Jumat, 3 Oktober 2025

Jalur Kereta Api Iran-China Resmi Beroperasi, Teheran Bongkar Blokade Ekonomi Amerika Serikat

Rute kereta api baru ini memperpendek waktu pengiriman ekspor minyak Iran dan membantu China menghindari titik tersendat di Selat Malaka.

IRNA
KERETA CHINA IRAN - Rute kereta api komersial baru yang menghubungkan China ke Iran telah resmi diluncurkan dengan kedatangan kereta kargo pertama dari kota Xian di China timur ke pelabuhan Aprin dekat Tehran. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jalur kereta api komersial baru yang menghubungkan Cina ke Iran resmi beroperasi.

Hal ini ditandai dengan kedatangan kereta kargo pertama dari Kota Xian, Cina Timur, di pelabuhan darat Aprin dekat Teheran, kemarin.

Fakta ini jelas bertentangan dengan sanksi AS yang bertujuan melumpuhkan perdagangan minyak Tehran dan mengisolasi Beijing. 

Jalur kereta api ini tidak hanya akan meningkatkan perdagangan antara kedua negara, tetapi juga akan melemahkan pengaruh Amerika di wilayah tersebut.

Proyek Kereta Api China-Iran

Proyek ini berakar dari perjanjian ekonomi senilai USD 400 miliar yang ditandatangani antara China dan Iran pada tahun 2021 sebagai bagian dari inisiatif Belt and Road Beijing.

Ini adalah bukti dari hubungan China-Iran yang semakin kuat setelah menjebak Angkatan Laut AS di Laut Merah secara strategis.

Rute kereta api baru ini memperpendek waktu pengiriman ekspor minyak Iran dan membantu China menghindari titik tersendat di Selat Malaka.

Dengan tidak adanya kehadiran militer AS di sepanjang jalur kereta api, Tehran dapat mengekspor minyak dan mengimpor barang dari Beijing tanpa pengawasan Washington.

Implikasi Strategis

Dengan mengintegrasikan Iran ke dalam Inisiatif Belt and Road (BRI)-nya, China meletakkan dasar untuk hubungan politik dan ekonomi yang lebih dalam yang dapat diterjemahkan menjadi pengaruh strategis atas seluruh wilayah yang secara tradisional merupakan lingkup pengaruh AS.

Kedua negara ini memiliki pandangan strategis untuk melemahkan hegemoni global AS, dan keduanya telah mengalami ketegangan, sanksi, dan tekanan yang berasal dari Washington.

Sebagai informasi, kereta barang ini tiba di pelabuhan kering Aprin terbesar di Iran, dekat Tehran, dari provinsi Xi’an di China.

Rute kereta api antara kedua negara ini akan memotong waktu pengiriman dari 30-40 hari melalui laut menjadi hanya 15 hari melalui darat.

Jalur kereta api ini akan membantu barang-barang China bepergian lebih cepat ke Eropa dan meningkatkan keamanan dibandingkan dengan rute laut yang saat ini terganggu oleh serangan Houthi di Laut Merah.

Perkembangan ini juga akan berdampak pada negara-negara Asia Selatan lainnya seperti India, yang telah memiliki perjanjian dengan Iran untuk berinvestasi di Pelabuhan Chabahar dan membangun jalur kereta api yang menghubungkan kota pelabuhan Chabahar di tenggara dengan kota Zahedan di timur. 

Jalur kereta api tersebut dirancang untuk menghubungkan India dengan Afghanistan yang terkurung daratan dan Asia Tengah.

Namun, kedekatan India dengan AS telah membuat proyek tersebut terbengkalai. 

Rute Kereta Api China-Iran Terwujud Meskipun Ada ‘Tekanan Maksimum’

Peresmian rute kereta api ini terjadi pada saat AS mengincar hubungan Iran-China dengan menjatuhkan sanksi pada entitas dan individu yang berbasis di China dan Iran yang mendukung program rudal balistik Iran.

AS secara sistematis menargetkan perdagangan Iran-China. 

Pada tanggal 20 Maret silam, AS menjatuhkan sanksi pada Terminal Penyimpanan Petrokimia Teluk Daya Huaying Huizhou, sebuah terminal minyak di China, karena membeli dan menyimpan minyak mentah Iran dari kapal yang dikenai sanksi. 

Hal ini diikuti oleh sanksi pada tanggal 1 April terhadap enam entitas dan dua individu yang berbasis di Iran, UEA, dan China, yang terlibat dalam pengadaan komponen utama atas nama entitas yang terkait dengan program UAV dan rudal balistik Iran.

Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan: “Iran tetap sangat bergantung pada Tiongkok untuk melakukan aktivitas jahatnya di Timur Tengah. Ini adalah contoh lain bagaimana China dan perusahaan-perusahaan yang berbasis di Tiongkok memberikan dukungan ekonomi dan teknis utama kepada Iran dan proksi-proksinya, yang mendorong ketidakstabilan regional dan mengancam mitra dan sekutu AS.”

AS menyebut kampanye melawan Iran sebagai salah satu “tekanan maksimum”. Washington berfokus untuk menggagalkan kemajuan yang dibuat oleh Teheran dalam program rudal balistik dan program pesawat nirawaknya.

“Amerika Serikat akan menggunakan semua cara yang tersedia, termasuk sanksi terhadap entitas yang berbasis di negara ketiga, untuk mengungkap dan mengganggu skema Iran dalam pengadaan peralatan dan barang-barang yang mendukung program rudal balistiknya, yang mengganggu stabilitas Timur Tengah dan sekitarnya,” kata pernyataan Departemen Luar Negeri.

Iran skeptis tentang mencapai kesepakatan dengan AS, dan AS tidak mungkin mencabut sanksinya setelah meluncurkannya.

Namun kini, dengan mengandalkan rute darat yang tidak mudah dicegat oleh angkatan laut dan tekanan maritim, Iran dapat lebih baik menavigasi pembatasan yang diberlakukan oleh sanksi AS. Hal ini meningkatkan kedaulatan ekonominya dan mendiversifikasi saluran ekspornya.

Perdagangan Iran dengan Tiongkok akan mengalami peningkatan yang signifikan. Minyaknya akan memiliki pembeli utama yang siap, sedangkan Iran akan memiliki akses ke produk-produk kelas atas yang selama ini tidak dapat dijangkaunya karena sanksi Barat.

Tiongkok, di sisi lain, telah membantu Iran keluar dari isolasi ekonomi yang diberlakukan AS sambil mendapatkan akses ke Timur Tengah dan Eropa. 

Iran yang terhubung secara ekonomi akan kurang rentan terhadap tekanan diplomatik untuk mengekang pengembangan nuklirnya. Hal ini akan meningkatkan tantangan bagi Israel, salah satu sekutu terdekat Amerika.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved