Konflik Palestina Vs Israel
Minta Netanyahu Stop Serangan ke Palestina, Trump: Hamas Sudah Mau Damai
Selain menekankan penghentian serangan, Trump juga mengunggah ucapan terima kasih kepada semua pihak terkait dalam rencana perdamaian Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Jumat waktu setempat (3/10/2025) memerintahkan Israel untuk segera menghentikan pengeboman Gaza setelah Hamas setuju membebaskan para sandera dan menerima sejumlah ketentuan lain dalam rencana AS guna mengakhiri perang.
Hal ini ditekankan AS kepada Israel meskipun isu-isu rumit seperti pelucutan senjata tampak belum terselesaikan.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Israel sedang mempersiapkan "pelaksanaan segera" tahap pertama rencana Gaza Trump untuk membebaskan sandera-sandera Israel setelah respons Hamas.
Tak lama setelahnya, media Israel melaporkan bahwa elit politik negara tersebut telah memerintahkan militer untuk mengurangi aktivitas ofensif di Gaza.
Seperti diketahui sebelumnya, Hamas selaku kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza, telah merespons rencana 20 poin perdamaian yang diajukan Trump.
Adapun Presiden AS tersebut sebelumnya telah memberikan Hamas tenggat waktu hingga Minggu untuk menerima atau menghadapi konsekuensi serius.
Trump, yang memposisikan diri sebagai satu-satunya orang yang mampu mewujudkan perdamaian di Gaza, telah menginvestasikan modal politik yang signifikan dalam upaya mengakhiri perang yang telah berlangsung dua tahun dan menewaskan puluhan ribu jiwa, serta membuat sekutu AS, Israel, semakin terisolasi di panggung dunia.
Trump menyatakan bahwa ia percaya Hamas telah menunjukkan kesiapannya untuk "mewujudkan PERDAMAIAN abadi" dan ia menekankan tanggung jawab pada pemerintah Netanyahu.
"Israel harus segera menghentikan pengeboman Gaza agar kita dapat membebaskan para sandera dengan aman dan cepat!" tulis Trump di platform Truth Social-nya.
"Kami sedang dalam pembahasan mengenai detail yang perlu diselesaikan. Ini bukan hanya tentang Gaza, melainkan tentang PERDAMAIAN yang telah lama ditunggu di Timur Tengah."
Hamas, dalam salinan respons yang dilihat Reuters, tidak menyatakan apakah akan menyetujui pelucutan senjata dan demiliterisasi Gaza.
Baca juga: Gencatan Senjata di Depan Mata, Hamas Respons Positif Isi Proposal, Israel Diminta Hentikan Serangan
Hal ini menjadi sorotan mengingat kehendak tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan Israel dan AS tetapi sebelumnya telah ditolak Hamas.
Hamas juga tidak menyetujui penarikan pasukan Israel secara bertahap, berlawanan dengan penarikan segera dan penuh yang dituntut Hamas.
Seorang pejabat senior Hamas menyatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok tersebut tidak akan melucuti senjata sebelum pendudukan Israel di enklave tersebut berakhir, pernyataan yang menegaskan adanya kesenjangan antarpihak.
Sementara itu, Kantor Netanyahu menyatakan bahwa Israel "akan terus bekerja sama penuh dengan Presiden dan timnya untuk mengakhiri perang sesuai prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Israel, yang sejalan dengan visi Presiden Trump."
Israel memulai serangan ofensifnya di Gaza secara besar-besaran setelah aksi Hamas pada 7 Oktober 2023 yang melakukan penyerangan di salah satu festival musik di Israel, yang menurut catatan Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan 251 orang dibawa sebagai sandera ke Gaza.
Israel menyatakan bahwa 48 sandera masih tersisa, 20 di antaranya masih hidup.
Kampanye militer Israel sendiri diperkirakan telah menewaskan lebih dari 66.000 orang di Gaza.
Sebagian besar di antaranya merupakan warga sipil, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Serangan Israel tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza sementara pembatasan bantuan memicu kelaparan dengan kondisi yang kritis di seluruh enklave.
Komisi Penyelidik PBB dan sejumlah pakar hak asasi manusia menyimpulkan bahwa Israel telah melakukan genosida di Gaza.
Baca juga: 5 Populer Internasional: Putin Balas Ejekan Macan Kertas - Israel Cegat Kapal Global Sumud Flotilla
Ucapan Terima Kasih Trump

Selain menekankan penghentian serangan kepada Palestina, Trump juga mengunggah video ucapan terima kasih di Truth Social kepada semua pihak yang terkait dalam capaian rencana perdamaian Palestina dan Israel yang diperkirakan segera berlangsung.
Di videonya tersebut, Trump berterimakasih kepada sejumlah negara yang bersedia menjadi mediator antara Palestina dan Israel seperti Qatar, Arab Saudi, dan Turki.
Berikut ini adalah transkrip ucapan terima kasih Trump selengkapnya dari Truth Social yang diunggah pada Sabtu pagi (4/10/2025) Waktu Indonesia Barat:
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang telah membantu saya menyusun hal ini.
Qatar, Turki, Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan banyak lainnya yang ikut berjuang dengan sangat keras untuk meraih hasil ini.
Ini adalah hari yang penting. Kita akan melihat bagaimana semuanya berakhir.
Kami harus menetapkan kata-kata akhir secara konkret.
Paling penting, saya berharap sandera dapat kembali ke orang tua mereka.
Jadi, saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa ini adalah hari yang sangat istimewa, mungkin belum pernah terjadi sebelumnya dalam banyak hal.
Ini benar-benar belum pernah terjadi.
Tetapi terima kasih kepada semuanya dan terima kasihkepada semua negara hebat yang telah membantu.
Kami mendapatkan bantuan yang sangat besar. Semua pihak bersatu dalam keinginan mengakhiri perang ini dan mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.
Dan kami sangat dekat untuk mencapainya.
Terima kasih kepada semuanya, serta saya harap setiap orang akan diperlakukan secara adil.
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.