Tas Ketak Lombok Populer di Jepang
Tas-tas yang berbahan baku ketak khas Lombok, NTB adalah salah satunya. Tas ini sudah mulai dirilik pasar Jepang beberapa tahun terakhir.
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan berbagai hasil produk hasil kerajian tangan, mulai dari busana, aksesori hingga perabotan rumah tangga. Model, bahan, dan warna yang unik membuat produk-produk ini dilirik negara lain.
Tas-tas yang berbahan baku ketak khas Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satunya. Tas ini sudah mulai dirilik pasar Jepang beberapa tahun terakhir.
Adalah Linda Hamidy Grander, perancang busana asal NTB, yang mengenalkan tas ketak kepada pasar Negeri Matahari Terbit itu. Ditemui sebelum menampilkan busana-busana rancangannya dalam Lombok - Sumbawa Ethnic Fashion 2012, di Grand Ballromm, Hotel Mulia Senayan, Rabu (31/10/2012), perancang lulusan Fashion Institute of Design and Merchandising (FIDM), San Francisco, California, Amerika Serikat, ini menceritakan awal dirinya bisa sampai di Jepang.
Semuanya bermula ketika Linda beserta perajin asal lima provinsi lainnya diajak JETRO (Japanese External Trade Organization) untuk melakukan pameran di Tokyo, Jepang. JETRO adalah organisasi perdagangan Jepang yang memberi pelatihan kepada para perajin, termasuk Linda, di luar negaranya agar produk perajin tersebut bisa dipasarkan di Jepang sesuai dengan karakter dan permintaan pembeli di sana.
Singkat cerita, bersama JETRO dengan dukungan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Derkanasdra) NTB, Linda mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam beberapa pameran di Tokyo yang mempertemukannya dengan para buyers (pembeli) dari beberapa department store besar di Jepang. Tak hanya sekali, Linda sudah dua kali memperkenalkan produk NTB kepada pasar Jepang pada 2011 dan terakhir Februari 2012.
Di sana, wanita yang sempat mengenyam pendidikan desain di San Fransisco itu, membawa sarung tenun khas NTB dan tas ketak untuk diperkenalkan kepada buyers.
"Tas seperti ini sangat populer di sana," ujar Linda.
Tas yang ditunjuk Linda adalah tas kecil yang memadukan ketak dan kain tenun coklat bermotif garis dengan bukaan mengkerut (drawstring bag) hasil rancangannya.
"Orang Jepang senang dengan motif garis, warna-warna alam seperti coklat dan terra cotta (merah tanah). Bentuknya juga harus simpel," kata perancang yang malam itu menampilkan busana berbahankan kain tenun dan songket NTB.
Selain itu, menurut Linda, kualitas benang dan proses pewarnaan juga sangat diperhatikan oleh para pembeli di sana.
"Mereka lebih memilih bahan-bahan yang eco friendly atau ramah lingkungan. Bahanya pun harus seasonal, maksudnya, harus cocok dengan musim yang berlaku," katanya.
Saat ditanya soal berapa jumlah tas yang diekspor, Linda tidak bisa memastikan. "Saya harus tanya kepada rekan saya dulu karena dia yang tahu. Tapi kurang lebih, ada sekitar ratusan tas yang diproduksi per bulannya," katanya menambahkan.
Meski Linda sudah tidak di bawah bimbingan JETRO lagi, harapan untuk mengekspansi produk kerajinan NTB ke Jepang tetap menjadi prioritas. "Harapannya saya bisa kembali ke Jepang lagi, bukan hanya membawa aksesori saja, tapi saya akan memperkenalkan busana-busana ready to wear yang terbuat dari kain tenun dan songket," ujarnya.