Minggu, 17 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

KTT Trump–Putin di Alaska, Begini Reaksi Warga Ukraina dan Rusia

Di tengah perhatian dunia, warga Ukraina dan Rusia menunjukkan dua reaksi berbeda terkait KTT Trump-Putin di Alaska.

Facebook The White House
KTT TRUMP-PUTIN - Foto diunduh dari Facebook The White House, Sabtu (16/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) di Alaska pada Jumat, 15 Agustus 2025. Trump melakukan konferensi pers dengan Putin setelah pertemuan mereka di Alaska. Di tengah perhatian dunia, warga Ukraina dan Rusia menunjukkan dua reaksi berbeda: ada yang berharap pada pengaruh global, tapi ada juga yang takut pada dampak perang. 

TRIBUNNEWS.COM - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Alaska pada Jumat (15/8/2025) atau Sabtu (16/8/2025) waktu Indonesia, menjadi sorotan tajam di dua negara yang terlibat konflik, Ukraina dan Rusia.

Konflik Rusia–Ukraina berakar dari sejarah panjang keterkaitan kedua negara dan ketegangan pasca-Uni Soviet.

Pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014 dan dukungan terhadap separatis di Donbas memicu eskalasi.

Ketegangan geopolitik, terutama soal ekspansi NATO, memperdalam konflik hingga pecahnya perang terbuka pada 2022 hingga hari ini.

Bagi sebagian warga Rusia momen KTT Trump-Putin dipandang sebagai kemenangan diplomatik.

Di Moskow, suasana optimis makin terasa, apalagi setelah mantan Presiden Dmitry Medvedev mengatakan perundingan itu menunjukkan negosiasi strategis bisa berjalan tanpa syarat.

Pernyataan ini menjadi tanda bahwa Rusia merasa lebih bebas mengatur ulang tatanan global.

Sementara di Kyiv, pertemuan itu justru memicu kekhawatiran mendalam.

Analis politik Ukraina menilai bahwa Vladimir Putin berhasil memanfaatkan kelemahan retoris Trump untuk memperkuat narasi Kremlin.

Dalam konferensi pers bersama, Putin berulang kali mengutip pernyataan Trump, termasuk klaim bahwa perang Rusia–Ukraina bisa dihindari seandainya Trump memenangkan pemilu 2020.

Bagi Ukraina, retorika semacam ini bukan sekadar wacana politik, melainkan ancaman nyata terhadap legitimasi perjuangan mereka.

Menurut analis Ukraina Igar Tyshkevych, dampak pertemuan itu kemungkinan besar akan berujung pada eskalasi militer.

Ia memperingatkan bahwa Rusia berpotensi meningkatkan serangan udara dan mempercepat mobilisasi pasukan.

Baca juga: Makna Bahasa Tubuh Donald Trump Saat Menyapa Vladimir Putin

Dalam pandangannya, Ukraina harus segera merumuskan strategi pertahanan menyeluruh, termasuk mobilisasi penuh, untuk menjaga stabilitas garis depan dan mengantisipasi tekanan yang kian intensif.

Di tengah perhatian dunia, warga Ukraina dan Rusia menunjukkan dua reaksi berbeda: ada yang berharap pada pengaruh global, tapi ada juga yang takut pada dampak perang.

Tidak Ada Hasil Konkret

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan