Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
4 Poin Rapat Kabinet AS: Trump Frustrasi Terhadap Putin, Marah saat Disinggung soal Jeffrey Epstein
Dalam rapat kabinet yang digelar Selasa, Trump mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap Putin, ini 3 hal lainnya yang menjadi sorotan.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump hadir dalam rapat kabinet yang digelar pada Selasa, 8 Juli 2025.
Mengutip NBC News, Trump membahas sejumlah isu penting, mulai dari banjir di Texas, kesulitan mencapai gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, hingga pujian terhadap serangan fasilitas pengayaan nuklir Iran.
Berikut empat poin utama dalam rapat kabinet tersebut:
1. Banjir di Texas
Rapat dibuka dengan laporan dari Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kristi Noem, mengenai respons pemerintah terhadap banjir besar yang melanda Texas.
Trump mengatakan bahwa ia akan mengunjungi Texas pada hari Jumat bersama Ibu Negara Melania Trump.
Ia menegaskan bahwa kehadirannya tidak dimaksudkan untuk menghalangi upaya penyelamatan yang sedang berlangsung.
Saat ini, tim tanggap darurat masih terus mencari korban yang dilaporkan hilang akibat bencana tersebut.
Mengutip The Independent, korban tewas akibat banjir di Texas mencapai 109 orang.
2. Pujian terhadap Serangan ke Iran
Trump menghabiskan sebagian besar waktu dalam rapat tersebut untuk memuji keberhasilan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran.
Ia juga melontarkan kritik terhadap pemberitaan media mengenai serangan itu, serta mengecam penanganan pemerintahan Joe Biden terkait penarikan pasukan dari Afghanistan, isu yang kerap ia soroti dalam berbagai kesempatan.

3. Frustrasi kepada Putin, Trump Janjikan Tambahan Senjata untuk Ukraina
Dalam rapat itu, Trump kembali melontarkan rasa frustrasinya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Baca juga: Trump Ubah Sikap: Janji Tak Anak Tirikan Zelensky, Siap Banjiri Ukraina Dengan Senjata Tambahan
Trump berjanji akan meningkatkan bantuan militer AS untuk Ukraina.
"Kami menerima banyak omong kosong dari Putin, kalau kalian ingin tahu yang sebenarnya," kata Trump kepada para wartawan yang turut menghadiri rapat tersebut.
"Dulu dia terlihat sangat bersahabat, tapi ternyata itu tak ada artinya."
Ketika ditanya soal laporan penundaan sementara pengiriman senjata ke Ukraina, Trump tampaknya menepis isu tersebut.
Ia menyatakan ingin terus memperkuat pertahanan Ukraina.
"Putin tidak memperlakukan manusia dengan layak," ujar Trump.
"Ia telah membunuh terlalu banyak orang. Karena itu, kami mengirim beberapa senjata pertahanan ke Ukraina, dan saya telah menyetujuinya."
Trump juga menyebut bahwa ia tengah mencermati rancangan undang-undang yang berisi sanksi terhadap Rusia, dan membuka kemungkinan untuk memberikan dukungan.
4. Marah saat Ditanya Soal Kasus Jeffrey Epstein
Suasana rapat sempat memanas ketika seorang wartawan isu tentang Jeffrey Epstein, terpidana kasus kejahatan seksual.
Mengutip TIME, Trump menyatakan bahwa membicarakan kembali Epstein adalah tindakan yang sia-sia.
“Apakah Anda masih membicarakan Jeffrey Epstein? Orang ini sudah dibicarakan selama bertahun-tahun,” kata Trump.
“Apakah orang-orang masih membicarakan orang ini? Sungguh tidak masuk akal. Apakah Anda ingin membuang-buang waktu?”
Trump melanjutkan dengan menyayangkan pertanyaan tersebut yang diajukan di tengah situasi genting nasional.
“Saya tidak percaya Anda bertanya tentang Epstein pada saat seperti ini, saat kita sedang mengalami beberapa keberhasilan terbesar sekaligus tragedi akibat bencana di Texas,” ujarnya.
Baca juga: Trump Minta Pengusaha RI Bangun Pabrik di Amerika, Kadin: Upah Tenaga Kerjanya Mahal
“Rasanya seperti penodaan.”
Komentar pedas Trump muncul setelah seorang reporter menanyakan kepada Jaksa Agung Pam Bondi mengenai memo terbaru dari Departemen Kehakiman dan FBI.
Memo tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada bukti keberadaan “daftar klien” Epstein yang terdiri dari tokoh-tokoh terkenal, serta menegaskan bahwa kematiannya di penjara pada 2019 adalah akibat mengakhiri hidup.
Jeffrey Epstein memang telah lama menjadi bahan spekulasi dan teori konspirasi, terutama di kalangan sayap kanan ekstrem.
Saat reporter melontarkan pertanyaan, Bondi sempat mulai memberikan jawaban sebelum Trump menyela.
Memo dari Departemen Kehakiman dan FBI bertujuan membantah sejumlah teori konspirasi dengan menyatakan bahwa tidak ada bukti Epstein dibunuh, terlibat dalam pemerasan, atau memiliki “daftar klien rahasia”.
Setelah Trump menyelesaikan tanggapannya terhadap reporter, Bondi melanjutkan menjawab pertanyaan awal.
Ia mencoba mengklarifikasi ucapannya sebelumnya, dengan menjelaskan bahwa yang ia maksud saat itu adalah berkas kasus Epstein, bukan daftar khusus berisi nama-nama klien.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.