Tidak Semua Ruam Kulit pada Anak Disebabkan Alergi Makanan
Gejala di kulit seperti eksim, ruam, atau bentol sering kali langsung dikaitkan dengan alergi makanan, padahal faktanya tidak selalu demikian.
Penulis:
Bayu Indra Permana
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Alergi makanan pada anak masih menjadi salah satu topik kesehatan yang kerap membingungkan orang tua.
Gejala di kulit seperti eksim, ruam, atau bentol sering kali langsung dikaitkan dengan alergi makanan, padahal faktanya tidak selalu demikian.
Bidang Ilmiah Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Endah Citraresmi, SpA Subsp.E.T.I.A (K), menegaskan bahwa banyak mitos seputar alergi makanan yang perlu diluruskan.
Mitos atau Fakta: Ruam Kulit Selalu Karena Alergi Makanan?
Menurut dr. Endah, tidak semua masalah kulit disebabkan alergi makanan.
Salah satu kondisi yang sering disalahartikan adalah dermatitis atopi atau eksim.
Baca juga: Gumoh, Kolik, hingga Diare pada Bayi Sering Dikira Alergi Makanan, Ini Faktanya
“Problem utama dari dermatitis atopi adalah barier kulit yang tidak terbentuk baik. Tidak ada zat protein lemak yang mengikat sel-sel ini sehingga menjadi susunan (seperti) batu bata," ungkapnya pada seminar virtual yang diselenggarakan IDAI, Rabu (17/9/2025).
"Pada anak dermatitis atopi sel-sel kulitnya terserai berai sehingga air di dalam kulit mudah menguap. Itulah mengapa kulitnya menjadi kering,” lanjutnya.
Akibat kulit kering tersebut, banyak faktor dari luar seperti bahan kimia, tungau debu rumah, atau keringat yang lebih mudah masuk.
Hal ini memicu reaksi inflamasi yang menimbulkan gatal.
Dengan kata lain, penyebab utama dermatitis atopi lebih banyak berasal dari lingkungan, bukan dari makanan.
Oleh karena itu, solusi utama bukanlah memantang makanan, melainkan menjaga kelembaban kulit dengan pelembab dan menghindari faktor pemicu lingkungan.
Bahaya Salah Kaprah: Memantang Makanan Tanpa Diagnosis
Banyak orang tua yang langsung melarang anaknya mengonsumsi telur, susu, atau kacang begitu melihat gejala kulit. Padahal, langkah ini bisa berbahaya.
“Sebetulnya ada cara untuk mencegah anak menjadi alergi, yaitu pada saat dia mulai makan, anak ini harus mendapatkan makanan ini lewat jalur usus,” terangnya.
Pemberian makanan sejak usia 4–6 bulan justru penting untuk membangun oral tolerance atau toleransi melalui saluran cerna.
Jika anak dipantang makanan tanpa diagnosis yang jelas, risiko alergi justru bisa meningkat di kemudian hari.
Biduran, Selalu Karena Alergi Makanan?
Kasus lain yang sering disalahartikan adalah urtikaria atau biduran.
Banyak orang mengira setiap bentol pada kulit anak disebabkan alergi makanan, padahal penyebabnya bisa beragam.
“Urtikaria itu penyebabnya banyak, bisa alergi obat, pada anak sering sekali gara-gara infeksi, jadi kalau Bapak Ibu perhatikan, ada anak kalau demam, batuk-pilek, bentol," jelasnya.
Makanan memang bisa menjadi pemicu, tetapi kasusnya jarang.
Kecurigaan kuat baru muncul jika bentol timbul kurang dari satu jam setelah anak mengonsumsi makanan tertentu, dan menghilang setelah makanan itu dihentikan.
Sebaliknya, jika biduran berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu, kemungkinan besar bukan karena alergi makanan.
Untuk memastikan apakah anak benar-benar mengalami alergi makanan, dokter biasanya melakukan uji penunjang seperti skin prick test atau pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi IgE spesifik.
Namun, jika alergi dicurigai dimediasi oleh sel T, tes tersebut tidak berguna.
Dalam kasus ini, diperlukan provokasi makanan terstruktur di bawah pengawasan dokter, bahkan sering kali harus dilakukan di rumah sakit.
Tes ini membantu mengonfirmasi diagnosis sehingga anak tidak salah ditangani.
Dengan begitu, terapi bisa lebih tepat sasaran, baik berupa pengendalian gejala akut maupun penanganan jangka panjang.
Alergi makanan memang bisa berdampak besar pada kualitas hidup anak dan keluarga.
Namun, langkah tergesa-gesa seperti melarang makanan tanpa diagnosis hanya akan merugikan.
Dr. Endah menekankan, kunci utamanya ada pada pemahaman dan keseimbangan.
Memperbaiki kulit anak dengan pelembab, menghindari faktor lingkungan, serta tetap memberikan makanan sesuai usia untuk mencegah alergi jangka panjang.
Dengan pemahaman yang tepat, orang tua bisa mendampingi tumbuh kembang anak secara sehat tanpa terjebak mitos seputar alergi makanan.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)
Ruam Kulit Kemerahan Bisa Jadi Pertanda Seseorang Terinfeksi HIV, Segera Cek ke Dokter! |
![]() |
---|
Apakah Penyakit Autoimun Bisa Dicegah? Begini Penjelasan Dokter |
![]() |
---|
Makanan yang Perlu Dikonsumsi Pasien Autoimun |
![]() |
---|
Penyebab Seseorang Bisa Mengalami Autoimun, Mulai dari Genetik Hingga Infeksi Berulang |
![]() |
---|
Tiga Penyakit Autoimun yang Sering Menyerang Anak-anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.