Kamis, 28 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Eks Kepala Intelijen: 50 Warga Palestina Wajib Mati untuk Gantikan 1 Orang Israel yang Tewas

Aharon Haliva, eks kepala intelijen Israel membongkar fakta pilu di balik genosida di wilayah Gaza, Palestina.

Penulis: Endra Kurniawan
RNTV/TangkapLayar
PEMBUNUHAN MASSAL - Suasana Kafe al-Baqa, sebuah lokasi berkumpul di pinggir pantai yang ramai di Gaza seusai dibom Israel pada Senin (30/6/2025). Petugas medis melaporkan bahwa antara 24 dan 36 warga Palestina tewas dalam serangan itu. Eks Kepala Intelijen membongkar fakta pilu di balik serangan Israel ke Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Aharon Haliva, eks kepala intelijen Israel membongkar fakta pilu di balik genosida di wilayah Gaza, Palestina.

Ia mengatakan, 50 warga Palestina wajib mati untuk gantikan 1 orang Israel yang tewas selama perang.

Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel jual beli serangan dengan kelompok militan Palestina, Hamas.

Hamas pertama kali melancarkan serangan besar-besaran dari Jalur Gaza ke wilayah selatan Israel. Serangan ini dikenal sebagai Operasi Banjir Al-Aqsa.

Kembali ke pernyataan Aharon Haliva, ia menegaskan pihak Israel tidak peduli warga yang harus mati meskipun berasal dari kalangan anak-anak.

"Untuk semua yang terjadi pada 7 Oktober, 50 warga Palestina harus mati. Tidak masalah sekarang jika mereka anak-anak," katanya, dikutip dari The Guardian, Senin (18/8/2025).

Aharon Haliva melaporkan, jumlah korban tewas di Gaza menurutnya lebih dari 50.000 orang.

Ia dalam kesempatannya juga menyinggung banyak pemimpin dan media Israel menggunakan retorika genosida terhadap warga Palestina sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober.

Termasuk menggambarkan mereka warga Palestina sebagai “hewan manusia” dan menyerukan penghancuran total Gaza dan pembersihan etnis.

Aharon Haliva menekankan, kampanye pembunuhan massal yang melibatkan anak-anak ilegal menurut hukum internasional.

Baca juga: Pendiri World Central Kitchen Kunjungi Jalur Gaza dan Israel

Siapa sosok Aharon Haliva?

Masih dikutip dari The Guardian, Aharon Haliva merupakan mantan intelijen militer Israel.

Ia mengundurkan diri dari jabatannya pada April 2024.

Aharon Haliva selama ini menampakkan dukungannya, terutama terkait angka jumlah korban yang dikumpulkan oleh otoritas kesehatan di Gaza.

Jumlah korban sering dikritik oleh pejabat Israel sebagai propaganda. 

Komentar Aharon Haliva tentang pembunuhan massal warga sipil Palestina tidak menjadi berita utama di media arus utama Israel lainnya. 

Mereka justru berfokus pada kritiknya terhadap Benjamin Netanyahu dan peringatan tentang kegagalan sistemik dalam keamanan dan intelijen.

Di kalangan orang Israel, Aharon Haliva secara luas dipandang sebagai kritikus beraliran sentris terhadap pemerintah saat ini, dan menteri-menteri sayap kanannya seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir.

1 Juta Warga Gaza Terancam Dipindahkan

Warga Palestina dicekam ketakutan dan kecemasan pada hari Minggu (17/8/2025), setelah militer Israel mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan pemindahan paksa 1 juta orang dari Kota Gaza.

Pengumuman itu muncul beberapa hari setelah Israel mengatakan pihaknya bermaksud melancarkan serangan baru untuk menguasai pusat kota terbesar di wilayah itu.

"Berdasarkan arahan pimpinan politik, dan sebagai bagian dari persiapan Pasukan Pertahanan Israel untuk memindahkan warga sipil dari zona pertempuran ke Jalur Gaza selatan demi keselamatan mereka.”

“Mulai besok [Minggu], penyediaan tenda dan peralatan tempat tinggal bagi warga Gaza akan dilanjutkan," demikian bunyi pernyataan Koordinasi Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah Palestina (COGAT).

Baca juga: Beredar Foto Sniper Israel Bidik Warga Gaza di Lokasi Pembagian Bantuan

Rangkuman kejadian di 17 Agustus 2025, dikutip dari Al Jazeera:

WARGA GAZA KELAPARAN - Tangkapan layar YouTube ABS-CBN News diambil pada Rabu (6/8/2025) memperlihatkan warga Palestina di Khan Yunis sedang berdesakan untuk mendapatkan bantuan makanan pada 4 Agustus 2025.
WARGA GAZA KELAPARAN - Tangkapan layar YouTube ABS-CBN News diambil pada Rabu (6/8/2025) memperlihatkan warga Palestina di Khan Yunis sedang berdesakan untuk mendapatkan bantuan makanan pada 4 Agustus 2025. (Tangkapan layar YouTube ABS-CBN News)

- Hamas mengecam rencana Israel untuk merebut Kota Gaza, menyebut pembicaraan tentang penyediaan tempat berlindung dan bantuan kemanusiaan sebagai “penipuan yang nyata”.

- Pasukan Israel mengebom Rumah Sakit al-Ahli di Kota Gaza, menewaskan sedikitnya tujuh orang. Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan 11 orang lagi meninggal dunia akibat kelaparan yang disebabkan Israel dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban tewas menjadi 251. Korban termasuk 108 anak-anak.

- Puluhan ribu warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv, menuntut diakhirinya perang di Gaza dan pengembalian tawanan yang ditahan Hamas, sementara protes global terus berlanjut atas pembunuhan jurnalis Al Jazeera oleh Israel .

- Perang Israel di Gaza  telah menewaskan sedikitnya 61.827 orang dan melukai 155.275 orang. Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

(Tribunnews.com/Endra)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan