Jumat, 12 September 2025

Kuda Gepang yang Mulai Ditinggalkan

Tari kuda gepang di Kalsel mulai ditinggalkan karena tergerus zaman.

zoom-inlihat foto Kuda Gepang yang Mulai Ditinggalkan
hasanzainuddin.wordpress.com
Tari kuda gepang dari Kalsel
TRIBUNNEWS.COM - BANJARMASIN - Tidak bisa dipungkiri kalau Indonesia merupakan sebuah bangsa yang majemuk dan kaya akan keberagaman seni dan budaya. Setiap daerahnya mempunyai ciri khas tersendiri dalam hal seni maupun budaya.
   
Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai tarian yang menjadi ciri khasnya masing-masing, baik dari segi gerakan, properti yang digunakan, busana, hingga musik penggiring yang digunakan. Termasuk di Kalsel, banyak terdapat tari yang menjadi ciri khasnya.

Salah satu tari tersebut, tari Kuda Gepang. Propertinya menyerupai kuda dan dibuat menjadi tipis seperti lembaran atau gepang.   
   
Tari ini berkembang di daerah Banjar Hulu dan juga merambah hingga daerah Banjar Kuala. Dan tari ini sering ditampilkan pada berbagai acara masyarakat sebelum tahun 1960- an.
   
Penari Kuda Gepang selalu berpasang-pasangan. Dan biasanya, tari ini ditampilkan dalam rangkaian acara perkawinan masyarakat Banjar, yaitu Bausung Panganten.

Pasangan pengantin akan duduk di pundak dua orang yang bertindak sebagai raja Kuda lumping. Di belakangnya diikuti rombongan Kuda Lumping.
   
Menariknya, setelah sampai ke tempat mempelai perempuan, rombongan Kuda Gepang ini juga bisa bertindak layaknya sebagai pagar ayu bagi pasangan pengantin yang sedang bersanding di pelaminan. Mereka berbaris untuk membuka jalan pengantin.
   
Dalam kepercayaan masyarakat Banjar, keturunan dari para penari Kuda Gepang atau penggepangan ini, juga harus menampilkan tari ini pada saat pernikahannya agar rumah tangganya lancar.

Menurut Budayawan Banjar, Drs Mukhlis Maman, Kuda Gepang saat ini sudah sangat jarang ditampilkan pada pesta perkawinan masyarakat Banjar.
   
Dia menambahkan, properti yang digunakan untuk penari Kuda Gepang ini lumayan mahal dan makin banyak penarinya, makin mahal pula biayanya.
   
"Tapi untuk daerah Kandangan dan Rantau, tari ini masih ditampilkan dalam acara pesta perkawinan masyarakatnya," ujar pria yang akrab disapa Julak ini.
   
Sementara menurut Budayawan Kalsel lainnya, Djantera Kawi, menyatakan nilai filosofi yang dapat diambil dari tari Kuda Gepang ini, adalah sikap untuk selalu bekerja keras.
   
Dia menambahkan, kuda merupakan lambang kekuatan. Selain itu kuda merupakan hewan yang sangat kuat dan memiliki watak bekerja keras, sehingga manusia semestinya memiliki watak tersebut.
   
"Dalam berumah tangga pengantin harus bekerja keras untuk memenuhi segala keperluan hidupnya," ujar Djantera.

Tidak Ada Unsur Magic

TARI Kuda Gepang ini sangat mirip dengan salah satu permainan yang ada di pulau Jawa, yakni  Kuda Lumping. Namun ada beberapa perbedaan antara tari Kuda Gepang dengan Kuda Lumping.
   
Salah seorang Budayawan Kalsel, Drs Mukhlis Maman mengatakan ada beberapa perbedaan mendasar antara permainan Kuda Lumping dengan tari Kuda Gepang.
   
Dia menjelaskan, perbedaan dapat dilihat dari segi cara menggunakan properti, busana yang digunakan, maupun musik penggiringnya.
   
Jika diperhatikan dengan seksama, properti yang dibuat menyerupai kuda, antara Kuda Lumping dengan Kuda Gepang akan berbeda.
   
Punggung Kuda Gepang tidak dalam lekukannya, sementara Kuda Lumping lebih dalam. Hal ini berkaitan dengan cara penggunaannya. Kuda Lumping dimainkan dengan cara ditunggangi.
   
Sementara Kuda Gepang hanya dijepit pada bagian ketiak oleh para penarinya. Kemudian untuk musik penggiringnya, Kuda Gepang selalu diiringi dengan musik gamelan Banjar dan busana yang digunakan adalah pakaian kida-kida.
   
Selain berbeda propertinya, buasana yang digunakan dan musik penggiringnya, ternyata ada hal yang mendasar, yang menjadi perbedaan antara Kuda Lumping dengan Kuda Gepang.
   
"Cara menampilkannya, jika Kuda Lumping selalu menampilkan unsur magic, maka Kuda Gepang tidak demikian," ujar Mukhlis.
   
Selain itu, lanjutnya, penari Kuda Gepang selalu berperan sebagai seorang penari. Makanya dia tidak seperti pemain Kuda Lumping, yang suka memakan beling dan lain sebagainya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan