Senin, 29 September 2025

Virus Langya Diidentifikasi di China, Berbahaya atau Tidak? Ini Penjelasan Para Ilmuwan

Sebuah virus hewan baru yang dapat menginfeksi manusia telah diidentifikasi di China timur. Berbahayakah virus yang kemudian dinamakan virus Langya?

pixabay.com
Ilustrasi virus penyakit.Sebuah virus hewan baru yang dapat menginfeksi manusia telah diidentifikasi di China timur. Berbahayakah virus yang kemudian dinamakan virus Langya? 

Peserta dimasukkan ke dalam penelitian jika mereka mengalami demam.

Ilustrasi Batuk (Pixabay/renateko)
Ilustrasi Batuk (Pixabay/renateko) (Pixabay/renateko)

Tim pun mengurutkan genom LayV dari swab tenggorokan yang diambil pada pasien pertama yang diidentifikasi dengan penyakit tersebut, yakni seorang wanita berusia 53 tahun.

"Virus itu dinamai sama dengan sebuah kota tempat asalnya di Shandong, yakni Langya," kata rekan penulis sekaligus seorang Ahli Virologi di Duke–National University of Singapore Medical School di Singapura, Linfa Wang.

Selama masa penelitian, para peneliti menemukan 35 orang yang terinfeksi LayV, sebagian besar merupakan petani, dengan gejala mulai dari pneumonia berat hingga batuk.

Sebagian besar pasien mengatakan dalam kuesioner bahwa mereka telah terpapar binatang dalam waktu satu bulan setelah munculnya gejala.

Baca juga: Muncul Virus Langya di China, Pakar Epidemiologi Ingatkan Untuk Waspada

Genom LayV menunjukkan bahwa virus tersebut paling dekat hubungannya dengan Mojiang henipavirus, yang pertama kali diisolasi pada tikus di sebuah tambang yang ditinggalkan di provinsi Yunnan, China selatan pada 2012.

Henipavirus termasuk dalam keluarga virus Paramyxoviridae, yang meliputi campak dan gondok.

Banyak virus pernafasan yang menginfeksi manusia, beberapa henipavirus lain telah ditemukan pada kelelawar, tikus dan mencit dari Australia hingga Korea Selatan dan China, namun hanya Hendra, Nipah dan LayV yang diketahui menginfeksi manusia.

Para peneliti tidak menemukan bukti kuat terkait penyebaran LayV diantara orang-orang dan tidak ada kelompok kasus pada keluarga yang sama dalam rentang waktu yang singkat atau jarak geografis yang dekat.

"Dari 35 kasus, tidak ada satu pun yang terkait," kata Wang.

Asal hewan

Untuk menentukan asal hewan yang potensial memiliki virus itu, para peneliti melakukan pengujian pada kambing, anjing, babi dan sapi yang tinggal di desa-desa pasien yang terinfeksi untuk antibodi terhadap LayV.

Tidak hanya itu, mereka juga mengambil sampel jaringan serta urine dari 25 spesies hewan kecil liar untuk mencari keberadaan virus tersebut.

Para peneliti kemudian menemukan antibodi LayV pada beberapa kambing dan anjing, dan mengidentifikasi RNA virus LayV pada 27 persen dari 262 sampel tikus.

Ini menunjukkan bahwa tikus adalah reservoir untuk virus, menularkan LayV diantara hewan itu sendiri dan entah bagaimana mampun menginfeksi orang secara kebetulan," jelas Gurley.

Kendati demikian, tidak jelas bagaimana orang bisa terinfeksi di tempat pertama, 'apakah langsung dari tikus atau hewan perantara'.

"Banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana virus menyebar pada tikus dan bagaimana bisa orang terinfeksi," papar Gurley.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan