Konflik Korea
Kim Jong Un Murka, Ancam Lakukan Aksi Balasan Atas Latihan Militer Korsel-AS
Kim Jong Un mengancam akan melakukan "aksi balasan" atas tindakan provokasi yang dilakukan Korea Selatan dan AS buntut latihan militer gabungan.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengancam akan melakukan "aksi balasan" atas tindakan provokasi yang dilakukan Korea Selatan dan AS.
Gertakan tersebut dilontarkan Kim Jong un setelah mencuatnya rencana latihan gabungan Ulchi Freedom Shield antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang akan digelar dalam waktu dekat.
Tak seperti latihan militer pada umumnya, Ulchi Freedom Shield menonjolkan latihan defensif yang ambisius dan multi-platform.
Menggabungkan simulasi digital dan latihan nyata untuk memastikan aliansi Korea Selatan–AS tetap waspada terhadap ancaman yang terus berkembang.
Program latihan yang dimulai pada tanggal 18-22 Agustus ini, dirancang Korsel dan AS untuk menguji kemampuan komando, mobilisasi pasukan, serta memperkuat kesiapsiagaan menghadapi ancaman militer musuh.
Namun Korut menuding latihan gabungan antara Korsel dan AS sebagai sikap konfrontasi militer dengan DPRK [Korut] yang berpotensi mengusik keamanan di Semenanjung Korea dan kawasan.
Alasan tersebut yang membuat Kim Jong Un murka, hingga mengancam bakal melakukan aksi serangan balasan yang jauh lebih berbahaya sebagai konsekuensi negatif akibat dari latihan tersebut.
“Kami mengecam keras AS dan Korsel atas tindakan provokatif mereka," ujar Menteri Pertahanan Nasional Korut, No Kwang Chol, dikutip dari Reuters.
“Angkatan bersenjata DPRK akan menghadapi latihan perang AS dan Korsel dengan sikap penanggulangan yang menyeluruh dan tegas, serta secara ketat menjalankan hak kedaulatan DPRK, setara dengan hak untuk membela diri jika terjadi provokasi yang melampaui batas wilayah," imbuhnya.
Baca juga: Korea Selatan Bongkar Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan, Belum Ada Komentar dari Korea Utara
Korsel Melunak, Ajak Korut Damai
Hubungan antar-Korea semakin tegang sejak akhir 2023, ketika Pyongyang menyatakan kedua negara sebagai “negara musuh” dan mulai membongkar simbol persatuan.
Namun belakangan ini Seoul dan Pyongyang menunjukkan tanda-tanda pencairan hubungan.
Ditandai dengan sikap Otoritas Korsel yang mulai mencopot speaker atau pengeras suara propaganda, yang menyiarkan berita dan musik K-pop, di area perbatasan dengan Korea Utara
Tak hanya itu Korsel juga meminta kelompok sipil menghentikan pengiriman selebaran anti-Korut, dengan harapan gestur tersebut dapat membuka jalan untuk dialog.
Langkah ini menyusul tekad pemerintahan baru Korsel untuk meredakan ketegangan dengan negara tetangganya tersebut.
"Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara," ucap juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Kyung Ho.
"Ini adalah langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara, asalkan tindakan tersebut tidak membahayakan kesiapan militer," imbuhnya.
Tak berselang lama setelah Korsel mencopot pengeras suara, pemerintah Korut turut melakukan hal yang sama, membongkar sebagian pengeras suara yang dipasang di perbatasan untuk kampanye propaganda melawan Korea Selatan.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan menyatakan aktivitas tersebut terdeteksi di beberapa titik garis depan sejak Sabtu pagi.
“Aktivitas militer Korea Utara yang membongkar pengeras suara melawan Korea Selatan telah terdeteksi di sebagian wilayah garis depan sejak Sabtu pagi,” kata JCS dalam keterangannya.
Langkah pembongkaran ini menjadi simbol meredanya ketegangan dan disebut sebagai salah satu sinyal positif pertama sejak hubungan kedua negara memburuk akibat uji coba senjata dan latihan militer besar-besaran.
Meski demikian, para analis menilai situasi ini masih rapuh.
Ketegangan bisa kembali meningkat sewaktu-waktu, terutama menjelang latihan gabungan Korea Selatan–Amerika Serikat yang akan digelar dalam waktu dekat, yang oleh Pyongyang dianggap sebagai provokasi.
Dengan kata lain, meskipun ada tanda-tanda pencairan hubungan, kepercayaan penuh antara kedua pihak belum benar-benar pulih.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.