Perkuat Pertahanan, Inggris Incar Jet Tempur F-35A Bersenjata Nuklir dari AS
Pemerintah Inggris dikabarkan tengah menjajaki pembelian pesawat tempur siluman F-35A Lightining II dari Amerika Serikat.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Inggris dikabarkan tengah menjajaki pembelian pesawat tempur siluman F-35A Lightining II dari Amerika Serikat.
Jet tempur generasi kelima buatan Lockheed Martin ini mampu membawa bom termonuklir B61-12.
Jet tempur ini disebut-sebut akan menjadi bagian penting dari langkah modernisasi sistem pertahanan Inggris di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama ancaman dari Rusia, dikutip dari Charter 97.
Menurut laporan The Times dan Sunday Times, pembicaraan pembelian ini telah dimulai dan mendapat lampu hijau dari Perdana Menteri Keir Starmer.
Jika terwujud, hal ini akan menandai perubahan paling signifikan dalam strategi pencegahan nuklir Inggris sejak era Perang Dingin.
Saat ini, Inggris hanya dapat meluncurkan senjata nuklir dari 4 kapal selam tipe Vanguard milik Angkatan Laut Kerajaan.
Rencana pengadaan F-35A bertujuan untuk memperluas kemampuan serangan nuklir dengan menyediakan opsi peluncuran dari udara.
Jet tempur ini akan menjadi pelengkap strategis bagi armada kapal selam.
Jet F-35A memiliki keunggulan dalam jangkauan operasional, yaitu sekitar 1.400 kilometer, jauh lebih luas dibanding F-35B yang telah digunakan Inggris.
London sebelumnya telah memesan 48 unit F-35B, varian lepas landas dan mendarat vertikal, untuk melengkapi dua kapal induk Angkatan Laut.
Sebanyak 47 di antaranya telah diterima.
Dengan mengakuisisi F-35A, Inggris juga berencana mengganti sebagian pesawat tempur Eurofighter Typhoon yang saat ini dinilai sudah tidak memenuhi standar operasi modern.
Baca juga: Inggris Bantu Persenjataan Ukraina Senilai Rp 48,9 T, Duitnya dari Aset Rusia
Angkatan Udara Kerajaan (RAF) dikabarkan akan menghapus 49 unit Typhoon dalam waktu dekat.
Respons Terhadap Ancaman Konflik
Langkah ini tidak terlepas dari kekhawatiran atas meningkatnya risiko konflik antarnegara, yang menurut Menteri Pertahanan John Healey, merupakan realitas baru pasca-Perang Dingin.
"Dunia semakin berbahaya. Risiko nuklir meningkat. Kita menghadapi ancaman nyata berupa konflik antarnegara untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin berakhir,” ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.