Konflik Korea
Korea Utara Uji Coba Rudal Anti-Udara Baru, Diklaim Bisa Lawan Rudal Jelajah
Korea Utara uji coba rudal anti-udara terbaru yang diklaim bisa melawan rudal jelajah dan pesawat nirawak. Kim Jong Un beri tugas rahasia ke ilmuwan.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengawasi uji coba penembakan dua jenis rudal anti-udara baru, menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Minggu (24/8/2025).
Uji coba tersebut menunjukkan peningkatan kemampuan militer Korea Utara saat militer Korea Selatan dan AS melakukan latihan gabungan.
KCNA mengatakan uji coba yang dilakukan pada hari Sabtu (23/8/2025) membuktikan rudal tersebut efektif dalam melawan ancaman udara seperti pesawat tak berawak dan rudal jelajah.
Setelah uji coba itu, Kim Jong Un menugaskan tugas "penting" kepada para ilmuwan pertahanan menjelang konferensi politik besar yang diperkirakan akan diadakan awal tahun depan, tanpa penjelasan lebih lanjut.
Laporan tersebut tidak merinci rudal yang diuji atau lokasi kejadian.
Selain itu, laporan tersebut tidak menyebutkan pernyataan Kim yang ditujukan kepada Washington atau Seoul.
Uji coba itu bertepatan dengan kunjungan Presiden Korea Selatan yang baru, Lee Jae Myung, ke Tokyo untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba.
Di sana, mereka berjanji untuk memperkuat kerja sama bilateral dan kemitraan trilateral mereka dengan Amerika Serikat (AS) guna mengatasi tantangan bersama, termasuk ambisi nuklir Korea Utara.
Lee Jae Myung dijadwalkan berangkat ke Washington pada hari Minggu (24/8/2025) untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump, lapor Al Arabiya.
Pemerintahan Kim telah berulang kali menolak seruan Korea Selatan dan AS untuk memulai kembali perundingan yang telah lama terhenti yang bertujuan untuk menghentikan program senjata nuklir dan misilnya.
Di sisi lain, Korea Selatan dan AS menganggap Korea Utara terus memprioritaskan Rusia sebagai bagian dari kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk memperluas hubungan dengan negara-negara yang menentang Amerika Serikat.
Baca juga: Dekat China, Korea Utara Bangun Pangkalan Rahasia Rudal yang Mampu Hantam Amerika
Korea Utara Makin Erat dengan Rusia
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, Kim Jong Un telah mengirimkan ribuan pasukan dan pengiriman senjata dalam jumlah besar, termasuk artileri dan rudal balistik, untuk membantu membiayai peperangan Presiden Vladimir Putin.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Rusia dapat menyediakan teknologi yang memperkuat militer bersenjata nuklir Kim Jong Un.
Sementara para ahli menunjuk sistem anti-udara dan radar Korea Utara yang sudah tua sebagai area kerja sama yang memungkinkan.
Pemerintah konservatif Korea Selatan sebelumnya mengatakan pada bulan November bahwa Rusia memasok rudal dan peralatan lainnya untuk membantu memperkuat pertahanan udara ibu kota Korea Utara, Pyongyang.
Namun, laporan tersebut tidak merinci sistem apa yang disediakan.
Pekan lalu, Kim Jong Un menggelar upacara di Pyongyang untuk menghormati tentara Korea Utara yang bertempur di Ukraina.
Ia menganugerahkan gelar "pahlawan" negara kepada mereka yang kembali dan menempatkan medali di samping 101 potret para korban, memuji mereka sebagai orang-orang hebat dan pahlawan.
Menurut penilaian Korea Selatan, Korea Utara telah mengirim sekitar 15.000 tentara ke Rusia sejak musim gugur lalu dan sekitar 600 dari mereka tewas dalam pertempuran.
Kim Jong Un juga setuju untuk mengirim ribuan pekerja konstruksi militer dan penjinak ranjau ke wilayah Kursk Rusia, sebuah pengerahan yang diyakini intelijen Korea Selatan dapat segera terjadi.
Sepanjang 2025, menurut laporan berbagai media internasional, Korea Utara telah menguji beberapa sistem persenjataan.
Menurut laporan media Barat seperti Reuters, AP News, The Guardian, BBC, uji coba tersebut termasuk:
Rudal balistik jarak menengah (IRBM) yang diluncurkan ke arah Laut Jepang pada awal tahun, diklaim mampu membawa hulu ledak nuklir miniatur.
Rudal jelajah jarak jauh yang diluncurkan beberapa kali pada musim semi, dirancang untuk menghindari radar pertahanan udara.
Sistem rudal hipersonik dalam tahap pengembangan, yang diuji coba terbatas pada pertengahan tahun.
Rudal pertahanan udara generasi baru yang diumumkan Agustus 2025.
Pada masa pemerintahan Kim Il-sung (1984–1994), Korea Utara tercatat melakukan 17 kali uji coba rudal.
Sebagian besar peluncuran dilakukan dari situs Tonghae (Musudan-ri), dengan fokus pada pengembangan sistem SCUD versi lokal seperti Hwasong-5, Hwasong-6, dan Nodong-1.
Pada tahun 1994, mereka juga menguji coba rudal jelajah KN-01.
Setelah Kim Il-sung wafat, tongkat kekuasaan berpindah ke putranya, Kim Jong-il, yang memerintah dari 1994 hingga 2011.
Di awal masa kepemimpinannya, aktivitas uji coba rudal melambat secara signifikan.
Antara tahun 1994 hingga 2002, hanya satu kali uji coba dilakukan—yakni peluncuran prototipe rudal jarak jauh Taepodong-1 pada tahun 1998.
Namun, mulai tahun 2003 hingga 2009, terjadi lonjakan tajam dalam aktivitas militer tersebut.
Dalam periode ini, Korea Utara melakukan 43 kali uji coba berbagai jenis rudal balistik dan rudal jelajah, termasuk pengembangan Taepodong-2 yang menjadi cikal bakal roket peluncur satelit Unha-3
Ketika Kim Jong Un naik takhta pada 2012, laju uji coba meningkat secara drastis.
Menurut data Arms Control Center, dari 2012 hingga 2024, Korea Utara telah melakukan lebih dari 220 kali uji coba rudal—jumlah yang mencerminkan strategi militer yang jauh lebih agresif.
Angka tersebut bahkan akan bertambah jika memasukkan peluncuran satelit yang menggunakan roket berbasis teknologi rudal balistik.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.