Rabu, 1 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Trump Tetapkan Tarif 19 Persen untuk Filipina dalam Perjanjian Dagang Baru

Presiden AS Donald Trump umumkan tarif 19% atas impor dari Filipina dalam perjanjian dagang baru, sambil dorong kerja sama militer kedua negara.

Facebook The White House
TARIF DAGANG AS - Foto ini diambil pada Kamis (3/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani kenaikan tarif dagang baru antara AS dan negara lain di dunia, di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (2/4/2025). Produk AS yang masuk ke Filipina akan dikenakan tarif nol, sementara barang-barang Filipina ke AS akan dikenakan bea masuk sebesar 19 persen. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penerapan tarif baru sebesar 19 persen terhadap barang-barang impor dari Filipina dalam sebuah perjanjian dagang baru antara kedua negara.

Kesepakatan itu diumumkan Trump melalui akun Truth Social miliknya, pada hari Selasa (22/7/2025).

Pengumuman ini datang tidak lama setelah pertemuannya dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di Gedung Putih.

"Kami telah menyelesaikan Perjanjian Perdagangan kami, di mana Filipina akan memasuki PASAR TERBUKA dengan Amerika Serikat," tulis Trump di platform tersebut, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Dalam perjanjian tersebut, produk AS yang masuk ke Filipina akan dikenakan tarif nol.

Sementara barang-barang Filipina ke AS akan dikenakan bea masuk sebesar 19 persen.

Tarif ini lebih tinggi dibanding tarif 17 persen yang diumumkan Trump pada April lalu, dann sedikit lebih rendah dari ancaman tarif 20 persen yang ia sampaikan sebelumnya.

Trump menyatakan bahwa tarif tersebut merupakan bagian dari kebijakan perdagangan baru untuk menekan negara-negara mitra agar mencabut kebijakan yang dinilai tidak adil bagi AS.

Dalam pertemuan tersebut, Trump juga menekankan pentingnya hubungan militer AS dan Filipina, meski tidak merinci bentuk kerja sama yang akan dijalankan.

Baca juga: Ini Tiga Anak Buah Donald Trump yang Menko Airlangga Selalui Temui Ketika Nego Soal Tarif 

Presiden Marcos, menjadi pemimpin Asia Tenggara pertama yang bertemu Trump dalam masa jabatan keduanya.

Kepada wartawan sebelum pertemuan di Oval Office, Marcos menyebut Amerika Serikat sebagai “sekutu terkuat dan paling dapat diandalkan” bagi Filipina.

Pemerintah Filipina sendiri belum memberikan konfirmasi resmi atas rincian perjanjian tersebut.

Filipina: kesepakatan saling menguntungkan

Wakil Menteri Luar Negeri Filipina Raquel Solano menyatakan bahwa negosiator dari kedua negara tengah menyusun kesepakatan yang "saling menguntungkan".

Sejumlah warga Filipina di AS memanfaatkan kunjungan Marcos untuk melakukan aksi unjuk rasa di dekat Gedung Putih, menyerukan agar presiden mereka menanggapi keluhan para migran Filipina terkait kebijakan imigrasi AS.

Menurut BBC News, Filipina mengirimkan barang senilai sekitar 14,2 miliar dolar AS ke AS pada tahun lalu, termasuk suku cadang kendaraan, mesin listrik, tekstil, dan minyak kelapa.

Dengan tarif baru ini, biaya ekspor dari Filipina ke AS diperkirakan akan meningkat tajam, berdampak pada pelaku industri kedua negara.

Perjanjian ini juga memperkuat posisi strategis Filipina dalam kebijakan Indo-Pasifik AS yang semakin berjarak dari pengaruh Tiongkok.

Trump bahkan mengisyaratkan akan mengunjungi Tiongkok dalam waktu dekat untuk memperkuat diplomasi ekonomi.

“Negara ini mungkin condong ke China, tapi kami segera membalikkannya,” kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip Al Jazeera.

Sementara itu, rencana tarif Trump terhadap berbagai negara memicu ketidakpastian global.

BBC melaporkan bahwa beberapa negara seperti Kanada dan Uni Eropa mulai mempersiapkan langkah balasan atas kebijakan bea masuk AS yang disebut tertinggi sejak awal abad ke-20.

Trump telah menyurati berbagai negara mengenai tarif baru yang akan diberlakukan mulai 1 Agustus, termasuk kepada Filipina yang sebelumnya ia ancam dengan tarif 20 persen.

Perusahaan-perusahaan besar juga mulai merasakan dampak dari kebijakan ini.

Baca juga: Barang Eropa Masuk Indonesia akan Bebas Tarif

General Motors mengklaim kerugian lebih dari 1 miliar dolar AS dalam tiga bulan terakhir akibat lonjakan tarif, sementara produsen Jeep, Stellantis, melaporkan kerugian sekitar 349 juta dolar AS.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved