Kerusuhan di Amerika Serikat
Jurnalis Diserang saat Meliput Aksi Protes di LA, RSF Pertanyakan Dugaan Kesengajaan oleh Aparat
Dengan banyaknya wartawan yang ditembak dan dianiaya, para aktivis mempertanyakan apakah mereka yang meliput protes adalah target.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM – Puluhan jurnalis dilaporkan terluka atau dianiaya saat meliput aksi protes menentang penggerebekan imigrasi di Los Angeles, Amerika Serikat, akhir pekan lalu.
Insiden tersebut memicu kekhawatiran dari berbagai kelompok kebebasan pers, yang mempertanyakan apakah aparat penegak hukum secara sengaja menargetkan para jurnalis yang tengah menjalankan tugasnya.
Dilaporkan Associated Press, beberapa jurnalis terkena tembakan peluru karet atau semprotan merica.
Salah satunya adalah seorang wartawan TV Australia yang tertembak saat melakukan siaran langsung, serta seorang wartawan New York Post yang mengalami luka besar di dahinya akibat tembakan langsung.
Kelompok advokasi Reporters Without Borders (RSF) melaporkan pada Rabu (11/6/2025), setidaknya terjadi 35 serangan terhadap jurnalis, 30 di antaranya diduga dilakukan oleh aparat, sejak gelombang demonstrasi dimulai.
Organisasi seperti Committee to Protect Journalists, First Amendment Coalition, dan Freedom of the Press Foundation termasuk di antara kelompok yang menyampaikan keprihatinan mereka kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem.
Dalam surat terbuka, mereka menyatakan petugas federal tampaknya sengaja menargetkan jurnalis yang hanya menjalankan tugasnya untuk meliput berita.
"Kami telah melihat perusuh melempar batu, bom molotov, membakar, dan melakukan berbagai tindakan kekerasan lainnya," kata juru bicara Gedung Putih, McLaughlin.
"Presiden Trump dan Menteri Noem berkomitmen untuk memulihkan hukum dan ketertiban di Los Angeles."
Para pengamat mengatakan, sikap bermusuhan terhadap jurnalis, atau pengabaian terhadap keselamatan mereka, telah menjadi sangat nyata sejak demonstrasi besar pascakematian George Floyd pada tahun 2020.
Bruce Shapiro, Direktur Eksekutif Dart Center for Journalism and Trauma di Universitas Columbia, menyebut meningkatnya ancaman terhadap jurnalis di AS sebagai indikator mengkhawatirkan dari kemunduran kebebasan pers.
Baca juga: Tak Ada WNI Korban Kerusuhan di Los Angeles, Kemlu RI Terus Monitor Situasi
Ia menambahkan, meskipun banyak jurnalis perang menerima pelatihan dan perlengkapan keselamatan, sebagian besar reporter domestik, terutama pekerja lepas, tidak memiliki perlindungan yang memadai saat meliput peristiwa seperti demonstrasi di Los Angeles.
"Ini memang bukan seperti meliput di zona perang," ujar Shapiro.
"Namun tetap ada keterampilan dan strategi khusus yang perlu dikuasai. Amandemen Pertama hanya sekuat perlindungan terhadap para jurnalis yang menjalankan tugasnya."
Jurnalis-Jurnalis yang Menjadi Korban Kekerasan saat Meliput
Pada Minggu (8/6/2025), jurnalis Australia Lauren Tomasi ditembak di kaki oleh peluru karet saat melaporkan secara langsung dari pusat kota Los Angeles, dengan mikrofon masih di tangannya.
Videonya langsung viral di media sosial.
Dalam video tampak Tomasi berteriak kesakitan dan memegangi bagian bawah kakinya, sebelum ia dan kameramennya dengan cepat menjauh dari garis polisi.
Ia kemudian mengatakan kepada 9News, kondisinya aman dan tidak mengalami luka serius.
Sementara itu, fotografer New York Post Toby Canham terkena tembakan saat memantau jalan bebas hambatan 101.
Ia menghabiskan hari Senin di rumah sakit karena whiplash dan nyeri leher, serta mengalami memar di dahi.
Sesaat sebelum insiden, Canham melihat seseorang melemparkan botol air berisi cairan ke arah polisi.
"Saya sepenuhnya memahami risiko terluka dalam situasi seperti ini," ujar Canham.
"Namun tidak ada alasan untuk membidik langsung ke arah saya dan menarik pelatuk. Jujur saja, saya cukup kecewa."
Ben Camacho, reporter dari media lokal The Southlander, melaporkan dirinya ditembak dua kali.
"Saya tidak yakin apa yang mengenai saya saat itu, tetapi rasanya seperti dipukul palu godam dan tanpa peringatan," tulisnya secara daring.
Baca juga: Wali Kota LA Berlakukan Jam Malam usai Protes dan Kerusuhan di Pusat Kota
"Siku saya dibalut dan lutut saya lemas."
Jurnalis foto Nick Stern juga tertembak di paha saat berada di dekat sekelompok orang yang melambaikan bendera Meksiko. Ia kemudian menjalani operasi darurat.
"Saya mengira itu peluru tajam karena rasa sakitnya sangat intens," ujarnya kepada AP.
"Saya kemudian pingsan karena rasa sakit tersebut."
Lexis Olivier-Ray dari L.A. Taco, sebuah platform media independen, mengira dirinya berada di posisi aman bersama kru televisi lainnya.
Namun, ia justru tertembak bola merica oleh aparat.
Semua insiden tersebut melibatkan tindakan penegak hukum.
Selain itu, fotografer AP Jae Hong juga mengalami kekerasan, ditendang dan dipukul dengan tongkat oleh pengunjuk rasa.
Beruntung, perlengkapan pelindungnya menyelamatkannya dari cedera.
Seorang reporter TV lokal Los Angeles dan timnya diusir oleh demonstran, salah satu di antaranya berteriak, "Keluar dari sini!"
CNN juga menayangkan video yang memperlihatkan koresponden Jason Carroll dan krunya dibawa pergi oleh petugas dengan tangan diikat di belakang. Mereka kemudian dibebaskan.
Shapiro mengatakan, dalam konflik masa lalu, jurnalis sering dilindungi karena dianggap memiliki peran penting dalam menyampaikan narasi dari berbagai pihak.
Namun kini, banyak jurnalis justru dianggap tidak relevan atau bahkan menjadi sasaran bagi mereka yang ingin menyebarkan rasa takut.
Ia menekankan pentingnya pelatihan dan perlindungan yang memadai bagi jurnalis, terutama dalam situasi berisiko tinggi.
"Bagi jurnalis yang meliput lapangan, mereka harus menyusun rencana dengan matang, mengetahui rute keluar, zona aman, bekerja dalam tim, dan tetap berkomunikasi dengan redaksi," tambahnya.
"Kita membutuhkan semua jenis jurnalis—baik dari media besar, TV nasional, maupun jurnalis warga. Tetapi yang lebih penting, kita membutuhkan mereka agar tetap selamat."
Protes Mereda
Aksi protes di Los Angeles mulai mereda sejak Rabu (11/6/2025).
Sementara keesokan harinya, tidak ada laporan mengenai protes atau demonstrasi di pusat kota Los Angeles pada pagi hari tanggal 12 Juni, The New York Times melaporkan.
Namun pada sore hari, LAPD berhasil membubarkan satu protes di depan gedung federal dengan polisi anti huru hara yang maju dalam satu barisan menggunakan perisai
Protes lainnya pada hari itu berjalan tanpa insiden.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Sumber: TribunSolo.com
Kerusuhan di Amerika Serikat
Los Angeles Membara: Toko Apple, Adidas hingga Apotek Ganja Ludes Dibobol Demonstran |
---|
Los Angeles Berlakukan Jam Malam Mulai Pukul 20.00 Sampai 06.00 Pagi |
---|
Trump Terus Beri Ancaman ke Demonstran di Los Angeles, Gubernur California Tak Terima |
---|
Tak Ada WNI Korban Kerusuhan di Los Angeles, Kemlu RI Terus Monitor Situasi |
---|
Penjarahan Meluas, Los Angeles Berlakukan Jam Malam, Toko Perhiasan Ikut Disasar |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.