8 Masalah Psikologis Tersembunyi dari Orang-orang yang Ruangannya Berantakan
Beberapa orang memiliki ruangan yang berantakan dan dengan jenis yang berbeda-beda, ternyata ada masalah psikologis di balik semua itu, yuk simak!
Penulis:
Fitriana Andriyani
Editor:
Tiara Shelavie
Kamu akan memerlukan kebiasaan ini di bagian-bagian kehidupan yang lebih penting seperti pekerjaan atau hubungan dengan orang lain.
5. Berpikir bahwa tidak ada yang tinggal di sana

Beberapa rumah orang sepertinya hanya digunakan sebagai tempat tidur.
Tempat itu mungkin bersih, memiliki perabot yang sangat sedikit, dan hampir tidak ada piring.
Kadang-kadang mereka bahkan tidak memiliki kompor, lemari es, atau hal-hal lain yang diperlukan.
Tempat tinggal semacam ini sangat populer di kalangan siswa yang benar-benar menghabiskan sedikit waktu di dalamnya.
Namun, semakin tua seseorang, semakin banyak kenyamanan dan keteraturan yang mereka inginkan dalam hidup mereka.
Jika tempat itu terlihat kosong tetapi orang tersebut menghabiskan banyak waktu di sana, itu mungkin mengindikasikan beberapa masalah psikologis.
Salah satunya adalah ketidakdewasaan, orang dewasa masih menunggu seseorang untuk muncul dan membuat tempat yang nyaman untuk mereka.
Misalnya, mereka pikir akan menemukan pasangan yang akan datang dan membuat tempat tinggalnya nyaman.
6. Meninggalkan sisa makanan di dapur

Dapur seharusnya menjadi tempat terbersih di rumah karena di tempat itulah kita makan dan memasak.
Noda minyak dan lemak, sisa makanan, noda kopi dan teh pada cangkir, semua ini tidak hanya membuat tempat itu tampak buruk, tetapi juga bisa berbahaya bagi kesehatan kita.
Bahkan orang-orang yang tidak terlalu suka membersihkan berusaha menjaga dapur tetap bersih hanya agar aman.
Namun, ada orang yang baik-baik saja dengan dapur kotor dan terkadang masalahnya bukan hanya kemalasan.
Banyak penelitian membuktikan bahwa jarang membersihkan rumah merupakan salah satu tanda depresi.
Orang-orang tidak memiliki energi untuk menjaga rumah mereka tetap bersih, mereka tidak merasa itu penting.
Dan sangat mungkin mereka tidak cukup menghargai diri mereka sendiri.
Mereka tidak berpikir mereka pantas hidup di tempat yang bersih.
Di sisi lain, pembersihan dan pembongkaran secara teratur telah terbukti meningkatkan mood dan membantu melawan gejala-gejala depresi.
7. Memiliki kamar mandi yang kotor

Iklan sampo biasanya menunjukkan kamar mandi sebagai tempat sesorang bisa melupakan semua masalah dan benar-benar bersantai.
Dan memang benar, mandi air panas atau mandi air dingin memiliki efek besar pada perasaan kita.
Aroma yang berbeda dapat membangunkan kita, dan garam serta minyak esensial dapat meningkatkan kondisi kulit kita dan fungsi organ-organ internal kita.
Hanya dengan melihat ke kamar mandi sudah cukup untuk mengetahui seberapa besar perhatian pemiliknya, tidak hanya tentang tubuh mereka, tetapi juga tentang kenyamanan psikologis mereka.
Kamar mandi yang bersih adalah indikator bahwa itu digunakan secara teratur.
Gel shower, minyak berbeda, pasta gigi berkualitas tinggi, krim wajah, dan lotion tubuh, semua ini berarti bahwa orang ini peduli dengan diri mereka sendiri.
Jika satu-satunya hal di kamar mandi adalah pisau cukur dengan busa kering di atasnya atau sepotong sabun, itu tidak berarti bahwa orang tersebut mengalami depresi.
Itu hanya berarti bahwa orang tersebut benar-benar stres dan tidak punya banyak waktu untuk peduli bagaimana penampilan mereka.
8. Memiliki terlalu banyak barang

Beberapa orang mengalami kesulitan mengucapkan selamat tinggal pada hal-hal yang mereka sukai.
Kamu mungkin pernah melihat ruangan yang di dalamnya terdapat beberapa benda yang tidak pernah digunakan.
Dalam skenario kasus terbaik, perilaku ini merupakan indikasi kepribadian konservatif, mereka tidak ingin mengubah keadaan dan mencoba bersembunyi dari perubahan ini.
Skenario terburuk adalah ketika seseorang memiliki kecenderungan untuk terus-menerus membawa barang-barang tidak berguna ke rumah.
Ini adalah tanda perilaku kompulsif dan neurosis.
Orang-orang seperti ini tidak bisa berhenti menimbun barang-barang yang bahkan tidak pernah ia butuhkan.
(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)