Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Sambut Proposal Baru AS, Sepakat Tak Gelar Selebrasi Pembebasan Sandera
Hamas merasa cukup puas dengan isi proposal yang diajukan AS, sepakat tak mengadakan upacara publik saat membebaskan tawanan selama gencatan senjata
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Konflik berkepanjangan di Gaza tampaknya menunjukkan titik terang usai Kelompok Hamas dikabarkan puas dengan proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Surat kabar lokal The Times of Israel, melaporkan bahwa Hamas merasa cukup puas dengan isi proposal tersebut.
Salah satu sumber yang dekat dengan Hamas mengungkap, kepuasan ini lebih kepada aspek garansi jangka panjang dan penghentian konflik secara menyeluruh, bukan hanya sekedar pertukaran sandera atau penundaan pertempuran.
Sebagai bagian dari pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang sedang dinegosiasikan, Hamas kabarnya tak akan mengadakan upacara publik saat membebaskan tawanan.
Keputusan Hamas untuk tidak menggelar upacara publik dalam pembebasan tawanan mencerminkan strategi yang lebih hati-hati dan diplomatis dalam menghadapi proses perdamaian.
Langkah ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas selama gencatan senjata 60 hari.
Menghindari provokasi, dan menunjukkan itikad baik dalam perundingan yang melibatkan Israel dan mediator internasional seperti Amerika Serikat.
Mengingat pada gencatan senjata di bulan Januari dan Februari kemarin Hamas menggelar acara perayaan serah terima yang membuat marah Israel dan AS serta menuai kecaman dari kepala hak asasi manusia PBB.
Meskipun sinyal positif mulai terlihat dari kedua pihak, belum ada kepastian kapan kesepakatan final akan diumumkan.
Isi Proposal Gencatan Senjata
Baca juga: Menlu Israel Klaim Serius Soal Gencatan Senjata, tapi Bom Terus Dijatuhkan di Gaza
Menurut laporan berbagai media, proposal yang dibahas memungkinkan pembebasan 10 sandera hidup dan 18 sandera yang telah meninggal dalam jangka waktu 60 hari masa gencatan senjata.
Masa gencatan senjata ini bertujuan untuk menciptakan ruang bagi dialog damai dan pembahasan solusi jangka panjang atas konflik.
Selama gencatan dimulai, pembebasan akan dilakukan secara bertahap dalam lima tahap yang diatur secara ketat, dengan tanpa upacara publik sebagai bagian dari ketentuan kesepakatan.
Tak hanya itu AS juga menjamin adanya garansi penghentian total perang, bukan hanya sekedar gencatan senjata sementara. Ini dimaksudkan agar pembicaraan berjalan tanpa tekanan atau provokasi yang bisa mengganggu stabilitas.
Israel Tak Akan Akhir Perang
Merespon usulan gencatan senjata, Israel tetap pada posisinya untuk tidak mengakhiri perang sebagai bagian dari kesepakatan awal.
Kendati demikian negara zionis ini bersedia menarik sebagian pasukannya dan membiarkan proses gencatan senjata berlangsung.
Times of London bahkan melaporkan bahwa beberapa pejabat senior Hamas di luar negeri telah diminta menyerahkan senjata mereka sebagai bentuk simbolik untuk memenuhi permintaan Israel terkait perlucutan senjata.
Sementara itu, Koalisi pemerintahan Netanyahu sendiri menghadapi tekanan internal lantaran Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menolak kesepakatan.
Ia menyebut kesepakatan sebagai bentuk “menyerah.” Ia bahkan meminta partai sayap kanan lainnya, seperti Zionisme Religius, untuk menolak perjanjian ini.
Pemerintah kini dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk menggandeng partai oposisi Biru dan Putih jika terjadi perpecahan dalam koalisi.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.