Kamis, 21 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Isu Sensitif, Zelensky Hanya Mau Bicara Berdua dengan Putin soal Teritorial

Presiden Ukraina Zelensky hanya ingin negosiasi langsung dengan Presiden Rusia Putin soal masalah teritorial yang jadi isu sensitif bagi kedua pihak.

Kremlin.ru
ZELENSKY DAN PUTIN - Foto ini diambil pada Sabtu (15/2/2025) dari publikasi Kantor Presiden Rusia, memperlihatkan (kiri-kanan) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan pada 9 Desember 2019 di Paris untuk mengakhiri perang antara separatis pro-Rusia dan pasukan Ukraina di Donetsk dan Luhansk yang berlangsung sejak tahun 2014. Pada 18 Agustus 2025, Zelensky mengatakan ia hanya ingin negosiasi langsung dengan Putin mengenai masalah teritorial dalam perang Rusia-Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan isu paling sensitif dalam perang Rusia–Ukraina, yaitu masalah teritorial, hanya akan dibahas secara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kami akan menyerahkan masalah wilayah di antara saya dan Putin," kata Zelensky dalam konferensi pers usai pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih, Washington, Senin (18/8/2025), lapor Pravda.

Dalam konferensi pers tersebut, Zelensky menjelaskan dirinya telah melakukan pembicaraan mendalam dengan Trump mengenai berbagai aspek konflik, termasuk situasi militer, dukungan sekutu, serta kemungkinan format perundingan dengan Rusia.

Ia menegaskan, meski Ukraina menghargai bantuan dari mitra Barat, putusan akhir mengenai wilayah yang diduduki Rusia tidak bisa ditentukan pihak lain selain Ukraina sendiri.

Zelensky juga menegaskan percakapannya dengan Trump berlangsung hangat dan substantif, tanpa ada perbedaan pendapat.

"Itu adalah percakapan yang baik, hangat, dan bermakna," ujarnya, sambil menekankan bahwa ia menghargai dukungan AS dalam mendorong jalur diplomasi, lapor Reuters.

Menurut Zelensky, Trump bahkan menyatakan kesediaannya untuk memfasilitasi pertemuan langsung antara dirinya dengan Putin, termasuk kemungkinan dalam format trilateral yang melibatkan Ukraina, Rusia, dan Amerika Serikat.

Zelensky menilai langkah tersebut dapat membuka jalan bagi pembahasan serius mengenai penyelesaian perang.

Peta Konflik Rusia–Ukraina

Dalam pertemuan tersebut, Trump menunjukkan sebuah peta besar yang disebut "Peta Konflik Rusia–Ukraina", menggambarkan daerah-daerah yang saat ini diduduki Rusia.

 Peta itu menunjukkan sekitar 20 persen wilayah Ukraina berada di bawah kendali Rusia.

Baca juga: Zelensky Borong Senjata AS Senilai Rp1.459 Triliun Pakai Duit Eropa, Demi Jamin Keamanan Ukraina

Menurut laporan Kyiv Post, peta itu dipakai Trump sebagai alat diplomasi, bahkan berpotensi untuk menekan Zelensky agar mempertimbangkan formula "tanah untuk perdamaian".

Zelensky menanggapi peta tersebut dengan hati-hati.

Ia berterima kasih atas penyajiannya, namun juga mengkritisi akurasi data.

"Saya berdebat tentang persentase di peta, karena saya sangat memahami angka ini," ujarnya.

Presiden Ukraina menegaskan ia tahu detail situasi pertempuran di medan perang, termasuk invasi Rusia ke Krimea tahun 2014 dan pendudukan di wilayah timur.

Dukungan Trump untuk Pertemuan dengan Putin

Zelensky menyampaikanTrump mendukung pertemuan langsung antara dirinya dan Putin, bahkan mendorong diadakannya pertemuan trilateral yang melibatkan Ukraina, Rusia, dan AS.

"Presiden AS mengusulkan agar pertemuan itu diadakan secepat mungkin. Namun, hal ini tetap memerlukan persetujuan semua pihak," kata Zelensky.

Menurut Zelensky, Rusia mengusulkan pertemuan bilateral terlebih dahulu dengan Ukraina, sebelum kemudian dilanjutkan dengan format trilateral.

"Kami siap dengan format apa pun di tingkat pemimpin, karena hanya di tingkat ini semua persoalan rumit dapat diselesaikan," tegasnya.

Zelensky menambahkan, para pemimpin Eropa mendukung penuh rencana tersebut, dan ia memastikan Ukraina siap bertemu Putin secara langsung.

Sikap AS dan Jaminan Keamanan

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Trump menegaskan keinginannya untuk menghentikan perang yang sudah berlangsung sejak 2022.

Ia mengaku telah kembali membuka komunikasi dengan Putin untuk membahas peluang diplomatik.

Trump juga menyinggung soal kemungkinan jaminan keamanan bagi Ukraina, termasuk opsi pengerahan pasukan Amerika.

Meski tidak memberikan jawaban tegas, Trump mengungkapkan Putin "setuju bahwa Rusia akan menerima adanya jaminan keamanan untuk Ukraina."

"Ini adalah salah satu poin kunci yang akan dibicarakan di meja perundingan," kata Trump.

"Saya optimistis kita bisa mencapai kesepakatan yang mencegah agresi di masa depan terhadap Ukraina," lanjutnya.

Pertemuan Langsung antara Zelensky dan Putin di Masa Lalu

ZELENSKY DAN PUTIN - Foto ini diambil pada Sabtu (15/2/2025) dari publikasi Kantor Presiden Rusia, memperlihatkan (kiri-kanan) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel (tidak terlihat di foto) dalam pertemuan pada 9 Desember 2019 di Paris untuk mengakhiri perang antara separatis pro-Rusia dan pasukan Ukraina di Donetsk dan Luhansk yang berlangsung sejak tahun 2014. Pada 14 Februari 2025, Zelensky mengatakan ia ingin bertemu langsung dengan Putin untuk melakukan negosiasi yang akan mengakhiri perang Rusia-Ukraina sejak tahun 2022.
ZELENSKY DAN PUTIN - Foto ini diambil pada Sabtu (15/2/2025) dari publikasi Kantor Presiden Rusia, memperlihatkan (kiri-kanan) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel (tidak terlihat di foto) dalam pertemuan pada 9 Desember 2019 di Paris untuk mengakhiri perang antara separatis pro-Rusia dan pasukan Ukraina di Donetsk dan Luhansk yang berlangsung sejak tahun 2014. (Kremlin/Mikhail Metzel, TASS)

Upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan Rusia–Ukraina sebenarnya telah berlangsung jauh sebelum invasi besar-besaran pada 2022.

Salah satu forum utama adalah Normandy Format, sebuah mekanisme perundingan yang melibatkan Ukraina, Rusia, Jerman, dan Prancis.

Forum ini lahir pada 2014, menyusul aneksasi Krimea oleh Rusia dan pecahnya konflik bersenjata di wilayah Donbas, Ukraina timur.

Nama "Normandy" diambil dari pertemuan perdana yang digelar pada 6 Juni 2014 di Normandia, Prancis, bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendaratan Sekutu di D-Day.

"Normandy" merupakan nama wilayah di Prancis, yang pada 6 Juni 1944, Sekutu mendarat untuk membuka Front Barat melawan Nazi—peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai D-Day.

Sejak saat itu, pertemuan dalam kerangka Normandy Format menjadi wadah diplomasi utama untuk membahas implementasi Perjanjian Minsk, gencatan senjata, hingga status politik wilayah yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia.

Perjanjian Minsk adalah kesepakatan damai antara Ukraina, Rusia, dan kelompok separatis pro-Rusia di Donbas, yang dimediasi oleh OSCE (Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa). 

Tujuan perjanjian tersebut untuk menghentikan perang di Donbas setelah aneksasi Krimea oleh Rusia tahun 2014.

Perjanjian Minsk I dilakukan pada 2014, namun gagal karena pertempuran masih terus terjadi dan Perjanjian Minsk II dilakukan pada tahun 2015.

Isi Perjanjian Minsk II yaitu gencatan senjata segera, penarikan senjata barat dari garis depan, pemantauan oleh OSCE, mendorong pemilu lokal di Donetsk dan Luhansk dengan hukum Ukraina, Ukraina memberi otonomi khusus kepada separatis Donbas, dan Rusia menarik pasukan serta dukungan militernya.

Namun, Perjanjian Minsk II tidak berjalan mulus dan sering terjadi pelanggaran, akibatnya konflik terus berlanjut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sendiri pernah bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam forum Normandy Format pada tahun 2019. 

Pertemuan itu berlangsung di Paris pada 9 Desember 2019, sekaligus menjadi satu-satunya tatap muka resmi antara keduanya hingga kini, lapor The Guardian.

Tujuannya menghidupkan kembali proses damai antara Ukraina dan Rusia yang saat itu sudah mandek.

Dalam pertemuan tersebut, Zelensky dan Putin duduk satu meja bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron serta Kanselir Jerman Angela Merkel.

Sejumlah kesepakatan dicapai pada pertemuan itu, di antaranya mengenai pertukaran tahanan, gencatan senjata baru di Donbas, serta rencana kelanjutan perundingan status politik wilayah Donetsk dan Luhansk.

Namun, persoalan paling sensitif, yakni status Krimea yang dianeksasi Rusia sejak 2014, sama sekali tidak menemukan titik temu.

Zelensky tetap menegaskan Krimea adalah bagian sah Ukraina, sementara Putin menolak untuk membicarakan kemungkinan pengembalian wilayah tersebut.

Sejak pertemuan Paris itu, tidak pernah ada lagi tatap muka langsung antara Zelensky dan Putin. Ketika perang skala penuh pecah pada Februari 2022, komunikasi kedua pemimpin berlangsung melalui perantara internasional, dan upaya damai kembali menemui jalan buntu.

Normandy Format pun praktis tidak lagi berjalan efektif setelah invasi besar Rusia ke Ukraina.

Perang Rusia di Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 merupakan buntut panjang dari ketegangan antara Ukraina dan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada Desember 1991.

Dalam pidato di hari invasinya, Putin mengatakan ia menghilangkan kemampuan militer Ukraina yang dianggap mengancam Rusia, menyingkirkan unsur "neo-Nazi" yang dituduh ada dalam pemerintahan Ukraina, membela etnis Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk dari dugaan penindasan.

Selain itu, Rusia ingin mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi NATO atau menjadi basis Barat, dan menolak keberadaan militer NATO di perbatasan Rusia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan