Rabu, 1 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

China Peringatkan Negara-Negara yang Ajukan Negosiasi Tarif Trump, Ancam Bakal Membalas

Presiden China Xi Jinping mengancam akan menjatuhkan sanksi balasan yang tegas kepada sejumlah negara yang melakukan negosiasi tarif impor Trump

Pixabay/Mohamed_hassan
PERANG DAGANG - Ilustrasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang diunduh dari situs bebas royalti Pixabay pada 17 April 2025. China mengancam akan menjatuhkan sanksi balasan yang tegas kepada sejumlah negara yang melakukan negosiasi tarif impor Trump serta memberlakukan hambatan baru pada perdagangan dengan China. 

TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah China di bawah pimpinan Xi Jinping mengancam akan menjatuhkan sanksi balasan kepada negara-negara yang melakukan negosiasi mengenai kenaikan tarif impor Amerika Serikat (AS).

Tak dijelaskan secara rinci sanksi apa yang akan diterapkan Xi kepada negara-negara yang melakukan negosiasi terhadap kenaikan tarif Trump.

Namun, Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa Tiongkok akan mengambil tindakan balasan dan timbal balik yang tegas.

Ancaman ini dilontarkan Xi setelah munculnya laporan bahwa AS berencana menggunakan negosiasi tarif untuk menekan puluhan negara agar memberlakukan hambatan baru pada perdagangan dengan China.

“China dengan tegas menentang pihak manapun yang mencapai kesepakatan dengan mengorbankan kepentingan China. Jika ini terjadi, China tidak akan pernah menerimanya dan akan dengan tegas mengambil tindakan balasan,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, dikutip dari BBC International.

Tak hanya melontarkan ancaman, China juga memperingatkan negara-negara agar tidak lembek menghadapi perang tarif Trump.

Meski Tiongkok menghormati semua pihak yang menyelesaikan perbedaan ekonomi dan perdagangan dengan AS melalui konsultasi dengan kedudukan yang setara.

Akan tetapi jika tarif Trump diterima begitu saja oleh negara-negara lain, hal itu bisa mendorong negara kuat seperti AS berlaku seenaknya, melanggar aturan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia).

China melihat bahwa negosiasi bilateral tarif antara AS dan negara-negara lain merupakan strategi untuk memecah solidaritas internasional dalam menghadapi perang dagang.

Terlebih sejumlah negara yang mencari kesepakatan dengan AS dengan mengorbankan kepentingannya bersama China.

Baca juga: Trump Kembali Naikkan Tarif untuk Kapal China, Perang Dagang Berlanjut

Alasan tersebut yang membuat China murka. China memandang ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap semangat keadilan dagang global.

"Kedamaian tidak akan mendatangkan perdamaian, dan kompromi tidak akan mendatangkan rasa hormat," tegas Kementerian Perdagangan China.

"Mendahulukan kepentingan pribadi yang bersifat sementara dan mengorbankan kepentingan pihak lain, sama saja dengan mencari kulit harimau (cari gara-gara)," lanjut pernyataan tersebut. 

China Tolak Tunduk

Aksi saling lempar tarif impor antara China dan AS bermula dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengumumkan tarif resiprokal atau tarif timbal balik sebesar 34 persen. 

Sebagai bentuk balasan Komite Tarif Dewan Negara China turut menerapkan tarif 34 persen atas produk-produk asal AS.

Ketegangan yang semakin berlanjut akhirnya mendorong AS untuk menjatuhkan tarif 245 persen ke China.

Dengan rincian mencakup tarif timbal balik terbaru sebesar 125 persen, tarif sebesar 20 persen untuk mengatasi krisis fentanyl.

Serta tarif 7,5 persen dan 100 persen pada barang-barang tertentu untuk mengatasi praktik perdagangan yang tidak adil, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kendati AS menjatuhkan tarif lebih tinggi ke China, namun dalam forum itu negara tirai bambu menegaskan bahwa mereka tak akan tunduk.

“Tiongkok tidak akan peduli jika Amerika Serikat terus memainkan permainan angka tarif,” kata uru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian.

"China tidak ingin berperang dagang dengan AS, tetapi sama sekali tidak takut jika AS bersikeras memprovokasi," imbuhnya.

Xi Jinping Galang Dukungan

Di tengah memanasnya perang dagang antara China dengan AS, Xi mengumumkan rencana tur ke tiga negara Asia Tenggara, yakni Vietnam, Malaysia, dan Kamboja.

Menurut kantor berita Xinhua, kunjungan digelar bertujuan untuk mempererat hubungan China dengan sejumlah negara tetangga, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.

Tur ini menjadi upaya diplomatik yang langka, mengingat terakhir kali Xi mengunjungi Kamboja dan Malaysia masing-masing sembilan dan dua belas tahun lalu.

Sementara kunjungan terakhirnya ke Vietnam terjadi baru-baru ini, yakni pada Desember 2023.

Upaya ini juga menunjukan tekad China yang ingin tampil sebagai mitra dagang global yang stabil dan dapat diandalkan, terutama di tengah ketidakpastian akibat kebijakan AS.

Dengan menawarkan alternatif perdagangan bebas dan multilateral, China berharap dapat menarik sekutu-sekutu AS yang mungkin merasa dirugikan oleh kebijakan tarif tersebut.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved