Selasa, 26 Agustus 2025

Konflik Suriah

Bentrokan Berdarah di Suriah, Pasukan Keamanan Vs Pejuang Pro-Assad

pertempuran sengit pecah antara pasukan keamanan Suriah dan kelompok bersenjata yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad di wilayah pesisir Suriah.

RNTV/TangkapLayar
JAM MALAM SURIAH - Pasukan rezim baru pemerintahan Suriah saat menangani kerusuhan yang terjadi di wilayah-wilayah yang menjadi basis pendukung Presiden terguling, Bashar Al-Assad, Kamis (6/3/2025). Pertempuran sengit pecah antara pasukan keamanan Suriah vs loyalis Presiden Bashar al-Assad di wilayah pesisir Suriah. 

Jam malam diberlakukan di kota pesisir seperti Latakia dan Tartus pada Jumat (7/3/2025), sementara bentrokan terus berlanjut di beberapa lokasi.

Kekerasan ini juga mengguncang stabilitas regional.

Sejumlah warga Suriah yang mencari perlindungan mulai mendatangi pangkalan udara Rusia di Jableh, mengingat peran Moskow yang mendukung al-Assad sejak 2015.

Reaksi Sejumlah Negara

Dalam sebuah pernyataan, Rusia menyatakan siap untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna mengurangi ketegangan dan menghentikan pertumpahan darah lebih lanjut.

Iran, sebagai sekutu utama Suriah, mengeluarkan peringatan pada hari Jumat bahwa kekerasan ini dapat menambah ketidakstabilan regional.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menegaskan bahwa negara tersebut menentang segala bentuk kekerasan dan mengutuk serangan terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

Sementara itu, negara tetangga, Turki, turut mengingatkan bahwa provokasi yang terjadi di Latakia dapat mengancam perdamaian Suriah dan kawasan tersebut.

Turki juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan menghentikan provokasi yang dapat memperburuk situasi.

Sejak kejatuhan al-Assad, komunitas Alawite, yang selama ini berkuasa di Suriah, telah menjadi sasaran serangan.

Aktivis setempat melaporkan bahwa kelompok mereka, terutama di wilayah pedesaan Homs dan Latakia, sering kali menjadi target kekerasan dari berbagai pihak.

Sementara Presiden sementara Suriah berjanji untuk menjalankan pemerintahan secara inklusif, tidak ada pertemuan yang diumumkan antara al-Sharaa dan tokoh-tokoh senior dari komunitas Alawite, berbeda dengan pendekatan terhadap kelompok minoritas lainnya seperti Kurdi, Kristen, dan Druze.

Selama pemerintahan al-Assad, kelompok Alawite memiliki posisi penting dalam militer dan badan keamanan negara.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan