Kamis, 14 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

7 Fakta Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Timnya Tewas dalam Serangan Israel: Tinggalkan Wasiat

Inilah 7 fakta atas meninggalnya jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif dan timnya dalam serangan udara Israel di Gaza.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Tangkap layar YouTube Al Jazeera English
ISRAEL BUNUH JURNALIS - Tangkap layar YouTube Al Jazeera English pada 11 Agustus 2025, memperlihatkan dokumentasi saat Anas al-Sharif meliput perang di Gaza. Inilah 7 fakta atas meninggalnya jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif dan timnya dalam serangan udara Israel di Gaza pada Minggu, 10 Agustus 2025. 

TRIBUNNEWS.COM – Jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif, tewas dalam serangan Israel, pada Minggu (10/8/2025) malam.

Anas al-Sharif meninggal bersama empat anggota timnya, yakni Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher, Moamen Aliwa, serta asisten mereka Mohammed Noufal, menurut laporan jaringan berita yang berbasis di Qatar tersebut.

Mengutip Middle East Eye, pasukan Israel menargetkan tenda mereka yang terletak di depan kompleks RS Al-Shifa, Kota Gaza.

Rumah Sakit Al-Shifa adalah fasilitas medis terbesar dan terpenting di Jalur Gaza, Palestina. Rumah sakit ini menangani korban konflik bersenjata, termasuk mereka yang mengalami luka akibat serangan udara dan trauma perang.

Berikut fakta-fakta terkait kematian Anas al-Sharif:

1. Sosok Anas al-Sharif

Mengutip NDTV, Anas al-Sharif adalah jurnalis dan videografer Palestina untuk Al Jazeera.

Lahir 28 tahun lalu di kamp pengungsi Jabalia, Gaza, Anas dikenal karena liputannya yang berani di garis depan Gaza utara selama perang Israel yang tengah berlangsung.

Ia lulus dari Universitas Al-Aqsa dengan gelar di bidang komunikasi massa, khususnya radio dan televisi.

Koresponden Aljazeera di Gaza, Anas al-Sharif, meninggal oleh serangan drone Israel terhadap tenda mereka di luar Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, Minggu malam, 10 Agustus 2025.Anas tewas bersama 4 staf Aljazeera lainnya dalam serangan tersebut. Anas Al-Sharif merupakan koresponden Al Jazeera berbahasa Arab berusia 28 tahun yang terkenal di Gaza. 
JURNALIS DIBUNUH - Koresponden Aljazeera di Gaza, Anas al-Sharif, meninggal oleh serangan drone Israel terhadap tenda mereka di luar Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, Minggu malam, 10 Agustus 2025. Anas tewas bersama 4 staf Aljazeera lainnya dalam serangan tersebut. Anas Al-Sharif merupakan koresponden Al Jazeera berbahasa Arab berusia 28 tahun yang terkenal di Gaza.  (dok. Aljazeera)

Kariernya dimulai sebagai sukarelawan di Al-Shamal Media Network sebelum menjadi koresponden Al Jazeera untuk wilayah Gaza utara.

Anas kerap membagikan foto dan video perang di Gaza melalui akun media sosialnya.

Ia menikah dengan Bayan Khalid dan memiliki dua anak, Sham dan Salah.

Baca juga: Serangan Drone Israel Bunuh 5 Staf Al Jazeera di Gaza Termasuk Jurnalis Anas al-Sharif

Selama berbulan-bulan, militer Israel menuduhnya sebagai anggota Hamas.

Menurut kelompok hak asasi manusia dan Al Jazeera, tuduhan itu hanya upaya Israel untuk membenarkan penargetan terhadap jurnalis.

Pemimpin redaksi Al Jazeera, Mohamed Moawad, mengatakan kepada BBC bahwa Anas al-Sharif adalah jurnalis terakreditasi yang menjadi “satu-satunya suara” bagi dunia untuk mengetahui apa yang terjadi di Jalur Gaza.

2. Kronologi Meninggalnya Anas dan Timnya

Al Jazeera melaporkan bahwa Anas dan timnya tewas akibat serangan terarah Israel terhadap tenda yang menampung para jurnalis di Kota Gaza pada Minggu (10/8/2025).

Media tersebut menyebut pembunuhan ini sebagai “pembunuhan terarah”, karena Anas al-Sharif dan wartawan lainnya saat itu tinggal di kamp di seberang kompleks Rumah Sakit Al-Shifa ketika serangan terjadi.

3. Postingan Terakhir

Sesaat sebelum terbunuh, Anas al-Sharif menulis di X bahwa Israel telah melancarkan pemboman intensif dan terkonsentrasi, yang dikenal sebagai “sabuk api”, di wilayah timur dan selatan Kota Gaza.

Dalam video terakhirnya, terdengar dentuman keras dari pemboman rudal intensif Israel, sementara langit malam diterangi kilatan cahaya oranye.

4. Ancaman dan Seruan untuk Perlindungan Anas

Pada November 2023, Anas al-Sharif mengaku menerima panggilan telepon dari pasukan Israel yang memperingatkannya untuk meninggalkan Gaza utara.

Ia juga menerima pesan WhatsApp dan catatan suara yang mengungkap lokasi persisnya.

“Meskipun ada ancaman, saya tidak akan meninggalkan lapangan. Saya akan terus melaporkan dari Gaza utara,” ujarnya saat itu, dikutip NDTV.

Pada Januari tahun ini, selama liputan langsung gencatan senjata Israel-Hamas, ia melepas perlengkapan pelindungnya untuk merayakannya bersama warga.

Banyak orang bersorak dan mengangkatnya ke pundak mereka.

Pada Juli 2025, Committee to Protect Journalists (CPJ) menyerukan perlindungan terhadap Anas al-Sharif.

CPJ adalah organisasi nirlaba independen yang berbasis di New York City, didirikan pada 1981, yang bertujuan melindungi kebebasan pers dan membela hak-hak jurnalis.

Seruan itu muncul setelah juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berbahasa Arab, Avichay Adraee, melakukan teror daring terhadap Anas al-Sharif, menuduhnya sebagai anggota Hamas.

Baca juga: Israel Rudal Tenda Wartawan, 5 Jurnalis Al Jazeera Tewas

“Kami sangat prihatin dengan ancaman berulang yang dilontarkan oleh juru bicara militer Israel Avichay Adraee terhadap koresponden Al Jazeera di Gaza, Anas al-Sharif, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk melindunginya,” ujar Direktur Regional CPJ, Sara Qudah, saat itu.

“Ini bukan pertama kalinya al-Sharif menjadi sasaran militer Israel, tetapi ancaman terhadap nyawanya kini semakin serius.”

Menurut CPJ, Israel telah menewaskan sedikitnya enam jurnalis Al Jazeera di Gaza selama perang ini.

Tuduhan tanpa bukti tersebut dinilai sebagai upaya menciptakan persetujuan publik untuk membunuh al-Sharif.

IDF kerap mengklaim bahwa banyak jurnalis yang sengaja mereka bunuh di Gaza adalah anggota Hamas, termasuk empat staf Al Jazeera lainnya: Hamza Al Dahdouh, Ismail Al Ghoul, Rami Al Refee, dan Hossam Shabat.

Shabat adalah salah satu dari enam jurnalis Al Jazeera yang dituduh IDF, pada Oktober 2024, memiliki keterkaitan dengan Hamas atau kelompok militan Jihad Islam.

Tuduhan itu dinilai tidak berdasar.

Shabat kemudian tewas, sementara Talal Al Arrouqi terluka.

Dua jurnalis Al Jazeera lainnya, Samer Abu Daqqa dan Ahmed Al-Louh,  juga tewas selama perang Israel-Gaza. Selain itu, delapan jurnalis dan pekerja lepas saluran tersebut turut menjadi korban, menurut data CPJ.

5. Anas Tinggalkan Surat Wasiat

Anas al-Sharif meninggalkan sebuah wasiat sebelum dibunuh pasukan Israel, pada Minggu malam.

Wasiat tersebut ia tulis pada April tahun ini dan diunggah oleh tim adminnya di X setelah kematiannya.

Isinya adalah seruan untuk terus menyuarakan penderitaan rakyat Gaza, menjaga keluarganya, serta pesan spiritual terakhirnya.

Berikut terjemahan isi wasiat Anas:

Inilah wasiat dan pesan terakhirku. Jika kata-kata ini sampai kepadamu, ketahuilah bahwa Israel telah berhasil membunuhku dan membungkam suaraku. Pertama-tama, semoga damai, rahmat, dan berkah Allah senantiasa menyertaimu.

Allah Maha Tahu bahwa aku telah mengerahkan seluruh upaya dan kekuatanku untuk menjadi penopang dan suara bagi rakyatku, sejak pertama kali aku membuka mata terhadap kehidupan di lorong-lorong dan jalanan kamp pengungsi Jabalia. Harapanku adalah Allah memanjangkan umurku agar aku dapat kembali bersama keluargaku dan orang-orang tercinta ke kota asal kami, Asqalan (Al-Majdal) yang diduduki. Namun kehendak Allah lebih utama, dan ketetapan-Nya bersifat final. Aku telah merasakan kepedihan dalam segala bentuknya, mengalami penderitaan dan kehilangan berkali-kali, namun tak pernah sekalipun aku ragu untuk menyampaikan kebenaran apa adanya, tanpa distorsi atau pemalsuan—agar Allah menjadi saksi terhadap mereka yang memilih diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, mereka yang mencekik napas kami, dan hati mereka yang tak terguncang oleh sisa-sisa jasad anak-anak dan perempuan kami yang berserakan, tanpa melakukan apa pun untuk menghentikan pembantaian yang rakyat kami alami selama lebih dari satu setengah tahun.

Aku mempercayakan Palestina kepadamu—permata mahkota dunia Muslim, detak jantung setiap insan merdeka di dunia ini. Aku mempercayakan rakyatnya kepadamu, termasuk anak-anaknya yang terzalimi dan tak berdosa, yang tak pernah punya waktu untuk bermimpi atau hidup dalam keamanan dan kedamaian. Tubuh mereka yang suci hancur di bawah ribuan ton bom dan rudal Israel, tercabik dan berserakan di dinding-dinding.

Baca juga: Netanyahu Telepon Trump, Bicarakan Operasi Cepat Israel di Jalur Gaza

Aku mendesakmu untuk tidak membiarkan rantai membungkam suaramu, dan tidak membiarkan batas-batas mengekang langkahmu. Jadilah jembatan menuju pembebasan tanah dan rakyatnya, hingga matahari martabat dan kebebasan terbit kembali di atas tanah air kita yang dirampas. Aku mempercayakan keluargaku kepadamu. Aku menitipkan putriku tercinta, Sham, cahaya mataku, yang tak pernah sempat kulihat tumbuh dewasa sebagaimana aku impikan.

Aku menitipkan putraku tersayang, Salah, yang kuinginkan untuk kudampingi dan kudukung sepanjang hidup, hingga ia cukup kuat memikul bebanku dan melanjutkan misi ini.

Aku menitipkan ibuku tercinta, yang doa-doanya yang penuh berkah telah mengantarkanku hingga ke titik ini, yang doanya menjadi bentengku, dan yang cahayanya menuntun langkahku. Aku berdoa semoga Allah memberinya kekuatan dan membalasnya dengan pahala terbaik untukku.

Aku juga menitipkan pendamping hidupku, istriku tercinta, Umm Salah (Bayan), yang telah dipisahkan dariku oleh perang selama berhari-hari dan berbulan-bulan. Namun ia tetap setia pada ikatan kami, seteguh batang pohon zaitun yang tak goyah—bersabar, bertawakal kepada Allah, dan memikul tanggung jawab saat aku tiada dengan segenap kekuatan dan keyakinannya.

Aku memohon padamu untuk mendampingi mereka, menjadi penopang mereka setelah Allah Yang Maha Tinggi. Jika aku mati, maka aku mati dengan teguh pada prinsipku. Aku bersaksi di hadapan Allah bahwa aku ridha dengan ketetapan-Nya, yakin akan bertemu dengan-Nya, dan yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan kekal.

Ya Allah, terimalah aku di antara para syuhada, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu maupun yang akan datang, dan jadikanlah darahku cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi umatku dan keluargaku. Ampunilah aku jika aku pernah lalai, dan doakanlah aku dengan penuh kasih sayang, karena aku telah menepati janjiku dan tidak pernah mengkhianatinya.

Jangan lupakan Gaza… Dan jangan lupakan aku dalam doa-doa tulusmu untuk ampunan dan penerimaan.

Anas Jamal Al-Sharif
06.04.2025

6. Respons atas Kematian Anas

  • Dari Sesama Jurnalis Palestina

Taghreed el-Khodary, jurnalis Palestina, mengatakan pembunuhan ini merupakan upaya Israel untuk mengintimidasi wartawan lain di Gaza.

Menurutnya, banyak jurnalis di lapangan menerima telepon dari tentara Israel agar menghentikan liputan.

“Berita di sini adalah tentang menghentikan narasi Palestina. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, narasi Palestina muncul sangat kuat,” ujarnya kepada Al Jazeera dari Kairo.

“Dengan membunuh jurnalis, mereka menakut-nakuti orang lain untuk meliput.”

  • Anggota Kongres AS

Pramila Jayapal, anggota Kongres AS, mengatakan Amerika Serikat harus berhenti menyediakan senjata kepada Israel.

Menurutnya, militer Israel telah menewaskan lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media.

Jayapal bergabung dengan rekan sesama Demokrat, Rashida Tlaib, untuk mendorong pembatasan penjualan senjata AS ke Israel, termasuk melalui RUU yang mereka ajukan pada April lalu.

  • Organisasi Masyarakat

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) turut mengecam pembunuhan tersebut.

CAIR adalah organisasi advokasi dan hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat, yang bertujuan untuk melindungi hak-hak Muslim Amerika, melawan diskriminasi, dan mendorong pemahaman yang lebih baik tentang Islam di masyarakat luas.

"Kampanye pembunuhan terarah yang sedang berlangsung oleh Israel terhadap jurnalis Palestina adalah kejahatan perang, sesederhana itu," ujar Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, dalam sebuah pernyataan.

"Pembunuhan para jurnalis Al Jazeera ini bukanlah kecelakaan atau kerusakan tambahan – ini adalah bagian dari kebijakan yang konsisten dan terdokumentasi untuk membungkam suara media dan menyembunyikan kebenaran genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza," kata Awad.

7. Berapa Banyak Jurnalis yang Dibunuh Israel?

Menurut kantor media pemerintah Gaza yang dikutip The Guardian, Israel telah menewaskan 237 jurnalis sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Israel tidak mengizinkan jurnalis asing masuk ke Gaza dan kerap menargetkan jurnalis lokal.

Konflik Israel-Hamas di Gaza

Perang Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 61.430 orang dan melukai 153.213 orang, mengutip Al Jazeera.

Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

Mengutip situs UNICEF, situasi di Gaza dan Israel sangat kompleks dan telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-20.

Pada dasarnya, ada dua kelompok orang yang bertikai, yakni orang Israel (yang sebagian besar tinggal di Israel) dan orang Palestina (yang sebagian besar tinggal di Jalur Gaza dan wilayah lain yang dikenal sebagai Tepi Barat).

Baik orang Israel maupun Palestina memiliki ikatan yang sangat kuat dengan tanah tersebut. 

Mereka telah mencoba membuat kesepakatan untuk membagi tanah, tetapi kesepakatan tersebut gagal, dan pertikaian kembali terjadi tentang siapa yang berhak tinggal di mana.

Pada tanggal 7 Oktober 2023, terjadi serangan mendadak terhadap Israel oleh kelompok bernama Hamas. 

Mereka berasal dari wilayah yang dikenal sebagai Jalur Gaza, dan banyak orang tewas atau terluka. 

Sebagai balasannya, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza, menewaskan dan melukai ribuan orang serta menghancurkan bangunan.

Serangan ini adalah babak baru dalam konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Para pemimpin dunia dan organisasi kemanusiaan telah menyerukan diakhirinya pertempuran dan solusi damai.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan