Rabu, 17 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas: Menyerah Bukan Pilihan, Netanyahu Lakukan Kejahatan Perang demi Masa Depan Politiknya Sendiri

Pejabat Hamas mengatakan bahwa menyerah bukan pilihan, dan pembunuhan yang dilakukan Netanyahu bertujuan mengamankan masa depan politiknya sendiri.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Telegram Brigade Al-Qassam/كتائب الشهيد عز الدين القسام
BRIGADE AL-QASSAM - Foto dari akun Telegram Brigade Al-Qassam, memperlihatkan anggota Hamas mengibarkan bendera Palestina saat penyerahan sandera Israel pada 22 Februari 2025. Pada 15 April 2025, seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa menyerah bukan pilihan, dan pembunuhan yang dilakukan Netanyahu bertujuan mengamankan masa depan politiknya sendiri. 

TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Hamas menegaskan kembali bahwa menyerah bukanlah pilihan bagi kelompoknya.

Ia juga mengecam keras agresi Israel yang disebutnya sebagai perang genosida di Jalur Gaza, serta mengecam Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan kejahatan perang demi kelangsungan karier politiknya sendiri.

Mengutip PressTV, Sami Abu Zuhri, Kepala Biro Politik Hamas di luar negeri, menyatakan pada Selasa (15/4/2025) bahwa Hamas tidak akan pernah menyerah dan akan terus berjuang untuk memenuhi tuntutan rakyat Palestina.

Zuhri menegaskan komitmen Hamas untuk menggunakan segala bentuk tekanan dalam menghadapi rezim pendudukan.

Ia juga menyatakan bahwa Hamas telah merespons secara positif semua inisiatif gencatan senjata yang bertujuan memenuhi kebutuhan sah rakyat Palestina.

“Gerakan Hamas tidak akan pernah mengibarkan bendera putih dan akan menggunakan segala cara untuk menekan penjajah,” tegasnya.

Zuhri juga mengecam kampanye sistematis Israel yang menurutnya bertujuan membuat penduduk Gaza kelaparan.

Taktik tersebut, lanjutnya, dilakukan melalui pengepungan wilayah Jalur Gaza.

“Penjajah telah melakukan berbagai pembantaian, menargetkan keluarga, dan terus melanjutkan perang yang membuat anak-anak Palestina kelaparan,” ujarnya.

Ia menuding Netanyahu memanfaatkan perang di Gaza untuk keuntungan politik pribadi.

Zuhri juga mengecam mantan Presiden AS, Donald Trump, atas dukungannya terhadap kampanye kekerasan dan penghancuran yang dilakukan Israel, termasuk dengan mempersenjatai rezim tersebut dan melindunginya dari sanksi internasional.

Baca juga: Hamas Akan Tanggapi Tawaran Gencatan Senjata Terbaru Israel Dalam 48 Jam, IDF Pakai Taktik Bom Sipil

“Netanyahu bertindak demi masa depan politiknya sendiri, dan Trump adalah mitranya dalam membunuh warga Gaza,” katanya.

Abu Zuhri juga melontarkan kritik keras terhadap pemerintah negara-negara Arab yang dinilainya tidak bertindak menghadapi krisis kemanusiaan di Gaza.

“Saya katakan kepada semua penguasa negara-negara Arab: Malulah kalian, karena selama satu setengah bulan tidak ada sepotong roti atau setetes air pun yang masuk ke Jalur Gaza. Penduduk di sana hidup dalam kondisi seperti itu. Mengapa kalian tunduk pada kehendak Netanyahu?” tanyanya.

Proposal Gencatan Senjata dari Israel

Mengutip The New Arab, Israel mengusulkan gencatan senjata selama 45 hari, di mana Hamas akan membebaskan lima tawanan Israel yang masih hidup pada hari kedua, sebagai imbalan atas pembebasan 66 tahanan Palestina dan 611 warga Palestina yang ditahan dari Gaza.

Hal itu disampaikan oleh sumber Palestina yang mengetahui hal tersebut kepada Al-Araby Al-Jadeed, media berbahasa Arab yang merupakan jaringan dari The New Arab.

Sumber tersebut menambahkan bahwa usulan itu mencakup dimulainya kembali bantuan kemanusiaan pada hari kedua, bersamaan dengan penempatan kembali pasukan Israel ke posisi-posisi tertentu di Rafah dan wilayah Gaza lainnya.

Selanjutnya, pada hari ketiga, akan dimulai negosiasi terkait gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan, demiliterisasi Gaza, serta rencana untuk masa pascaperang.

Usulan itu juga menyatakan bahwa Hamas harus memberikan informasi lengkap mengenai seluruh tawanan yang masih hidup pada hari ke-10, serta menyerahkan jenazah 16 warga Israel pada hari ke-20 sebagai imbalan atas 160 jenazah warga Palestina dari Gaza.

Proposal tersebut menetapkan bahwa negosiasi harus diselesaikan dalam waktu 45 hari, setelah itu seluruh tawanan yang tersisa akan dibebaskan.

Syarat penting lainnya yang diajukan Israel adalah pelucutan senjata Hamas, namun hal ini ditolak oleh pihak Hamas.

Hamas menyatakan penolakannya terhadap usulan tersebut karena Israel tidak memberikan jaminan yang jelas terkait penghentian perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan