Pengaruh Rusia di Afrika Melemah Usai Jatuhnya Assad di Suriah
Jatuhnya Bashar Assad di Suriah melemahkan kemampuan militer Rusia beroperasi di Afrika, dan kemungkinan berdampak pada negara-negara…
Dari Libya, Rusia dapat memperoleh akses ke seluruh Sahel, kata Ali. "Rusia memasok perang di Libya melalui Khalifa Haftar dengan menyelundupkan senjata ke zona konflik dan emas keluar dari negara tersebut. Ada peluang untuk memperdalam hubungan dengan Haftar dan mengakses konflik lainnya," katanya kepada DW.
Ulf Laessing, direktur program Sahel di Konrad Adenauer Foundation (KAS) di Mali, berpendapat bahwa memasok pangkalan militer di benua Afrika dari Libya akan menjadi jauh lebih mahal. "Tidak mungkin lagi membawa material melalui kapal, jarak penerbangan jauh lebih jauh dan sangat tidak aman."
"Rusia pertama-tama harus berinvestasi besar di pangkalan ini untuk mengatur penerbangan ke negara-negara Afrika," jelasnya.
Tidak ada perluasan lebih lanjut di Afrika
"Dalam beberapa minggu terakhir, kita telah melihat bagaimana peralatan militer telah diterbangkan keluar dari Suriah, beberapa di antaranya ke Libya dan Libya timur," kata Laessing.
Rusia telah mendukung Khalifa Haftar, yang telah menyerahkan empat pangkalan untuk digunakan oleh Rusia. Namun, masa depan Haftar yang berusia 81 tahun tidak pasti, kata Laessing. "Dia telah berupaya menjalin hubungan dengan Barat, Prancis, AS, dan Italia. Sejauh ini mereka telah memberikan tekanan kepada Haftar agar tidak memberi Rusia pangkalan lagi."
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.