Konflik Palestina Vs Israel
WHO Bongkar Fakta Mengerikan: Rumah Sakit di Gaza Kolaps, Anak-Anak Tewas karena Malnutrisi
Sebanyak 52 persen obat-obatan dan 68 persen bahan habis pakai tidak memiliki stok sama sekali
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Krisis kemanusiaan di Gaza kini berada di titik yang paling mengkhawatirkan.
Rumah sakit lumpuh, stok obat penyelamat nyawa habis, dan jumlah korban meninggal akibat malnutrisi terus melonjak.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, kondisi ini tak lagi sekadar darurat medis, tetapi bencana kemanusiaan besar.
Dr. Rik Peeperkorn, Perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Gaza, mengungkap fakta memilukan:
“Kelangkaan obat-obatan dan bahan habis pakai yang kritis masih terus berlanjut dan semakin parah, dengan 52 persen obat-obatan dan 68 persen bahan habis pakai tidak memiliki stok sama sekali," ungkapnya dilansir dari website resmi PBB, Kamis (14/8/2025).
Baca juga: Pemerintah Bersikap Hati-hati terkait Penggunaan Pulau Galang untuk Pengobatan 2.000 Warga Gaza
Rumah Sakit Overload hingga 300 Persen
Data WHO menunjukkan kapasitas rumah sakit di Gaza telah melampaui batas wajar. Rumah Sakit Shifa kini beroperasi di kapasitas 250 persen, Nasser 180 persen, Al-Rantisi 210 persen, bahkan Al-Ahli mencapai lebih dari 300 persen.
Beban ini diperparah oleh lonjakan korban luka akibat serangan di area distribusi makanan.
Situasi darurat membuat persediaan darah dan plasma kritis, sementara tenaga medis kewalahan merawat ribuan pasien setiap hari.
Sejak 27 Mei 2025, setidaknya 1.655 orang meninggal dan lebih dari 11.800 orang luka-luka di wilayah tersebut.
Anak-Anak Jadi Korban Terbesar
Kekurangan pangan akut telah merenggut nyawa 148 orang sejak awal 2025—termasuk 49 anak, dengan 39 di antaranya berusia di bawah lima tahun.
Data WHO mencatat hampir 12.000 anak mengalami malnutrisi akut pada Juli, dengan 2.500 anak di antaranya berada dalam kondisi paling parah.
Ini adalah angka bulanan tertinggi sejak konflik meningkat, menandakan gizi buruk di Gaza berkembang menjadi ancaman yang lebih mematikan dibandingkan bom dan peluru.
Tak hanya kelaparan, penyakit juga menyapu wilayah ini.
Antara Juli dan awal Agustus, tercatat 452 kasus dugaan meningitis, angka tertinggi sejak eskalasi konflik.
Sindrom Guillain-Barré, gangguan saraf langka pasca-infeksi, juga melonjak dengan 76 kasus terlapor.
Tragisnya, pengobatan terhambat total karena “stok nol” obat penting seperti imunoglobulin intravena dan anti-inflamasi.
Baca juga: Pesawat Inggris Memata-matai Langit Gaza untuk Israel dalam Beberapa Pembantaian
Akses Bantuan Terkunci
Krisis makin parah karena bantuan medis terhambat di perbatasan.
Tim medis internasional kesulitan masuk, sementara peralatan vital seperti mesin ICU, anestesi, dan pasokan vaksin tertahan.
Sejak Juni, WHO hanya mampu memasukkan 80 truk pasokan medis—dan itupun dengan prosedur yang lambat serta penuh penolakan.
“Kita perlu membuka banyak penyeberangan ke Gaza, menyederhanakan prosedur, dan menghapus hambatan akses. Kita mendengar tentang lebih banyak pasokan kemanusiaan yang diizinkan masuk – tetapi itu tidak terjadi, atau terjadi terlalu lambat,” tegas Dr. Peeperkorn.
WHO mendesak dunia internasional bergerak cepat sebelum Gaza jatuh ke dalam jurang bencana total.
Akses bantuan harus dibuka lebar, pasokan medis diprioritaskan, dan perlindungan bagi fasilitas kesehatan dijamin.
Sebab di Gaza saat ini, nyawa tak hanya hilang karena senjata, tetapi juga karena kelaparan, penyakit, dan sistem kesehatan yang runtuh.
Gaza adalah wilayah kecil di pesisir timur Laut Mediterania yang menjadi bagian dari wilayah Palestina, bersama dengan Tepi Barat.
Secara geografis, Gaza berbatasan dengan Israel di utara dan timur, serta Mesir di selatan. Wilayah ini memiliki sejarah panjang konflik, terutama antara kelompok Hamas dan Israel.
Gaza memiliki luas sekitar 365 km⊃2;, populasi sekitar 2 juta jiwa (2025) yang mayoritas adalah pengungsi Palestina dan keturunan mereka dengan kota utama Gaza City.
Sejak 2007, Gaza dikuasai oleh Hamas, kelompok Islamis yang memenangkan pemilu lokal dan kemudian mengambil alih pemerintahan dari Fatah.
Israel dan Mesir menerapkan blokade ketat terhadap Gaza, membatasi pergerakan orang dan barang dan konflik bersenjata antara Hamas dan Israel sering terjadi, termasuk serangan udara, roket, dan operasi militer.
Serangan Israel di Gaza City terus berlangsung, dengan korban jiwa dan kehancuran besar, kelaparan meningkat; lebih dari 239 orang, termasuk 106 anak, dilaporkan meninggal karena malnutrisi dan bantuan kemanusiaan terhambat di perbatasan Rafah, Mesir, karena prosedur dan pembatasan.
Konflik Palestina Vs Israel
Negara-negara Arab Kecam Pernyataan Netanyahu tentang 'Israel Raya' |
---|
Pesawat Inggris Memata-matai Langit Gaza untuk Israel dalam Beberapa Pembantaian |
---|
Siapakah Samir Halila? Pengusaha yang Digadang Entitas Israel Jadi Gubernur Baru di Gaza |
---|
Ritual Prajurit TNI AU Berdoa dan Sentuh Hidung Super Hercules C-130 J Sebelum ke Gaza Palestina |
---|
Mengenal Pesawat C-130J Super Hercules yang Siap Terjunkan 800 Ton Bantuan untuk Rakyat Gaza |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.