Konflik Palestina Vs Israel
Meski Hamas Menanggapi Proposal Gencatan Senjata Israel, IDF Tetap Ancam Serang Gaza hingga 2026
Hamas telah menanggapi proposal gencatan senjata selama 60 hari ke Israel, tetapi IDF mengancam akan menyerang Gaza hingga 2026.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Hamas telah menanggapi proposal gencatan senjata selama 60 hari dan pembebasan separuh sandera yang masih di tawan di Gaza kepada Israel.
Kini, Israel tengah mempelajari tanggapan Hamas terhadap usulan gencatan senjata tersebut.
Upaya untuk menghentikan pertempuran mendapatkan momentum baru selama seminggu terakhir, setelah Israel mengumumkan rencana serangan baru untuk merebut kendali Kota Gaza di jantung daerah kantong Palestina.
Mengutip Reuters, Mesir dan Qatar telah mendorong proposal untuk memulai kembali pembicaraan tidak langsung antara kedua belah pihak mengenai rencana gencatan senjata yang didukung AS.
Proposal tersebut mencakup pembebasan 200 narapidana Palestina yang dipenjara di Israel dan sejumlah wanita dan anak di bawah umur yang tidak disebutkan jumlahnya.
Sebagai imbalan, Hamas harus menyerahkan 10 sandera hidup dan 18 sandera mati dari Gaza, menurut seorang pejabat Hamas.
Dua sumber keamanan Mesir mengonfirmasi rincian tersebut, dan menambahkan Hamas juga telah meminta pembebasan ratusan tahanan Gaza.
Israel mengatakan total 50 sandera masih berada di Gaza, 20 di antaranya masih hidup.
"Kebijakan Israel konsisten dan tidak berubah. Israel menuntut pembebasan seluruh 50 sandera sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan kabinet untuk mengakhiri perang."
"Kami berada di tahap akhir Hamas yang menentukan dan tidak akan meninggalkan satu pun sandera," ujar seorang sumber politik Israel.
Komentar tersebut, meski bersikeras, tidak sampai pada penolakan langsung terhadap usulan yang diajukan.
Baca juga: Netanyahu Galau, Masih Menimbang Usulan Gencatan Senjata 60 Hari Ketika Hamas Sudah Beri Lampu Hijau
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu diperkirakan akan segera mengadakan diskusi mengenai usulan gencatan senjata, kata kedua pejabat Israel tersebut.
Tanggapan diperkirakan akan diberikan dalam dua hari mendatang, kata seorang sumber Palestina yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Sebelum Hamas menanggapi usulan tersebut pada hari Senin, Netanyahu telah mengesampingkan kesepakatan apa pun yang mengecualikan pengembalian semua sandera.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, mengatakan kesepakatan gencatan senjata 60 hari akan mencakup "jalan menuju kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri perang".
Usulan tersebut mencakup penarikan sebagian pasukan Israel, yang saat ini menguasai 75 persen wilayah Gaza dan masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke daerah kantong tersebut, di mana populasi sebanyak 2,2 juta orang semakin menghadapi kelaparan.
IDF Ancam Tetap Serang Gaza hingga 2026
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) merilis detail operasi darat berskala besar yang direncanakan untuk merebut Kota Gaza.
Serangan yang dipimpin oleh Komando Selatan ini melibatkan hingga 130.000 pasukan cadangan dan lima divisi tetap.
Operasi bertahap ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2026.
IDF menekankan, keselamatan para sandera akan dijaga selama operasi berlangsung dan rotasi pasukan akan dilaksanakan.
Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, meminta agar mobilisasi dimulai pada bulan September.
Hal tersebut bertujuan agar para prajurit cadangan dapat menghabiskan musim panas bersama keluarga mereka dan hadir di awal tahun ajaran.
Mengutip Ynet, pemanggilan anggota cadangan akan berlangsung dalam tiga gelombang—September, November, dan Maret mendatang—sementara sekitar 40.000 anggota cadangan telah menerima perintah.
Pada puncaknya, operasi ini akan melibatkan 12 tim tempur seukuran brigade yang didukung oleh dua brigade regional Divisi Gaza.
Baca juga: Netanyahu Mengklaim Hamas Tertekan Hadapi Militer Israel
Militer menyatakan sekitar setengah dari pasukan cadangan yang dimobilisasi akan bertugas di komando, intelijen, angkatan udara, dan angkatan laut, alih-alih terlibat dalam pertempuran langsung.
Rumah sakit lapangan dan infrastruktur akan didirikan di Gaza tengah untuk mendukung evakuasi warga sipil, berkoordinasi dengan organisasi internasional.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz menyetujui rencana tersebut setelah pengarahan dengan Zamir.
Operasi tersebut bertujuan untuk merebut Kota Gaza, membebaskan sandera, membongkar persenjataan Hamas, mendeportasi anggota senior, mendemiliterisasi Gaza, dan mengamankan wilayah sipil sambil menjaga kebebasan operasional IDF.
Katz mengatakan Gaza akan "terlihat berbeda dan tidak akan menyerupai keadaan sebelumnya" setelah operasi selesai.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.