Senin, 22 September 2025

Donald Trump Pimpin Amerika Serikat

AS Rilis Rencana Aksi AI Setebal 25 Halaman: Pangkas Regulasi demi Dominasi Teknologi Global

AS rilis strategi nasional AI, pangkas regulasi dan siapkan langkah agresif untuk jadi pemimpin global kecerdasan buatan.

Facebook The White House
TRUMP DI IOWA - Gambar diambil dari Facebook The White House pada Jumat (4/7/2025), memperlihatkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam kunjungannya ke Iowa pada Kamis (3/7/2025). AS rilis strategi nasional AI, pangkas regulasi dan siapkan langkah agresif untuk jadi pemimpin global kecerdasan buatan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump merilis “Rencana Aksi AI Amerika” setebal 25 halaman pada Rabu (23/7/2025).

Rencana Aksi AI Amerika bertujuan memperkuat dominasi global AS dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan menyaingi Tiongkok dalam teknologi strategis ini.

Rencana tersebut memuat 90 proposal kebijakan, termasuk penyederhanaan perizinan pembangunan pusat data baru, perluasan akses ke lahan federal, dan penghapusan regulasi yang dinilai menghambat pengembangan AI.

Gedung Putih menyebut inisiatif ini sebagai langkah untuk mempercepat inovasi, memperluas infrastruktur, dan memastikan standar global berbasis teknologi AS.

“Sekarang persaingan untuk menjadi yang terdepan dalam kecerdasan buatan menjadi semakin global. Amerika harus tetap menjadi kekuatan dominan,” kata Direktur AI Gedung Putih David Sacks dalam konferensi pers, dikutip dari CNN.

Pemerintah juga menegaskan akan “melawan pengaruh Tiongkok dalam lembaga internasional” dan menerapkan kerangka kerja untuk menilai keselarasan model AI buatan Tiongkok terhadap narasi Partai Komunis.

Rencana ini turut menyoroti pentingnya kebebasan berbicara, menargetkan model AI agar bebas dari “bias ideologis dari atas ke bawah”.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut langkah ini akan memastikan Amerika menetapkan "standar emas teknologi di seluruh dunia."

Para pengamat menilai rencana ini terlalu berfokus pada promosi teknologi, dan minim dalam mengatasi risiko AI terhadap masyarakat.

“Pemerintah seharusnya tidak menjadi Kementerian Kebenaran AI,” ujar Samir Jain dari Center for Democracy & Technology kepada Al Jazeera.

Rencana tersebut juga mengabaikan dampak lingkungan dari pusat data.

Baca juga: Donald Trump Beberkan Rencana untuk Jadikan AS Pemenang dalam Perlombaan AI Dunia, Mencakup 3 Pilar

Dalam laporan Google tahun 2024, emisi gas rumah kaca meningkat 48 persen dibandingkan 2019, sebagian besar akibat konsumsi energi pusat data berbasis AI.

Sementara itu, pemerintah tengah mengupayakan pelonggaran regulasi lingkungan, termasuk pembatalan “temuan bahaya” emisi oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), menurut Reuters.

Meskipun disebut-sebut akan “melengkapi, bukan menggantikan pekerjaan”, pengaruh AI terhadap tenaga kerja sudah terlihat.

Beberapa perusahaan teknologi besar, seperti Salesforce dan Recruit Holdings, telah melakukan pemutusan hubungan kerja yang dikaitkan langsung dengan efisiensi AI.

Analis Wedbush Securities Dan Ives menyebut rencana ini sebagai “momen penting dalam revolusi AI” dan langkah besar untuk bersaing dengan Tiongkok.

Saham-saham teknologi AI merespons dengan kenaikan moderat pada Rabu sore, termasuk NVIDIA (+2,1 persen) dan Palantir (+3,6 persen), menurut laporan Al Jazeera.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan