BRIN Dorong Penyusunan Regulasi Rokok Elektronik Berbasis Kajian Ilmiah dan Analisis Risiko
BRIN mendorong penyusunan regulasi yang lebih kontekstual dan berbasis kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif
Ringkasan Berita:
- BRIN mendorong penyusunan regulasi produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dan tembakau yang dipanaskan dengan pendekatan berbasis sains dan analisis risiko.
- Tujuannya untuk memastikan perlindungan masyarakat sekaligus mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi.
- Peneliti BRIN menilai ekosistem produk tembakau inovatif belum terpetakan secara komprehensif dari sisi ilmiah.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong penyusunan regulasi yang lebih kontekstual dan berbasis kajian ilmiah terhadap produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan.
Menurut Peneliti BRIN, Prof. Bambang Prasetya, pendekatan berbasis sains dan analisis risiko menjadi kunci untuk memastikan perlindungan masyarakat.
Dia menjelaskan bahwa rokok elektronik merupakan bentuk inovasi dari produk tembakau yang berkembang mengikuti tren global untuk mengurangi paparan bahan berisiko yang dihasilkan dari proses pembakaran.
“Kalau kita lihat tren dunia, rokok elektronik ini termasuk inovasi karena tujuannya ingin menghindari bahan-bahan yang berpotensi menyebabkan risiko kesehatan,” ujar Bambang di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Berdasarkan studi berjudul ‘Evaluation of Laboratory Tests for E-Cigarettes in Indonesia Based on WHO's Nine Toxicants’ yang dirilis oleh BRIN, ditemukan bahwa rokok elektronik memiliki kadar risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional.
Penelitian ini pun menjadi temuan penting dalam memahami profil toksisitas produk tembakau inovatif di Indonesia.
Hasil kajian tersebut diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi pemerintah dalam menilai kembali pendekatan kebijakan terhadap produk tembakau alternatif, dengan mempertimbangkan tingkat risikonya secara objektif.
Lebih lanjut, Bambang menegaskan bahwa penelitian ini merupakan langkah awal dalam upaya memetakan ekosistem komoditas tembakau dan turunannya, termasuk produk inovatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan.
Selama ini, ekosistem tersebut dinilai masih belum terpetakan secara komprehensif, terutama dari sisi ilmiah yang dapat menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan publik.
“Selama ini kita belum memiliki landasan kajian yang cukup untuk menyusun naskah akademik atau kebijakan yang tepat. Karena itu kami hadir untuk mulai membangun fondasi pengetahuan tersebut,” jelasnya.
Bambang pun menilai, mekanisme pengaturan yang ideal harus mengedepankan asas keadilan dengan mempertimbangkan dua sisi, keamanan masyarakat dan keberlangsungan kehidupan sosial-ekonomi yang bergantung pada sektor tembakau.
Dia juga menegaskan bahwa regulasi yang baik seharusnya disusun berdasarkan bukti ilmiah dan prinsip good regulatory practice yang berbasis risiko.
“Negara hadir untuk menjamin keselamatan masyarakat, tapi juga harus adil terhadap mereka yang hidup dari industri ini. Karena itu, kebijakan perlu ditopang kajian ilmiah, disusun dalam naskah akademik, lalu dikomunikasikan ke publik sebelum ditetapkan sebagai regulasi,” kata dia.
Sementara itu, peneliti BRIN lainnya, Biatna Dulbert Tampubolon, menekankan bahwa setiap rekomendasi kebijakan sebaiknya didasarkan pada data yang akurat.
Termasuk sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia, sehingga diperlukan riset lokal yang komprehensif.
“Makanya sebenarnya kita di sini hadir juga untuk men-support, contohnya kebutuhan pembuatan kebijakan. Karena pembuatan kebijakan itu perlu data, sehingga kita bisa hadir untuk memfasilitasi pembuat kebijakan, untuk memberikan data yang akurat. Sehingga regulator dalam mengambil keputusan itu berdasarkan pada data yang kami siapkan, bukan pada data di tempat lain,”pungkasnya.
| Hasil Studi Litbang Kompas: Kontribusi Industri Hasil Tembakau terhadap Ekonomi Indonesia |
|
|---|
| Misbakhun Sebut Penguatan KIHT Jadi Kunci Pembinaan dan Pemberantasan Rokok Ilegal |
|
|---|
| Mantan Direktur WHO Dorong Dialog Global Soal Inovasi dan Kebijakan Tembakau |
|
|---|
| Kinerja Ekspor IHT Naik 94 Persen, Wakil Ketua Umum Kadin Soroti Sumbangan Terhadap Devisa Negara |
|
|---|
| KKP Terima Aspirasi Kelompok Nelayan soal Benih Lobster, Bahas Regulasi yang Adil |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.