Kamis, 25 September 2025

Konflik Suriah

Jadi 'Buron' Pengadilan Prancis, Bashar al-Assad dan 20 Lainnya dalam Pencarian untuk Diadili

Pengadilan Prancis mencari lokasi mantan presiden Suriah yang digulingkan, Bashar al-Assad, dan 20 lainnya dalam daftar untuk diadili.

|
Kremlin
MANTAN PRESIDEN SURIAH - Gambar diambil dari laman Kremlin, Rabu (16/7/2025), memperlihatkan presiden Suriah Bashar al-Assad saat masih menjabat, dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (tidak terlihat dalam foto) di Kremlin pada 25 Juli 2024. Pada 15 Juli 2025, pengadilan Prancis mengeluarkan pernyataan untuk mencari lokasi Bashar al-Assad untuk diadili terkait kejahatan pada masa kekuasaannya. 

TRIBUNNEWS.COM - Kantor kejaksaan antiterorisme Prancis meminta lokasi Presiden Suriah yang digulingkan, Bashar al-Assad, sebagai bagian dari penyelidikan atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Bashar al-Assad, yang digulingkan pada akhir 2024, termasuk dalam daftar 20 orang yang terkait kejahatan rezimnya selama berkuasa.

Menurut sumber pengadilan, investigasi tersebut berkaitan dengan pembunuhan dua jurnalis, Marie Colvin (56) dan Remi Ochlik (28), di Baba Amr, Suriah tengah pada 2012.

Jaksa antiterorisme mencurigai adanya rencana bersama untuk mengebom pusat pers di lingkungan Baba Amr, Homs. 

Tuduhan ini berdasarkan kabar pertemuan seluruh pimpinan militer dan pasukan keamanan rezim Bashar al-Assad di kota tersebut sebelum serangan terjadi.

Selain Bashar al-Assad, hakim investigasi yang menangani kasus tersebut diminta untuk menentukan keberadaan sekitar 20 orang, termasuk anggota lingkaran dalam yang berkuasa, dalam dakwaan tambahan tertanggal 7 Juli 2025.

Para terdakwa termasuk Maher al-Assad, saudara presiden terguling dan komandan Divisi Lapis Baja Keempat Suriah saat itu; Ali Mamlouk, direktur Intelijen Umum Suriah; Ali Ayoub, kepala Komite Keamanan dan Militer di Homs pada Februari 2012; dan Rafiq Shehadeh, kepala Komite Keamanan dan Militer di Homs pada saat insiden tersebut terjadi.

Mathieu Bagard dan Marie Douzé, yang mewakili jurnalis Edith Bouvier, yang terluka parah dalam pengeboman tersebut, mengatakan inisiatif jaksa antiterorisme tersebut merupakan langkah penting dalam memerangi impunitas.

"Sudah saatnya mengeluarkan surat perintah penangkapan," kata Marie Douzé, seperti diberitakan Al Jazeera.

Sebelumnya, jurnalis Marie Colvin (56) dan Remi Ochlik (28) tewas dalam serangan peluru mortir di sebuah rumah di lingkungan Baba Amr setelah lingkungan tersebut dibom oleh rezim pada tanggal 21 Februari 2012.

Para jurnalis terbangun saat fajar karena suara ledakan dan menyadari wilayah tersebut telah menjadi sasaran rezmi.

Baca juga: Israel Melancarkan Serangan terhadap Pasukan Suriah dengan Alasan Perlindungan Komunitas Druze

Marie Colvin dan Remi Ochlik tewas dalam serangan tersebut, sedangkan tiga lainnya, Paul Conroy, Edith Bouvier, dan William Daniels terluka.

Pada November 2023, surat perintah penangkapan pertama dikeluarkan terhadap Bashar al-Assad atas serangan gas sarin, yang dituduhkan dilakukan oleh rezimnya pada 5 Agustus 2013 di Adra dan Douma, utara Damaskus, dan melukai 450 orang.

Serangan gas tersebut juga terjadi pada 21 Agustus 2013, di Ghouta Timur, menewaskan lebih dari 1.000 orang.

Pada Januari lalu, dua hakim investigasi Prancis mengeluarkan surat perintah penangkapan baru terhadap Bashar al-Assad.

Di Paris, lembaga peradilan membuka penyelidikan terhadap pembunuhan dan percobaan pembunuhan warga negara Prancis pada Maret 2012. 

Pada Oktober 2014, penyelidikan diperluas untuk mencakup kejahatan perang, dan pada Desember 2024, kejahatan terhadap kemanusiaan.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan