Pertama Kali Indeks Nikkei Jepang Mencapai 50.000
Di pasar saham New York pada 24 Oktober 2025, indeks Dow Jones Industrial Average catat rekor baru menembus 47.000 dolar AS pada harga penutupan
Laporan Koresponden Tribunnews dari Jepang Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO — Untuk pertama kalinya dalam sejarah, indeks Nikkei Jepang menembus angka 50.000 pada perdagangan pagi ini, Senin (27/10/2025).
Pada pukul 09.25 waktu setempat, layar monitor di kawasan Chuo-ku, Tokyo, menampilkan Nikkei Stock Average (225 jenis saham) yang naik tajam, sempat melampaui 1.000 yen dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.
“Ini pertama kalinya rata-rata Nikkei melewati angka 50.000 yen,” ujar analis pasar Naoko Furuyashiki, Senin (27/10/2025).
Faktor Pendorong Kenaikan
Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain: Optimisme terhadap kebijakan ekonomi pemerintahan Perdana Menteri Sanae Takaichi, yang dinilai pro-pasar, kenaikan harga saham di Amerika Serikat dan meredanya kekhawatiran mengenai gesekan perdagangan AS–China dan rencana investasi besar Jepang ke Amerika Serikat, yang kemungkinan akan disepakati saat kunjungan Presiden Donald Trump ke Tokyo hari ini.
“Janji investasi besar Jepang di AS menjadi sentimen positif bagi pasar,” ungkap seorang analis ekonomi kepada Tribunnews.com.
Baca juga: Bursa Asia Beri Sinyal Mixed: Nikkei 225 Anjlok Tajam Indeks,Hang Seng Rebound 2,3 Persen
Dampak Pasar Global
Di pasar saham New York pada 24 Oktober 2025, indeks Dow Jones Industrial Average juga mencatat rekor baru dengan menembus 47.000 dolar AS pada harga penutupan.
Kenaikan global ini turut didorong oleh permintaan kuat terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) dan semikonduktor canggih, sementara kekhawatiran inflasi mereda setelah indeks harga konsumen AS bulan September berada di bawah ekspektasi pasar.
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan 28–29 Oktober juga mendorong optimisme investor.
Pemerintahan Perdana Menteri Sanae Takaichi dinilai akan melanjutkan kebijakan fiskal agresif dan pelonggaran moneter untuk menjaga momentum ekonomi.
Dalam survei akhir pekan lalu, tingkat persetujuan publik terhadap Kabinet Takaichi tercatat tinggi, memperkuat kepercayaan pelaku pasar terhadap stabilitas kebijakan ekonomi Jepang.
Sementara itu, hasil pembicaraan tingkat menteri AS–China pada 26 Oktober menghasilkan kesepakatan untuk menunda pengenaan tarif 100 persen terhadap produk China, yang juga menjadi dorongan tambahan bagi pasar Asia.
Rekor ini memperbarui pencapaian tertinggi sebelumnya pada Februari 2024, ketika Nikkei menyentuh 40.000 yen — pertama kali sejak periode gelembung ekonomi 1989.
Setelah sempat turun ke level 31.000 yen pada April 2025 akibat kebijakan tarif dari pemerintahan Trump, indeks ini kini melonjak hampir 20.000 yen hanya dalam enam bulan.
Meski begitu, sejumlah analis mengingatkan adanya potensi “overheating” di pasar karena kenaikan yang terlalu cepat dalam waktu singkat.
Diskusi saham di Jepang juga dilakukan kelompok Pencinta Jepang. Gabung gratis kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email tkyjepang@gmail.com
| Trump Setujui Penjualan F16 ke Ukraina Senilai 310 Juta Dolar |
|
|---|
| Donald Trump dan Pakaian Biru di Pemakaman Paus Fransiskus |
|
|---|
| Kritik Pedas untuk Trump Selama Misa Pemakaman Paus |
|
|---|
| Ketika Kebijakan Tarif Trump Jadi 'Senjata': Saham Jatuh, Ekonomi Lambat, Resesi Membayangi |
|
|---|
| Elon Musk Ngambek, Blak-Blakan Kritik Tarif Impor yang Diterapkan Presiden Trump |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.