Tahun Baru Imlek 2563
Mengenalkan Budaya Tionghoa Melalui Wayang Potehi
Barongsai ternyata bukan satu-satunya hiburan yang bisa disaksikan pada saat Imlek. Ada juga wayang Cina yang bernama Potehi.

TRIBUNNEWS.COM - SETIAP tahun baru Imlek, Barongsai sudah pasti jadi atraksi yang selalu ada. Namun tarian tradisional Cina ini ternyata bukan satu-satunya hiburan yang bisa disaksikan pada saat Imlek. Ada juga wayang Cina yang bernama Potehi.
Dan pergelaran wayang Cina ini bisa pula dilakukan di pusat perbelanjaan. Jumat (20/1/2012) sore, salah satu sudut di atrium sebuah mal di Bandung tampak lebih ramai dari biasanya. Para pengunjung terlihat menyaksikan aksi wayang berbentuk boneka dengan penuh perhatian.
Sebuah sajian yang terbilang baru di Bandung. Wayang ini hadir pada Sabtu (21/1/2012) dan Minggu (22/1/2012) pukul 16.00 dan 18.30 serta pada Senin (23/1/2012) pukul 13.00 dan 18.00.
Sang dalang yang biasa disebut Seho, Sukar Mujiono (50) menunjukkan sebuah penampilan khusus sebelum pertunjukan utamanya. Mujiono menampilkan sebuah lakon dengan tokoh utama bernama Sie Jin Kwie.
Ini merupakan lakon yang paling sering dibawakan dalam pertunjukan potehi. Lakon lain yang dibawakan biasanya merupakan sejarah kerajaan Cina. Sie Jin Kwie diceritakan sebagai seorang pendekar yang berjuang untuk kerajaan Tang hingga akhirnya diangkat menjadi jenderal.
"Lakon Sie Jin Kwie juga ada beberapa sesi. Yang pertama mengisahkan dirinya yang masih menjadi pendekar. Sedangkan sesi kedua mengisahkan dirinya yang sudah menjadi jenderal dan memiliki keturunan," ujar pria asal Surabaya ini saat ditemui sebelum pertunjukan, Jumat (20/1/2012) siang.
Menurutnya, wayang potehi biasanya digunakan untuk ritual di vihara sebagai persembahan kepada para dewa. Bukan sekadar seni pertunjukan, Wayang Potehi bagi etnik Tionghoa memang memiliki fungsi sosial serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.
Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan. Untuk wilayah Bandung, kesenian tradisional ini mungkin belum terlalu populer, tapi di Semarang dan Surabaya, kesenian ini sudah sangat populer.
Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia. Berkembang sangat pesat di Semarang dan Surabaya karena memang populasi orang Tionghoa di kedua daerah itu cukup banyak.
Potehi sendiri berasal dari kata pou (kain), te (kantong), dan hi (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun.
Pertunjukan wayang ini pun diiringi oleh beberapa alat musik, seperti gembreng/lo, kecer/simbal, cheh dan puah, suling/phin-a, gitar/gueh-khim, rebab/hian-a, tambur/kou, terompet/ai-a, dan piak-kou. Dibawakan dengan bahasa Indonesia agar bisa dinikmati oleh semua orang. Tapi tetap ada pakem-pakem yang tidak bisa dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia, jadi tetap menggunakan bahasa Hokkian.
Menurut sejarah, kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin (265-420 Masehi) dan berkembang pada Dinasti Song (960-1279). Wayang Potehi masuk ke Indonesia melalui orang-orang Tionghoa sekitar abad 16 sampai 19.