Selasa, 30 September 2025

Top Rank

10 Negara Dengan Kasus Bunuh Diri Terbanyak: Korsel Masuk Daftar, Indonesia Posisi Berapa?

10 negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi 2025, kasus bunuh diri Indonesia sekitar 1,64 per 100.000 jiwa, jadi salah satu yang terendah di dunia

Tangkapan layar Freepik
ILUSTRASI KESEHATAN MENTAL - Simak berikut daftar 10 negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi 2025. WHO mengungkap bahwa 73 persen dari total kasus bunuh diri global terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara kasus bunuh diri Indonesia sekitar 1,64 per 100.000 jiwa, jadi salah satu yang terendah di dunia 

TRIBUNNEWS.COM – Tingkat bunuh diri global menunjukkan tren penurunan dalam dua dekade terakhir.

Berdasarkan data terbaru dari Studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease Study), tercatat sebanyak 746.000 kematian akibat bunuh diri terjadi di seluruh dunia sepanjang tahun 2021. 

Meskipun data resmi WHO untuk 2025 belum dirilis, sejumlah model epidemiologi seperti The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dan  Global Burden of Disease (GBD) memperkirakan bahwa tingkat bunuh diri global akan berada di kisaran 9,2–9,7 per 100.000 penduduk dengan margin ketidakpastian sekitar ±0,8.

Angka tersebut menempatkan bunuh diri sebagai penyebab kematian ketiga terbanyak di antara kelompok usia 15 hingga 29 tahun, menurut laporan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam laporan yang sama, WHO mengungkap bahwa 73 persen dari total kasus bunuh diri global terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Negara-negara ini dinilai memiliki tantangan besar, mulai dari keterbatasan layanan kesehatan mental hingga minimnya pendanaan khusus untuk intervensi psikologis.

Afrika menjadi benua paling terdampak, dengan empat dari sepuluh negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi berasal dari wilayah ini. 

Salah satunya adalah Lesotho, yang sejak 2018 secara konsisten menempati posisi pertama dalam daftar tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.

Selain masalah ekonomi, kasus bunuh diri juga menyasar negara dengan tekanan sosial-ekonomi tinggi.

Korea Selatan misalnya memiliki angka bunuh diri sekitar 28,6 per 100.000 jiwa, menjadikannya ke-4 tertinggi di dunia dan teratas di antara negara OECD, sebagaimana data WHO.

Sementara itu Data World Population Review mencantumkan Indonesia dengan tingkat bunuh diri resmi sekitar 1,64 per 100.000 jiwa, salah satu yang paling rendah di dunia.

Baca juga: 10 Negara Paling Sehat Secara Mental di Dunia, Finlandia Nomor 1, Bagaimana dengan Indonesia?

10 Negara Dengan Kasus Bunuh Diri Terbanyak 2025

Berikut 10 negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi pada tahun 2021, menurut perkiraan WHO sebagaimana dilansir US News.

1. Lesotho -  36,7 per 100.000 orang

Lesotho, negara yang sepenuhnya dikelilingi oleh Afrika Selatan, memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia pada tahun 2021, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tingkat bunuh diri di Lesotho mencapai 36,7 per 100.000 orang, meskipun tingkat bunuh diri sebesar 36,7 merupakan yang tertinggi di dunia, angka tersebut sebenarnya merupakan peningkatan dari tahun 2020.

Ketika angkanya melonjak menjadi 41,34 sebelum kembali stabil pada tahun 2021. Jumlah psikiater yang aktif di Lesotho tidak tersedia secara luas.

Adapun penyebab utamanya adalah kemiskinan parah, stigma mental, dan layanan kesehatan mental yang amat terbatas.

2. Eswatini: 31,8 per 100.000 orang

Eswatini, negara yang sebelumnya dikenal sebagai Swaziland di Afrika bagian selatan, memiliki tingkat bunuh diri tertinggi kedua secara keseluruhan pada tahun 2021.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia terbaru yang tersedia menunjukkan bahwa negara tersebut hanya memiliki satu psikiater untuk melayani populasi lebih dari 1,2 juta orang.

Negara bekas Swaziland ini memiliki angka tinggi akibat faktor ekonomi yang rapuh dan minimnya struktural dukungan jiwa.

3. Guyana: 26,3 per 100.000 orang

Guyana, yang berbatasan dengan Venezuela di ujung utara Amerika Selatan, memiliki tingkat bunuh diri tertinggi ketiga di dunia pada tahun 2021, menurut Organisasi WHO.

Guyana juga memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara mana pun di Amerika Selatan. 

Hampir 3 persen dari pengeluaran kesehatan pemerintah dialokasikan untuk kesehatan mental, menurut data terbaru WHO . Negara ini baru-baru ini memiliki total 16 psikiater untuk populasi lebih dari 826.000 jiwa.

4. Zimbabwe: 25,4 per 100.000 orang

Zimbabwe memiliki tingkat bunuh diri tertinggi keempat secara keseluruhan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia . 

Negara di Afrika bagian selatan ini baru-baru ini hanya mengalokasikan  persen  dari total anggaran perawatan kesehatannya untuk kesehatan mental.

Menurut data, WHO  hanya memiliki satu psikiater untuk melayani populasi sekitar 15 juta jiwa, meskipun sumber lain melaporkan sebanyak 18 psikiater aktif.

5. Kepulauan Solomon: 22,5 per 100.000 orang

Kepulauan Solomon, sebuah kepulauan di timur laut Australia, menempati peringkat kelima dengan tingkat bunuh diri tertinggi secara keseluruhan pada tahun 2021.

Meski wilayahnya kecil, namun negara ini menghadapi tantangan berat dalam hal pembangunan, stabilitas politik, dan pengaruh asing. 

Peran geopolitiknya terus meningkat di tengah perebutan pengaruh antara Tiongkok dan negara-negara Barat.

Hal ini yang membuat Tingkat stress dan bunuh diri meningkat di tengah minimnya pelayanan medis.

Dimana negara ini hanya memiliki dua psikiater aktif, menurut data WHO , yang melayani populasi 800.000 jiwa yang tersebar di ratusan pulau. 

6. Suriname: 22,5 per 100.000 orang

Suriname, sebuah negara kecil di pesisir timur laut Amerika Selatan, menempati peringkat kelima dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.

Parahnya Suriname diperkirakan hanya memiliki 10 psikiater dengan total populasi lebih dari 628.000 jiwa.

Pada tahun 2020, tercatat 148 orang meninggal oleh bunuh diri, mewakili sekitar 4 persen dari total kematian nasional, dan menjadi penyebab kematian kedua paling umum bagi usia 15–39 tahun.

7. Uruguay: 22,0 per 100.000 orang

Uruguay memiliki tingkat bunuh diri tertinggi ketujuh secara keseluruhan. Adapun mayoritas korban bunuh diri adalah laki‑laki, sekitar 78–80 persen dari total kasus. 

Mereka menghadapi stigma budaya yang menganggap pria menunjukkan emosi sebagai kelemahan.

Selain itu faktor lain yang menyebabkannya kasus bunuh diri meningkat antara lain struktur sosial, degradasi komunitas, serta ketimpangan wilayah.

Program pencegahan yang diterapkan mulai 2021–2024 menunjukkan niat baik, namun perubahan jangka panjang masih diperlukan.

8. Afrika Selatan: 21,1 per 100.000 orang

Afrika Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi kedelapan secara keseluruhan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia . 

Data resmi terbaru tercatat rading EconomicsMacrotrends pada tahun 2021, menunjukan bahwa tingkat bunuh diri kasar mencapai 19,8 per 100.000 didominasi pemuda pria berusia 15–29 tahun.

Sebagai catatan, meski data untuk tahun 2025 belum tersedia secara resmi, tren tahun-tahun sebelumnya mengindikasikan FSM tetap berada di antara negara-negara dengan tingkat tertinggi di dunia.

Hal ini terjadi akibat beberapa faktor mulai dari struktural, sosial, ekonomi, dan budaya: hilangnya kohesi komunitas tradisional, tekanan gender dan harapan, keterbatasan ekonomi dan isolasi geografis.

Serta stigma terhadap kesehatan mental, hingga akses layanan yang sangat terbatas.

9. Negara Federasi Mikronesia: 20,8 per 100.000 orang

Negara Federasi Mikronesia memiliki tingkat bunuh diri tertinggi kesembilan menurut Organisasi Kesehatan Dunia. 

Data WHO juga menunjukkan bahwa kumpulan pulau yang terletak di wilayah barat Samudra Pasifik ini hanya memiliki satu psikiater untuk melayani populasi lebih dari 112.000 jiwa.

10. Korea Selatan: 20,6 per 100.000 orang

Korea Selatan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi ke-10 secara keseluruhan pada tahun 2021, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan memiliki tingkat tertinggi di antara semua negara Asia. 

Memasuki tahun 2024–2025, Korea Selatan masih menghadapi tingkat bunuh diri yang tinggi sekitar 28 per 100.000 penduduk.

Sistem pendidikan Korea yang sangat kompetitif menjadi salah satu pendorong tekanan emosional berat hingga pada pelajar kerap melakukan bunuh diri.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved