Konflik China dan AS
Dewan Atlantik: AS Tertinggal dari Rusia-China Soal Rudal Hipersonik, THAAD-Patriot Tak Lagi Ampuh
Dewan Atlantik mengeluarkan peringatan kalau Amerika kini tertinggal soal sistem persenjataan Hipersonik dari Rusia dan China.
Sistem pertahanan ini dirancang untuk mempertahankan diri dari ancaman rudal canggih—termasuk sistem hipersonik—dari musuh seperti Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara.
Apa yang Perlu Diketahui
Laporan yang baru dirilis Dewan Atlantik menyoroti kesenjangan kemampuan yang "signifikan dan terus berkembang" pada senjata hipersonik AS jika dibandingkan dengan kemajuan Cina dan Rusia.
Senjata hipersonik melaju dengan kecepatan lebih dari Mach 5, dapat bermanuver di udara, dan sulit dideteksi dan dihentikan dengan sistem pertahanan rudal saat ini.
Studi tersebut, yang diinformasikan oleh mantan pemimpin senior dari Pentagon, Angkatan Darat AS, Angkatan Udara, dan badan keamanan nuklir, menyatakan bahwa perbaikan bertahap saja tidak akan cukup untuk melawan asimetri yang berkembang di medan perang.
Temuan utama dan rekomendasi gugus tugas Dewan Atlantik itu antara lain:
- Senjata hipersonik mewakili "pergeseran paradigma dalam peperangan modern" dan harus segera ditangani.
- Sistem pertahanan rudal saat ini, seperti Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) dan Patriot, mungkin kewalahan oleh serangan hipersonik yang terkoordinasi dan mahal untuk dirawat.
- AS harus mengembangkan sistem rudal berbiaya rendah dan berkapasitas lebih tinggi serta pesawat hipersonik yang dapat digunakan kembali untuk pengumpulan intelijen dan operasi lainnya.
- Kolaborasi dengan sekutu (melalui program seperti AUKUS Pilar 2) dalam pengembangan dan produksi teknologi bersama harus ditingkatkan.
- Amerika harus mengeksplorasi sistem pengiriman hipersonik untuk senjata nuklir, karena pesawat konvensional seperti F-35A mungkin tidak akan mampu bertahan dari ancaman yang muncul pada tahun 2030-an.
- Saat ini, sistem hipersonik Rusia yang sedang dievaluasi meliputi rudal Kinzhal, Tsirkon, dan Avangard. Tiongkok juga mengoperasikan DF-17 dan DF-26, di antara sistem lainnya.
Perlu dicatat, AS sedang mengembangkan perangkatnya sendiri, seperti Senjata Hipersonik Jarak Jauh (LRHW), Senjata Serangan Cepat Konvensional, Senjata Respons Cepat yang Diluncurkan dari Udara (ARRW), dan Rudal Jelajah Serang Hipersonik (HACM).
Hanya, banyak dari sistem persenjataan dan pertahanan AS ini masih dalam tahap uji coba atau penyebaran terbatas, menurut laporan Congressional Research Service tentang senjata hipersonik yang dirilis pada bulan Agustus.
Kutipan Pernyataan
Direktur gugus tugas Dewan Atlantik Stephen Rodriguez, kepada Axios, mengatakan :
"Kita perlu bertindak tegas sekarang. Itu berarti mengerahkan secara agresif sistem hipersonik AS generasi pertama sambil memikirkan kembali secara fundamental bagaimana kita membangun basis industri yang dapat menyediakan kapasitas terjangkau untuk generasi berikutnya."
Deborah Lee James, mantan sekretaris Angkatan Udara dan wakil ketua gugus tugas, mengatakan kepada National Defense Magazine:
“Sudah waktunya untuk bertindak. Dan itulah inti dari laporan ini. Laporan ini dirancang untuk mengajukan beberapa rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti agar kita membalikkan arah dan mulai membahas topik yang sangat penting ini, yaitu menyiapkan kemampuan untuk hipersonik.”
Apa yang Terjadi Selanjutnya
Pentagon dan Kongres sedang mempertimbangkan cara merespons ancaman hipersonik.
Rekomendasi yang diajukan antara lain mempercepat pengembangan senjata baru, menunjuk kepala komando senjata terpusat, meningkatkan koordinasi antarlembaga, dan memodernisasi sistem deteksi maupun pertahanan.
"Investasi AS di masa mendatang dalam inisiatif pertahanan rudal, seperti "Golden Dome for America", dan kerja sama internasional yang berkelanjutan dengan sekutu-sekutu utama, kemungkinan akan memainkan peran penting seiring AS mengarungi kemajuan pesat para pesaing strategisnya," tulis ulasan NW.
Sidang dengar pendapat Kongres dan laporan lebih lanjut diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang seiring para pembuat kebijakan membahas anggaran dan pengawasan untuk senjata dan pertahanan hipersonik.
(oln/nw/*)
Konflik China dan AS
Eskalasi di Laut China Selatan Kian Militeristik, ASEAN Dituntut Lebih dari Sekadar Penonton |
---|
Ini Dia DF-26D Guam Killer, Rudal Balistik Terbaru China yang Bidik Guam dan Kapal Induk Amerika |
---|
Siaga Perang di Laut China Selatan, AS Mau Kerahkan Lebih Banyak Rudal ke Filipina Buat Adang China |
---|
NATO Nyalakan Alarm, Kekuatan Militer Besar China Akan Seret Rusia Saat Serangan ke Taiwan |
---|
Dua Mahasiswa China Ditangkap di Korea Selatan Karena Rekam Kapal Induk AS di Busan |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.