Konflik China dan AS
Ini Dia DF-26D Guam Killer, Rudal Balistik Terbaru China yang Bidik Guam dan Kapal Induk Amerika
DF-26D, rudal baru Tiongkok yang dijuluki "Guam Killer" berkemampuan serangan hipersonik, jangkauan 5.000 km untuk hadapi AS di Indo-Pasifik
Penulis:
Hasiolan Eko P Gultom
Ini Dia DF-26D Guam Killer, Rudal Balistik Terbaru China yang Bidik Guam dan Kapal Induk Amerika
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di kawasan Indo Pasifik antara dua kekuatan militer besar, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok (China) memanas.
Perebutan pengaruh di kawasan itu kini sudah menampakkan adu persenjataan militer.
Terbaru, untuk menandingi AS, Tiongkok telah meluncurkan varian baru dari keluarga rudal balistik Dong Feng-26 (DF-26D).
Baca juga: Pesawat Pengebom H-6K China Bawa Rudal Balistik Ancam Kapal dan Pangkalan Militer AS di Indo-Pasifik
Rudal ini ditakuti, sebuah sistem yang telah lama dikenal oleh para ahli strategi militer AS sebagai Guam Killer alias "Pembunuh Guam,".
Artinya, DF-26D bisa dimaknai sebagai sebuah rudal balistik yang menargetkan Guam, pangkalan militer utama Washington di Kawasan Pasifik.
Guam adalah sebuah pulau kecil di Samudera Pasifik yang merupakan teritorial AS meski bukan menjadi negara bagian negara tersebut.
Terletak sekitar 2.500 Km sebelah timur Filipina, Guam memiliki pemerintahan lokal yang berada di bawah yuridiksi AS.
"Rudal tersebut, yang diberi nama DF-26D, pertama kali terlihat saat latihan menjelang Parade Hari Kemenangan di Beijing pada tanggal 3 September 2025, untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II," tulis laporan situs militer dan pertahanan, DSA, dikutip Selasa (26/8/2025).
Kemunculan rudal tersebut di depan publik terjadi saat ketegangan di Laut Cina Selatan, Selat Taiwan, dan Pasifik Barat berada pada titik tertinggi dalam beberapa dekade.
Puncak ketegangan itu ditandai oleh peningkatan kehadiran militer Amerika Serikat dan sekutunya untuk melawan meningkatnya kekuatan Beijing.
Baca juga: China Kirim 2 Kapal Induk ke Pasifik Barat Tantang Kekuatan Laut AS, Jepang: Sudah di Perairan Kami
"Kehadiran rudal tersebut dalam latihan siang dan malam di pusat kota Beijing mengejutkan masyarakat strategis global, karena foto dan video sistem tersebut beredar luas di media sosial dan forum pertahanan internasional," kata laporan tersebut.

Penyeimbang Kekuatan
Pengamat militer meyakini kalau rudal DF-26D bukan sekadar peningkatan kecil, tetapi merupakan rudal yang berpotensi menyeimbangkan kekuatan dengan kemampuan mengancam kapal induk, armada angkatan laut, dan pangkalan militer Amerika hingga sejauh Guam.
Sementara Beijing tetap bungkam mengenai rincian teknisnya.
Rudal itu dinilai sebagai evolusi terbaru dari keluarga DF-26 yang menambahkan tingkat penghancuran lebih tinggi pada sistem yang menjadi tulang punggung strategi anti-akses/penolakan area (A2/AD) Tiongkok.
Deskripsi dan Spesifikasi
DF-26D merupakan bagian dari keluarga rudal balistik jarak menengah beroda yang dikembangkan oleh China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC).
DF-26 dasar, yang diperkenalkan pada tahun 2015, dirancang sebagai sistem serbaguna yang mampu meluncurkan serangan konvensional atau nuklir terhadap target darat dan laut.
Varian "D", menurut para ahli pertahanan, adalah senjata antikapal khusus, yang dikembangkan dari pengalaman varian DF-26B yang diuji pada tahun 2020 pada target maritim bergerak di Laut Cina Selatan.
Spesifikasi utama DF-26D adalah sebagai berikut:
Spesifikasi
- Jenis: Rudal balistik jarak menengah (IRBM) dengan peran serangan antikapal
- Jarak: Lebih dari 5.000 km (mampu membombardir Guam dan pangkalan di rantai pulau kedua)
- Kapasitan Muatan: 1.200–1.800 kg; konvensional atau nuklir, termasuk submunisi
- Tenaga penggerak: Roket dua tahap bahan bakar padat, waktu peluncuran cepat
- Pemandu: Navigasi inersia + Beidou/GPS; radar deteksi terminal dengan metode ECM
- Ketepatan: 100–450 m CEP; varian maritim dilengkapi dengan radar aktif untuk target bergerak
- Platform Peluncuran: Kendaraan TEL (Transporter-Erector-Launcher) beroda untuk mobilitas
- Kecepatan: Kecepatan hipersonik melebihi Mach 10 saat memasuki atmosfer kembali
Tidak seperti pendahulunya, DF-26D diyakini dilengkapi dengan sistem radar aktif, sensor multi-spektrum dan umpan elektronik canggih untuk mengatasi perisai pertahanan Barat seperti Aegis BMD dan THAAD.
Tiongkok sebelumnya telah menguji varian DF-26 terhadap model kapal perang Amerika di wilayah gurun, yang menunjukkan niatnya untuk menjadikan sistem tersebut sebagai senjata “pembunuh kapal induk”.
Kemampuan ini menantang pilar utama keunggulan kekuatan Amerika di Pasifik — kelompok penyerang kapal induk.

Dampak Strategis
Munculnya DF-26D bukan sekadar pencapaian teknologi tetapi juga guncangan geopolitik yang mengguncang seluruh Indo-Pasifik.
Pertama, radius serangan lebih dari 5.000 km menempatkan Guam, pusat operasi terdepan Amerika yang menampung pesawat pengebom, kapal selam, dan sistem pertahanan rudal, dalam jarak serang satu salvo.
Kemampuannya meluncurkan hulu ledak nuklir atau konvensional menjadikan DF-26D senjata serbaguna yang berbahaya yang mengaburkan batas antara pencegahan konvensional dan eskalasi nuklir.
Kedua, DF-26D mengancam kelompok kapal induk Amerika dan sekutunya, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah operasi maritim di dekat Taiwan atau Laut Cina Selatan masih dapat bertahan dari serangan rudal berskala besar.
Perannya dalam doktrin A2/AD Beijing adalah untuk menunda, mengganggu atau menolak intervensi Amerika dalam krisis Taiwan dengan memblokir bala bantuan berbasis laut dari jarak jauh.
Ketiga, sistem ini memperkuat posisi Tiongkok melawan Jepang, Filipina, dan Taiwan, yang semuanya memiliki kerja sama erat dengan pasukan Amerika.
Dengan memperluas cakupan serangan ke gugus pulau kedua, Tiongkok mempersulit lawan untuk merencanakan perang dan menunjukkan kemampuannya untuk mengenakan biaya tinggi di luar gugus pulau pertama.
Keempat, pengerahan DF-26D menambah momentum perlombaan senjata di Pasifik.
Amerika sekarang sedang mempercepat penyebaran senjata hipersonik baru, penguatan pencegat Aegis, dan penerapan Prakarsa Pencegahan Pasifik (PDI) untuk mengekang peningkatan persenjataan China.
Jepang secara aktif memperluas program rudal jarak jauh Tipe 12 dan mengerahkan lebih banyak aset Amerika, sementara Australia di bawah AUKUS diharapkan memperkuat kemampuan pertahanan dan serangan rudalnya.
Terakhir, DF-26D juga menyoroti kekhawatiran tentang proliferasi global.
Sejarah bantuan nuklir dan rudal China kepada Pakistan menimbulkan kekhawatiran bahwa teknologi canggih keluarga DF-26 dapat "bermigrasi" ke kawasan lain, sehingga menambah ketidakstabilan keamanan internasional.

China Kirim Pesan
Kemunculan DF-26D dalam gladi bersih parade Beijing bukan sekadar pertunjukan simbolis, tetapi pesan strategis yang direncanakan secara cermat agar bergema di setiap ruang kendali Indo-Pasifik.
Ini adalah pesan kuat dari Tiongkok kepada dunia bahwa persenjataan misilnya kini berkembang lebih cepat, lebih jauh, dan lebih mematikan daripada sebelumnya.
Munculnya DF-26D menggarisbawahi tekad Beijing untuk menembus pertahanan rudal Amerika, membuktikan bahwa tidak ada pangkalan atau armada terdepan di Pasifik Barat yang benar-benar aman.
Bagi Amerika dan sekutunya, sistem ini menimbulkan ancaman nyata terhadap aset-aset terdepan termasuk Guam, Okinawa, serta bala bantuan angkatan laut yang menuju Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan.
Hal ini memaksa Washington dan sekutunya untuk menilai kembali tidak hanya doktrin operasional, tetapi juga kelangsungan platform proyeksi kekuatan tradisional seperti kapal induk di bawah bayang-bayang serangan rudal China.
(oln/dsa/*)
Konflik China dan AS
China Kirim 2 Kapal Induk ke Pasifik Barat Tantang Kekuatan Laut AS, Jepang: Sudah di Perairan Kami |
---|
China Ambil Peran Kunci di WHO, Siap Gantikan AS sebagai Donatur Terbesar |
---|
'Jiu Tian' Drone Tempur Baru China Siap Unjuk Gigi di Misi Pertama, Bakal Tandingi Drone Andalan AS |
---|
Jenderal AS Ungkap Rencana Militer China untuk Mengalahkan AS dalam Perang Taiwan |
---|
Citra Satelit Tunjukkan China Bangun Pulau-Pulau Buatan di Laut China Selatan, AS Terseret Konflik |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.