Konflik Rusia Vs Ukraina
Ditangkap Unit Ranger Pasukan Ukraina, Tentara Rusia Berusia 61 Tahun Mengaku Dipaksa Ikut Perang
Keterlibatan kakek berusia 61 tahun ini menguatkan dugaan kalau Rusia memang mengalami krisis personel militer dalam perang melawan Ukraina
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Ditangkap Unit Ranger Pasukan Ukraina, Tentara Rusia Berusia 61 Tahun Mengaku Dipaksa Ikut Perang
TRIBUNNEWS.COM - Unit Ranger dari Resimen ke-4 Pasukan Operasi Khusus Angkatan Bersenjata Ukraina (Special Operations Forces Ukraine/SOF) mengklaim bisa melenyapkan sejumlah tenaga kerja Rusia, dalam pembersihan sebagian pemukiman di teritorial Ukraina.
Dilansir Ukrinform, mengutip laporan Pasukan Operasi Khusus Ukraina di Telegram, unit Ranger tersebut juga menyita dokumentasi lawan dan menangkap seorang tentara Rusia.
Baca juga: Terinspirasi Perang Dunia I, Senapan Terbang Laras Ganda Unit Tempur Ukraina Berondong Drone Rusia
“Sebagai hasil dari tindakan khusus yang terkoordinasi, para penjaga dari Resimen ke-4 menghancurkan tenaga musuh dan membersihkan sebagian pemukiman,” kata pernyataan itu, dikutip Selasa (8/4/2025).
Operasi tugas pembersihan pemukiman dari unsur Rusia tersebut dilaksanakan Pasukan Ranger Ukraina dengan dukungan kendaraan udara tak berawak dan artileri.
“Selama pembersihan, dokumentasi musuh disita dan seorang prajurit Rusia ditawan,” kata SOF.

Kakek 61 Tahun Dipaksa Moskow Ikut Perang
Laporan merinci, Prajurit Rusia berusia 61 tahun tersebut ditangkap pasukan Ukraina dari detasemen Izmail dari Dinas Penjaga Perbatasan Negara Ukraina di sektor Sumy.
"Menurut tawanan itu, dia sedang dalam misi untuk mengirimkan makanan ke garis depan unitnya, tetapi tersesat dan berusaha mencari jalan selama satu setengah hari," kata laporan tersebut.
Kakek warga Rusia itu bertugas di militer berdasarkan kontrak yang dipaksakan kepadanya oleh perwakilan polisi Rusia, menurut laporan itu.
Pria itu datang untuk berperang dari Murmansk.
Penjaga perbatasan Ukraina kemudian menyerahkan tawanan perang kepada otoritas yang berwenang untuk tindakan investigasi lebih lanjut.

Dugaan Krisis Personel Militer Rusia
Keterlibatan kakek berusia 61 tahun ini menguatkan dugaan kalau Rusia memang mengalami krisis personel militer dalam perang melawan Ukraina yang kini sudah memasuki tahun ketiga.
Moskow telah merekrut sedikitnya 20.000 tentara baru setiap bulan untuk membantu memperkuat pasukannya, dengan lebih dari 1.000 tentara Rusia tewas atau terluka rata-rata setiap hari, menurut pejabat NATO dan militer di Barat.
Untuk menutupi kebutuhan personel saat perang di Ukraina memasuki tahun ketiga, pasukan Korea Utara kemungkinan termasuk di antara opsi "pasukan yang paling mampu" di antara pasukan yang tersedia bagi Rusia, kata Chun In-bum, pensiunan letnan jenderal tentara Korea Selatan.
“[Rusia] telah mengirim pasukan ke garis depan tanpa pelatihan yang memadai. Dibandingkan dengan [pasukan] rekrutan tersebut, pasukan Korea Utara terlatih dan termotivasi. Mereka saat ini belum teruji dalam pertempuran, tetapi itu bukan inti masalahnya,” kata Letnan Jenderal (purn) Chun.
Meskipun demikian, beberapa pakar meyakini kendala bahasa yang nyata dan ketidaktahuan terhadap sistem Rusia akan mempersulit peran tempur apa pun,
Mereka menyarankan bahwa pasukan Pyongyang akan dimanfaatkan berdasarkan kemampuan teknik dan konstruksi mereka.
Mengapa Korea Utara terlibat dalam Perang Rusia-Ukraina?
Mengingat kerugian ini, apa keuntungan kesepakatan ini bagi kedua negara?
Para pengamat mengatakan Moskow membutuhkan sumber daya manusia, sementara Pyongyang membutuhkan uang dan teknologi.
“Bagi Korea Utara, [penempatan pasukan seperti itu] merupakan cara yang baik untuk mendapatkan uang,” kata Andrei Lankov, direktur Korea Risk Group.
Intelijen Korea Selatan memperkirakan bayaran yang diterima sebesar US$2.000 (sekitar Rp31,6 juta) per prajurit per bulan, dengan sebagian besar uang ini diperkirakan akan masuk ke kas negara.
Pyongyang juga dapat memperoleh akses ke teknologi militer Rusia, yang jika tidak dalam kondisi seperti saat ini, Moskow enggan mentransfernya, imbuh Lankov.
Masalah sumber daya manusia di Moskow telah banyak dilaporkan, dengan AS memperkirakan bahwa sekitar 600.000 tentara Rusia telah tewas atau terluka sejak invasi negara itu ke Ukraina pada 2022.
Pada September silam, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan perintah—ketiga kalinya sejak perang dimulai—untuk menambah pasukannya.
Rusia juga menerapkan strategi yang “meminimalkan dampak politik dalam negeri”, seperti menawarkan bonus kepada [tentara] rekrutan yang menjadi relawan dan merekrut orang asing dengan janji kewarganegaraan, kata Cancian dari CSIS.
"Dengan Rusia dilaporkan menderita lebih dari 1.000 korban di medan perang, mengurangi kerugiannya sendiri dapat meringankan tekanan pada rezim Putin," kata Lami Kim, seorang profesor Studi Keamanan di Daniel K Inouye Asia-Pacific Center for Security Studies.
(oln/ukrnfm/bbc/*)
Konflik Rusia Vs Ukraina
Zelensky: Ukraina Kini Gunakan Senjata Buatan Sendiri untuk Serang Rusia, Tidak Perlu Izin Amerika |
---|
Perang Chechnya dan Georgia, Sinyal Kalau Perdamaian dengan Ukraina Cuma Angin Lalu Buat Rusia |
---|
BBM Langka di Rusia, Kebakaran Kilang Minyak Rostov Padam Seminggu Seusai Serangan Drone Ukraina |
---|
Rusia Bangun Antena Raksasa Diameter 1,6 Km di Kaliningrad, Komunikasi NATO Terancam Bobol Tersadap |
---|
Analisis Kolonel AS Drama Rusia-Ukraina Justru di Ambang Perang, Putin Anti Lihat Wajah Zelensky |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.