Wakil Presiden Iran Javad Zarif Mengundurkan Diri, Mengaku Alami Tekanan Berat
Wakil presiden Iran untuk urusan srategis, Javad Zarif mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Senin (3/3/2025).
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Wakil presiden Iran untuk urusan srategis, Javad Zarif mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Senin (3/3/2025).
Zarif, yang merupakan mantan menteri luar negeri Iran dan wajah utama dalam negosiasi nuklir dengan kekuatan global yang menghasilkan kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2015, mengonfirmasi langkah tersebut melalui sebuah posting di platform media sosial X (dulu dikenal sebagai Twitter) pada pagi hari Senin.
Dalam pengumumannya, Zarif menyatakan bahwa selama bekerja, ia mengaku menghadapi tekanan berat.
"Saya telah bekerja dengan penuh dedikasi di pemerintahan Presiden Masoud Pezeshkian selama sembilan bulan terakhir, tetapi mengalami "penghinaan, fitnah, dan ancaman paling keji yang ditujukan kepada saya dan keluarga saya selama enam bulan terakhir," tulisnya dalam X.
Hal ini menjadi salah satu alasan utama di balik keputusannya untuk mengundurkan diri.
Ia juga menjelaskan telah mengalami masa-masa pahit dalam 40 tahun terakhir.
"Saya telah bekerja dengan sepenuh hati selama lebih dari 40 tahun dalam pemerintahan ini, tetapi saya telah melalui masa-masa pahit dalam beberapa bulan terakhir. Saya bertahan dengan harapan untuk terus mengabdi," tulis Zarif dalam pernyataannya.
Zarif juga mengungkapkan bahwa ia telah mendapatkan saran dari kepala kehakiman Iran, Gholamhossein Mohseni Ejei, yang menyarankan agar ia mundur dan kembali mengajar di universitas untuk mengurangi tekanan lebih lanjut terhadap pemerintah.
Ia mengatakan bahwa saran ini diberikan dalam pertemuan dengan Mohseni Ejei yang terjadi sehari sebelumnya.
"Kemarin, atas undangan pimpinan Badan Peradilan yang terhormat, saya pergi menemuinya. Mengacu pada kondisi negara, ia menyarankan agar saya kembali ke universitas untuk mencegah tekanan lebih lanjut pada pemerintah," tambah Zarif.
"Saya berharap dengan kepergian saya, hambatan terhadap keinginan rakyat dan keberhasilan pemerintah akan disingkirkan," lanjutnya.
Baca juga: Menteri Ekonomi Iran Dipecat Buntut Inflasi Melonjak-Mata Uang Anjlok
Tekanan dari Kalangan Konservatif
Zarif telah lama menjadi sasaran tekanan politik dari kalangan politik konservatif Iran, yang semakin mendominasi parlemen dalam beberapa tahun terakhir, dikutip dari Al Jazeera.
Dalam beberapa bulan terakhir, politisi konservatif bahkan mendesak parlemen untuk mencopotnya dari jabatannya, karena ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan luar negeri dan pendekatan moderat yang sering diusung oleh Zarif.
Zarif juga memainkan peran penting dalam kampanye untuk memilih Masoud Pezeshkian dalam pemilu sebelumnya.
Ia memimpin komite yang bertanggung jawab untuk memilih kandidat untuk berbagai kementerian dan departemen pemerintah.
Meskipun ada spekulasi mengenai kemungkinan pengunduran dirinya, Zarif sebelumnya selalu menepis rumor tersebut.
Reaksi Presiden Pezeshkian dan Media
Presiden Masoud Pezeshkian, yang berafiliasi dengan kubu sentris, belum memberikan reaksi resmi terhadap pengunduran diri Zarif secara terbuka.
Namun, laporan media pemerintah menyatakan bahwa kantor presiden telah menerima pengunduran diri tersebut.
Sejauh ini, tidak ada komentar langsung dari Pezeshkian mengenai langkah yang diambil oleh mantan menteri luar negeri tersebut.
Sementara itu, dalam sebuah video pertemuan yang dirilis oleh media pemerintah, Mohseni Ejei terlihat bertemu dengan pejabat senior kehakiman pada hari Senin, namun ia tidak memberikan komentar mengenai pengunduran diri Zarif.
Fokus dari pertemuan tersebut adalah untuk mengelola pasar mata uang negara yang tengah menghadapi ketegangan ekonomi.
Keputusan Zarif untuk mengundurkan diri juga datang setelah pemecatan Abdolnaser Hemmati, seorang tokoh terkemuka dari kubu sentris.
Di mana Hemmati dipecat dari jabatannya sebagai menteri ekonomi oleh parlemen yang didominasi oleh kelompok konservatif.
Pemecatan Hemmati ini terjadi setelah pemilu yang diikuti dengan tingkat partisipasi pemilih yang rendah, yang semakin mengukuhkan dominasi kubu garis keras di parlemen Iran selama lima tahun terakhir.
Kepergian Zarif, yang sebelumnya sangat berperan dalam kesepakatan nuklir Iran yang kontroversial, dipandang sebagai sebuah momen penting dalam lanskap politik Iran.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Iran dan Javad Zarif
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.