Kamis, 11 September 2025

Satu dari Tiga Anak Alami Anemia, Jika Dibiarkan Bisa Ganggu Perkembangan Otak Anak

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 ungkap satu dari tiga anak Indonesia berisiko mengalami anemia.

Istimewa
Ilustrasi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 ungkap satu dari tiga anak Indonesia berisiko mengalami anemia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 ungkap satu dari tiga anak Indonesia berisiko mengalami anemia.

Anemia adalah kondisi ketika darah tidak memiliki sel darah merah sehat yang cukup.

Baca juga: Menko PMK Ajak Kaum Perempuan Cegah Stunting dan Anemia Demi Generasi Unggul dan Berkualitas

Padahal, anak yang mengalami anemia dan tidak segera mendapatkan penanganan bisa memengaruhi perkembangan otak anak.

Hal ini diungkapkan oleh Presiden Indonesian Nutrition Association (INA) Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K).

"Ada dampaknya pada perkembangan otak anak saat anemia," ungkapnya pada Media Gathering Bersama Cegah, Optimalkan Kognitif Generasi Maju, diselenggarakan Danone Indonesia dan PT Sarihusada Generasi Mahardhika, Kamis (31/8/2023).

Menurut dr Luci, dampak dari anemia akan berjalan terus.

Terutama pada anak usia 2-5 tahun, di mana perkembangan otak masih terjadi.

Pada usia tersebut, kata dr Luci sebesar 90 persen perkembangan otak masih terbentuk.

Saat anak sudah berusia lima tahun, perkembangan otak memang telah terbentuk.

Namun menurut dr Luci, situasi ini belum sepenuhnya aman.

"Jika anak tetap anemia (akibatnya) letih, lunglai, pelupa dan lain-lain, bisa terganggu pelajarannya (di sekolah)," tutup dr Luci.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan