Kamis, 2 Oktober 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Ribuan Anak Keracunan MBG, Dekan FKUI Soroti Cara Olah & Simpan Makanan yang Picu Kontaminasi Kuman 

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyoroti kasus keracunan MBG bisa terjadi karena lemahnya kontrol di tahap penyimpanan.

tribunnews.com/Aisyah
DUGAAN PEMICU KERACUNAN MBG - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Senin (29/9/2025). Ia membeberkan di mana saja risiko kontaminasi makanan bergizi gratis (MBG) bisa terjadi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus keracunan massal akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi perhatian publik.

Ribuan anak di berbagai wilayah dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, hingga diare setelah mengonsumsi makanan dari program tersebut.

Baca juga: VIRAL Video Murid di Cirebon Tutup Hidung, Muka Pucat Lalu Mual saat Cium Semangka MBG

Peristiwa ini menimbulkan keprihatinan luas karena makanan yang seharusnya menyehatkan justru berpotensi membahayakan. 

Terkait kejadian ini, ada persoalan mendasar yang disoroti. Yaitu cara pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai standar keamanan pangan.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, menegaskan bahwa kasus keracunan MBG bisa terjadi karena lemahnya kontrol di tahap penyimpanan maupun distribusi. 

Ia mencontohkan bagaimana bahan makanan, terutama ikan atau produk hewani, sangat rentan terkontaminasi bila tidak ditangani dengan benar.

“Misalnya, ikannya. Jangan sampai misalnya dia kan dalam kulkas, iya kan nah dia tau-tau dicolok di luar beberapa saat. Nah ketika di luar, bisa terkontaminasi. Pas dimakan menimbulkan apa namanya keracunan massal itu,” jelas Prof. Ari saat ditemui di bilangan Jakarta, Senin (29/9/2025). 


Kontaminasi yang Tak Terlihat

Kontaminasi makanan sering kali tidak kasat mata. 

Bahan pangan yang terlihat segar bisa saja sudah dipenuhi bakteri berbahaya bila penyimpanan tidak tepat. 

Menu MBG di SMP 3 Jayapura yang viral: nasi goreng, dua irisan mentimun, dua potong tahu kecil, dan jeli mini.
Menu MBG di SMP 3 Jayapura yang viral: nasi goreng, dua irisan mentimun, dua potong tahu kecil, dan jeli mini. (Tribun-Papua.com/Tangkapan layar postingan media sosial)

Misalnya, makanan matang yang tidak dipertahankan pada suhu di atas 65 derajat Celsius akan menjadi media pertumbuhan kuman.

Menurut Prof. Ari, risiko semakin tinggi jika terjadi kontaminasi silang. 

Buah, sayur, atau susu yang disimpan berdekatan dengan makanan matang tanpa pemisahan memadai bisa menjadi jalur penyebaran kuman.

“Bisa dari sumber air, sebenarnya ada di situ juga bisa. Atau kan saya bilang juga, yang di cross. Kadang-kadang kan makanan itu ada makanan yang matang dengan makanan yang matang misalnya ya kan dari, oke lah ada buah lah segala macam, dibarengin di situ. Dan susu juga biasanya juga cepet gitu,” ungkapnya.


Tantangan Distribusi Makanan Massal

Distribusi makanan dalam jumlah besar, seperti pada program MBG, memiliki tantangan tersendiri. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved