Minggu, 12 Oktober 2025

China Perkenalkan ZTZ-201: Tank Generasi Keempat dengan Mesin Hibrida, AI, dan Kemampuan Anti-Drone

Tank ini bukan sekadar produk baru, melainkan simbol transformasi doktrin lapis baja Tentara Pembebasan Rakyat

DSA/Tangkap Layar
GENERASI KE-4 - Tank ZTZ-201 buatan China. Tank ini diklaim sebagai tank tempur generasi ke-4 yang menggabungkan mesin hibrida, kecerdasan buatan, menara tanpa awak, serta sistem anti-drone.  

China Perkenalkan ZTZ-201: Tank Generasi Keempat dengan Mesin Hibrida, AI, dan Kemampuan Anti-Drone

TRIBUNNEWS.COM - China bersiap menampilkan inovasi terbaru dalam peperangan lapis baja: ZTZ-201, tank tempur utama generasi keempat.

Tank ini terbilang istimewa karena menggabungkan mesin hibrida, kecerdasan buatan, menara tanpa awak, serta sistem anti-drone. 

Baca juga: AS Vs Rusia di Titik Perang: Siapa Penguasa Bawah Laut? Perbandingan Armada Kapal Selam Kedua Negara

Dikutip dari situs militer dan keamanan, DSA, Selasa (19/8/2025), peluncuran tank ini dijadwalkan dalam Parade Hari Kemenangan untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II di Tiongkok.

Tank ini bukan sekadar produk baru, melainkan simbol transformasi doktrin lapis baja Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), nama untuk militer China, menuju platform lebih ringan, serbaguna, dan berpusat pada jaringan.

Tank ZTZ-201 menandai pergeseran dari era tank berat seperti Type 99 (ZTZ-99) ke filosofi baru yang mengutamakan mobilitas, proteksi aktif, dan integrasi digital.

Dari Tank Berat ke Desain Kelas Menengah

Selama beberapa dekade, PLA berusaha menyamai standar Barat dengan mengandalkan tank berat seperti Type 96 dan Type 99.

Namun, perkembangan perang modern — terutama di Ukraina — menunjukkan bahwa drone, rudal presisi, dan peperangan berbasis jaringan telah mengurangi efektivitas tank superberat.

ZTZ-201 merepresentasikan penyesuaian Tiongkok: tank kelas menengah dengan bobot 35–40 ton, cukup ringan untuk mobilitas tinggi namun tetap membawa daya tembak yang menyaingi MBT (Main Battle Tank) Barat.

Desain ini sejalan dengan tren global yang mempertanyakan relevansi tank 60–70 ton di medan perang yang kini dipenuhi UAV dan serangan presisi.

GENERASI KE-4 - Tank ZTZ-201 buatan China
GENERASI KE-4 - Tank ZTZ-201 buatan China. Tank ini diklaim sebagai tank tempur generasi ke-4 yang menggabungkan mesin hibrida, kecerdasan buatan, menara tanpa awak, serta sistem anti-drone. 

Filosofi Desain: Mobilitas, AI, dan Modularitas

ZTZ-201 lahir sebagai tank generasi keempat, dengan fitur-fitur kunci:

  • Menara tak berawak dengan kru yang terlindung di kapsul depan lambung.
  • Mesin hibrida diesel-listrik bertenaga lebih dari 1.500 hp.
  • Sistem penargetan berbasis AI dan integrasi penuh dengan jaringan pertempuran PLA.
  • Sistem perlindungan aktif (APS) berlapis radar dan kemungkinan pencegat berbasis energi.

Dengan rancangan modular, ZTZ-201 diposisikan bukan sebagai kendaraan tunggal, melainkan bagian dari keluarga platform lapis baja, mirip konsep Armata Rusia.

Persenjataan: Meriam 105 mm dengan Fleksibilitas

Tank ini menggunakan meriam smoothbore kaliber 105 mm generasi baru. Meski lebih kecil dari 125 mm milik Type 99, senjata ini diklaim memiliki kecepatan moncong setara dengan meriam 120 mm NATO, berkat amunisi APFSDS modern.

Selain itu, tersedia opsi modular untuk versi 125 mm. ZTZ-201 juga membawa stasiun senjata kendali jarak jauh dengan kapabilitas anti-udara dan anti-drone, sebuah fitur penting di era perang UAV.

Mesin Hibrida: Senyap dan Efisien

ZTZ-201 mampu mencapai kecepatan 84 km/jam di jalan raya, dan 40–60 km/jam di medan berat. Mode listrik memungkinkan pergerakan senyap dengan jejak panas rendah, memberi keunggulan untuk penyergapan maupun operasi malam hari.

Kombinasi ini menjadikannya cocok untuk operasi di Tibet, perbatasan Himalaya, atau kepulauan Pasifik, di mana logistik dan medan menantang.

Proteksi: Aktif Lebih Penting daripada Baja Tebal

Alih-alih mengandalkan lapis baja masif, ZTZ-201 mengutamakan pertahanan aktif 360 derajat terhadap rudal, drone, dan amunisi berpemandu.

Sensor lidar, radar multi-aspek, dan AI memungkinkan tank mendeteksi serta menanggapi ancaman sebelum menghantam.

Namun, pengamat mencatat sisi lambung tank relatif tipis, menandakan filosofi baru PLA: mencegah serangan, bukan hanya menahan serangan.

Elektronik dan AI: Tank Digital di Medan Perang Modern

Dengan 13 sistem optik lidar, radar empat sisi, dan integrasi ke Battlefield Information Management System (BIMS), ZTZ-201 berfungsi sebagai node penting dalam perang jaringan PLA.

Sistem AI memberi kemampuan deteksi, pelacakan, dan penyerangan otomatis, mengurangi beban kru sekaligus meningkatkan akurasi tembakan.

Kapabilitas “Pemburu Drone”

Pelajaran dari Perang Ukraina menjadi sangat jelas dalam rancangan ini.

ZTZ-201 dibekali sistem peperangan elektronik dan radar X-band untuk menghadapi UAV pengintai, drone kamikaze, hingga rudal jelajah.

Dengan fitur ini, ZTZ-201 menjadi salah satu tank pertama yang sejak awal dirancang untuk melawan drone secara langsung, bukan sekadar bertahan dari serangan udara.

Implikasi Strategis di Indo-Pasifik

ZTZ-201 membawa dampak geostrategis besar:

  • Di Himalaya: bobot lebih ringan membuatnya ideal di ketinggian tinggi dibanding tank berat.
  • Dalam skenario Taiwan: kecepatan, desain modular, dan kemampuan amfibi mendukung operasi pendaratan gabungan.
  • Di Laut Cina Selatan: mesin hibrida dan jejak logistik sederhana memungkinkan penempatan di pulau-pulau sengketa.

Perbandingan Global

Dibanding rivalnya seperti T-14 Armata Rusia, KF-51 Panther Jerman, dan K2 Black Panther Korea Selatan, ZTZ-201 menonjol lewat fokus pada mobilitas, hibridisasi, dan kemampuan produksi massal.

Alih-alih mengandalkan satuan tank berat dengan biaya besar, PLA tampaknya memilih strategi kuantitas, integrasi digital, dan efektivitas biaya.

Kesimpulan: Paradigma Baru Perang Lapis Baja

ZTZ-201 bukan sekadar tank baru, melainkan pergeseran paradigma. Beijing menegaskan kalau peperangan lapis baja abad ke-21 bukan lagi tentang baja tebal, melainkan mobilitas, jaringan digital, proteksi aktif, dan daya tahan terhadap drone.

Dengan parade perdananya, Tiongkok mengirimkan pesan tegas: PLA siap menghadapi perang modern Indo-Pasifik, dengan doktrin lapis baja yang sepenuhnya berbeda dari masa lalu.

 

 

(oln/dsa/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved