Senin, 8 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Korban Malnutrisi Melonjak, RS di Gaza Kewalahan Tangani Anak Sekarat Karena Lapar

Sejumlah fasilitas medis utama di Gaza, termasuk RS Nasser Hospital mengaku kewalahan menangani lonjakan kasus malnutrisi akut pada anak-anak

khaberni/tangkap layar
PENGUNGSI GAZA - Tangkap layar Khaberni, Rabu (26/3/2025) menunjukkan pengungsi warga Gaza yang berpindah mencari lokasi aman dari serangan Israel. Sejumlah fasilitas medis utama di Gaza, termasuk RS Nasser Hospital mengaku kewalahan menangani lonjakan kasus malnutrisi akut pada anak-anak 

TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah fasilitas medis utama di Gaza, termasuk RS Nasser Hospital mengaku kewalahan menangani lonjakan kasus malnutrisi akut pada anak-anak.

Menurut laporan Associated Press, para dokter di rumah sakit menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mereka mengungkap bahwa banyak anak yang datang terlalu lemah untuk menangis atau bergerak, dan beberapa dalam kondisi pra-koma akibat kekurangan nutrisi kronis.

Situasi ini terjadi di tengah blokade ketat dan konflik berkepanjangan yang telah berlangsung selama tiga bulan terakhir.

Sejak blokade dan pertempuran berkecamuk selama lebih dari tujuh bulan terakhir, pasokan makanan dan obat-obatan semakin menipis.

Akibatnya, ruang rawat anak dipenuhi pasien balita dengan wajah tirus, tubuh kurus, dan tangisan lemah karena rasa lapar yang tak tertahankan.

“Kami bekerja tanpa cukup nutrisi medis, tanpa susu formula khusus, dan dengan persediaan makanan yang tidak layak," ujar Salah satu dokter anak Nasser Hospital.

Adalah Mayar Al-Arja, balita dua tahun yang menderita penyakit celiac, yaitu kelainan autoimun yang membuatnya tidak dapat mengkonsumsi gluten dan memerlukan makanan khusus.

Namun dalam kondisi Gaza yang tengah diblokade Israel, tidak banyak pilihan makanan yang tersisa. Padahal Mayar tidak dapat mencerna makanan apa pun yang tersedia.

Situasi serupa juga turut menimpa sang ibu Nouf, akibat kiamat pangan yang melanda Gaza ia kini mengalami malnutrisi hingga tidak mampu menyusui.

“Ia membutuhkan popok, susu kedelai, dan ia membutuhkan makanan khusus. Ini tidak tersedia karena penutupan perbatasan. Jika pun tersedia, harganya mahal, saya tidak mampu membelinya,” kata ibunya saat duduk di sebelah Mayar.

Menurut UNICEF, Mayar termasuk di antara lebih dari 9.000 anak yang telah dirawat karena kekurangan gizi tahun ini.

Baca juga: Pengungsi Kamp Al-Shati dan Al-Nasr Gaza Krisis Air Bersih dan Bahan Makanan

Para ahli keamanan pangan mengatakan puluhan ribu kasus kurang gizi diperkirakan akan terjadi tahun depan.

Kondisi ini mencerminkan krisis kemanusiaan lebih luas yang kini terjadi di Gaza.

Tanpa akses bantuan yang konsisten dan aman, serta penghentian blokade yang efektif, rumah sakit-rumah sakit seperti Nasser berada di ambang kehancuran, meninggalkan ribuan anak tanpa harapan.

14 Ribu Bayi Diambang Kematian

Sejak awal Maret, setidaknya 57 anak dilaporkan meninggal karena kekurangan gizi.

Jika blokade Israel terhadap Jalur Gaza terus berlanjut, maka hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan menderita kekurangan gizi akut selama 11 bulan ke depan.

Hal serupa juga diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, Tom Fletcher yang memperingatkan 14.000 bayi berada di ambang kematian.

Belasan ribu bayi-bayi mungil itu berisiko meninggal dalam 48 jam mendatang apabila bantuan tidak sampai kepada mereka.

“Kita perlu membanjiri Jalur Gaza dengan bantuan kemanusiaan,” ingatnya, dalam wawancara dengan BBC.

“Saya ingin menyelamatkan sebanyak mungkin dari 14.000 bayi ini dalam 48 jam kedepan.” imbuhnya.

Meski Israel telah membuka akses pengiriman bantuan usai blokade 11 minggu, namun PBB mengatakan bahwa belum ada bantuan kemanusiaan yang benar-benar didistribusikan di daerah kantong yang dilanda perang itu.

Situasi ini diperparah oleh minimnya jaminan keamanan bagi pekerja kemanusiaan serta kurangnya jalur logistik yang aman.

Akibatnya, stok makanan, air bersih, dan obat-obatan tetap tertahan, sementara warga Gaza terutama anak-anak menghadapi risiko kelaparan, dehidrasi, dan penyakit.

"Hari ini salah satu tim kami menunggu beberapa jam hingga lampu hijau Israel untuk mengakses daerah Kareem Shalom dan mengambil pasokan nutrisi,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric

“Sayangnya, mereka tidak dapat membawa pasokan tersebut ke gudang kami," imbuhnya.

Mengantisipasi terjadinya lonjakan korban jiwa akibat kelaparan dan kiamat pangan,

PBB menyerukan kepada semua pihak, khususnya Israel sebagai pihak yang mengontrol perbatasan, untuk memberikan akses tanpa hambatan terhadap pengiriman dan distribusi bantuan kemanusiaan, sesuai dengan hukum internasional.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan