Minggu, 10 Agustus 2025

Drone Sampai Dikerahkan di China, Ribuan Warga Jatuh Sakit karena Gejala Virus

Wabah Chikungunya sebagian besar terjadi di kota Foshan, di provinsi selatan Guangdong, China, drone dikerahkan untuk mencari sarangnya

Freepik
WABAH CHIKUNGUNYA - Ilustrasi nyamuk pembawa virus zika. Wabah Chikungunya sebagian besar terjadi di kota Foshan, di provinsi selatan Guangdong, China, drone dikerahkan untuk mencari sarangnya 

WHO menerangkan, nama "Chikungunya" berasal dari bahasa Kimakonde di Tanzania, yang berarti "yang membungkuk" karena penderita sering berjalan membungkuk akibat nyeri sendi.

Penyakit ini tidak menular langsung antarmanusia, melainkan melalui nyamuk yang menggigit orang terinfeksi kemudian menggigit orang lain.

Meski jarang mematikan, nyeri sendi bisa berlangsung lama, bahkan hingga berbulan-bulan.

Tidak ada pengobatan antiviral spesifik atau vaksin yang tersedia secara luas, sehingga pengobatan berfokus pada pereda gejala seperti paracetamol untuk demam dan nyeri.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania pada 1952 dan telah menyebar ke lebih dari 110 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika.

Outbreak besar tercatat sejak 2004, sebagian karena adaptasi virus yang memungkinkan penyebaran lebih mudah oleh Aedes albopictus.

Di Indonesia, kasus pertama dilaporkan di Samarinda pada 1973, diikuti oleh wabah di berbagai daerah seperti Aceh, Bogor, dan Jawa Tengah antara 2001-2003.

Pencegahan utama adalah mengendalikan populasi nyamuk dengan menguras tempat penampungan air, menggunakan kelambu, dan memakai repelen anti nyamuk. 

WHO juga merekomendasikan pakaian yang menutupi kulit dan penggunaan kelambu untuk orang yang tidur di siang hari, seperti anak kecil atau lansia.

(Tribunnews.com/ Chrysnha)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan