Rabu, 3 September 2025

Konflik Suriah

Al-Sharaa: Perlindungan Warga Druze Adalah Prioritas Pemerintah Suriah

Ahmed al-Sharaa menegaskan bahwa perlindungan terhadap komunitas Druze merupakan salah satu priortias utama pemerintahannya.

Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English
AHMED AL-SHARAA - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Kamis (17/7/2025) yang menampilkan Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa telah menyampaikan pidato yang disiarkan televisi kepada rakyat, mengatakan bahwa Suriah telah menolak segala bentuk perpecahan sepanjang sejarahnya yang panjang dan akan mengatasi upaya Israel untuk memecah belah negara tersebut 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa menegaskan bahwa perlindungan terhadap komunitas Druze merupakan salah satu priortias utama pemerintahannya.

Terutama di tengah meningkatnya ketegangan dan kekerasan di wilayah selatan negara tersebut.

Pernyataan ini disampaikan menyusul serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel ke Damaskus pada Rabu (16/7/2025), lalu yang menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur pemerintah.

Dalam pidato publik pertamanya sejak serangan tersebut, Al-Sharaa menyatakan bahwa komunitas Druze adalah 'bagian fundamental dari struktur bangsa ini'.

“Melindungi hak dan kebebasan Anda adalah salah satu prioritas kami,” ujar Sharaa.

Sharaa menegaskan bahwa rakyat Suriah tidak takut perang dan akan melawan apabila martabat mereka terancam.

Namun, ia juga menekankan pentingnya stabilitas dan menolak kekacauan yang disebabkan oleh intervensi luar.

“Kami bukan orang-orang yang takut perang. Kami telah menghabiskan hidup kami menghadapi tantangan dan membela rakyat kami, tetapi kami telah mengutamakan kepentingan rakyat Suriah di atas kekacauan dan kehancuran,” tegasnya, dikutip dari Al-Arabiya.

Serangan Udara dan Eskalasi Regional

Serangan Israel pada hari Rabu menghantam sejumlah target strategis, termasuk sebagian dari Kementerian Pertahanan dan kawasan di sekitar istana presiden. 

Israel mengklaim bahwa serangan ini adalah respons terhadap keterlibatan pasukan pemerintah Suriah dalam aksi kekerasan terhadap komunitas Druze di Suriah selatan.

“Kami tidak akan membiarkan Suriah selatan menjadi benteng teror,” kata Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, dikutip dari Arab News.

Baca juga: Konflik Druze vs Badui di Suriah Melebar, Picu Kekerasan Nasional dan Intervensi Israel

Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa militer Israel sedang "bekerja untuk menyelamatkan Druze" dan meminta warga Druze Israel untuk tidak menyeberangi perbatasan ke Suriah

Namun, sejumlah warga Druze Israel dilaporkan telah menyeberangi pagar perbatasan demi membantu kerabat mereka di Sweida.

Israel menuduh pasukan Suriah gagal melindungi komunitas Druze, bahkan menuding mereka sebagai bagian dari permasalahan. 

Seorang pejabat militer Israel menyatakan bahwa pasukan pemerintah Suriah tidak bertindak untuk mencegah kekerasan terhadap Druze, yang telah mengakibatkan puluhan korban jiwa dalam beberapa bulan terakhir.

Mediasi Internasional dan Upaya Perdamaian

Di tengah meningkatnya risiko eskalasi yang meluas, Sharaa memuji peran mediasi internasional, termasuk dari Amerika Serikat, negara-negara Arab, dan Turki, yang disebutnya berhasil mencegah konflik meluas ke seluruh kawasan.

"Entitas Israel melakukan penargetan skala besar terhadap fasilitas sipil dan pemerintah," ujar Sharaa.

Ia memperingatkan bahwa situasi tersebut dapat berujung pada eskalasi besar-besaran jika bukan karena intervensi diplomatik. 

“Mediasi efektif dari AS, Arab, dan Turki menyelamatkan kawasan dari nasib yang tidak diketahui," tambahnya.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, melalui media sosial menyatakan bahwa pihaknya telah “melibatkan semua pihak yang terlibat dalam bentrokan di Suriah” dan bahwa langkah-langkah spesifik telah disepakati untuk mengakhiri kekerasan. 

"Kami telah melibatkan semua pihak yang terlibat dalam bentrokan di Suriah. Kami telah menyepakati langkah-langkah spesifik yang akan mengakhiri situasi yang meresahkan dan mengerikan ini malam ini," kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio di media sosial.

Namun, detail dari kesepakatan tersebut belum diungkapkan kepada publik.

Komunitas Druze di Suriah, yang sebagian besar berada di wilayah Sweida dan sekitarnya telah lama menjadi minoritas religius yang menghadapi diskriminasi dan kekerasan, termasuk dari kelompok ekstremis dan pasukan pemerintah. 

Sejak penggulingan Bashar Al-Assad pada Desember lalu oleh pemerintah yang kini dipimpin Sharaa, hubungan dengan kelompok-kelompok minoritas di negara itu menjadi tegang.

Dalam beberapa bulan terakhir, lebih dari 100 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara pasukan pemerintah dan pejuang Druze.

Organisasi Hak Asasi Manusia Suriah melaporkan sedikitnya 169 korban tewas pekan ini.

Sementara sumber keamanan memperkirakan jumlah korban mencapai 300 orang. 

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Konflik Suriah

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan