tanda bahwa strategi ini – dan, pada kenyataannya, pengaruh Iran di seluruh kawasan – telah melemah secara signifikan.

Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024.
Seorang pejuang oposisi Suriah merobek lukisan yang menggambarkan Presiden Suriah Bashar Assad dan mendiang ayahnya Hafez Assad di Bandara Internasional Aleppo di Aleppo, Suriah, 2 Desember 2024. (tangkap layar ToI/Kredit Foto: AP/Ghaith Alsayed)

Suriah telah menjadi sekutu strategis Iran selama beberapa dekade, berfungsi sebagai koridor penting untuk pasokan senjata dan dukungan bagi Hizbullah di Lebanon, dan sebuah platform politik untuk mengkonsolidasikan front anti-Barat dan anti-Israel.

Sejak dimulainya perang saudara di Suriah pada tahun 2011, Iran telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk mendukung Bashar Assad, menyediakan pasokan militer dan bantuan ekonomi, serta mengirimkan pakar militer dan pasukan Syiah ke Suriah.

Aliansi ini dipandang sebagai tulang punggung Poros Perlawanan.

Tumbangnya rezim Bashar al-Assad secara mendasar mengubah keseimbangan kekuasaan. Pertama, partai-partai politik baru di Suriah kemungkinan besar akan menjauhkan diri dari Iran demi meningkatkan hubungan dengan Barat, negara-negara Arab lainnya, dan Turki.

Baca juga: Oposisi Rayakan Kemenangan Rebut Damaskus, Negara Tujuan Berlindung Bashar Al-Assad Masih Misterius

Kedua, kepergian Assad merusak citra Iran sebagai penjamin stabilitas sekutunya. Selain itu, melemahnya pengaruh Iran di Suriah memperumit posisinya di seluruh kawasan.

Hizbullah, yang sangat bergantung pada dukungan Suriah, kini jauh lebih rentan.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan